Jakarta -
Tiba-tiba platform media sosial (medsos) pemutar video seperti TikTok dibanjiri video Presiden Prabowo Subianto berpidato soal program pemberantasan utang. Video Prabowo yang beredar luas itu dipastikan video palsu alias abal-abal. Video itu hasil olah campur tangan Artificial Intelligence (AI). Video palsu semacam ini terus bermunculan di beragam platform medsos. Video olah audio visual seperti ini dikenal dengan deepfake.
Dalam video yang viral berdurasi 15 detik Prabowo ditampilkan mengenakan jas abu-abu, kemeja putih, serta berdasi biru. Dalam video tersebut, Prabowo berada di dalam sebuah ruangan berisi sofa dan televisi lalu menyampaikan program pembebasan utang untuk masyarakat. Dalam video deepfake tersebut Prabowo meminta kepada siapa saja yang mau melunasi utang piutang agar segera menghubungi dirinya dan akan dibantu.
Dalam video yang jelas-jelas palsu ini Prabowo mengatakan bahwa program yang ditawarkan tersebut adalah program resmi dan bukan hoaks. Video ini bagi orang awam memang cukup meyakinkan bahwa paduan gambar dan suara sang presiden adalah asli, bukan tipu-tipu. Jadilah video deepfake Prabowo ini banyak yang menganggapnya benar dan turut memviralkannya di linkungan pertemanan mereka.
Bahaya Deepfake
Deepfake bekerja dengan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan teknik deep learning untuk memodifikasi atau menyusun ulang data visual atau suara asli dengan data palsu. Dalam manipulasi video, teknologi ini dapat membuat seseorang terlihat seperti orang lain, atau memodifikasi tampilan dan gerakan wajah seseorang sehingga terlihat seolah-olah sedang mengucapkan sesuatu yang sebenarnya tidak diucapkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deepfake bisa digunakan untuk membuat video atau gambar palsu yang sulit dibedakan dengan aslinya. Bahkan dengan menggunakan algoritma kecerdasan buatan mampu meniru suara dan gerakan orang yang diwakili oleh video atau gambar tertentu. Dalam dunia politik, ternyata teknologi deepfake ini juga banyak digunakan. Dalam pemilu di Amerika Serikat juga diwarnai dengan banyak beredarnya video deepfake.
Beberapa contoh penggunaan deepfake dalam politik yang berbahaya termasuk pembuatan video palsu yang menggambarkan seorang politisi mengucapkan kata-kata atau melakukan tindakan yang sebenarnya tidak pernah dilakukan atau membuat gambar palsu yang menunjukkan bahwa seorang politisi telah melakukan sesuatu yang kontroversial atau merugikan. Video olah visual deepfake banyak digunakan untuk kampanye hitam (black campaign).
Deepfake juga dapat digunakan untuk mengubah opini publik dengan menyebarkan informasi yang salah atau palsu tentang seorang calon atau bahkan dapat digunakan untuk menciptakan citra palsu dari seorang calon yang lebih menguntungkan secara politik. Dalam banyak kasus, deepfake digunakan sebagai alat propaganda politik yang menyesatkan, yang dapat membahayakan demokrasi dan stabilitas politik. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi dan memerangi penggunaan deepfake.
Teknologi manipulatif ini juga banyak digunakan untuk membuat konten-konten hoaks. Foto dan video diolah sedemikian rupa sehingga persis dengan aslinya. Manipulasi suara juga dengan gampang bisa dilakukan. Siapapun bisa berbicara dengan karakter suara orang lain yang dikehendaki. Kecanggihan manipulasi citra audio visual ini sangat rawan dan dapat memicu munculnya beragam konten palsu yang dapat merugikan orang lain.
Gunakan Akal Sehat
Dalam banyak video deepfake yang beredar biasanya kalau diperhatikan dengan seksama video tersebut sering tak masuk akal. Seperti dalam video deepfake yang memanipulasi Presiden Prabowo isi pesannya terlihat bombastis dan tak masuk akal. Seorang presiden tentu tak bisa dengan mudahnya membagi-bagikan uang untuk membayar utang banyak orang yang melapor kepadanya.
Kalau mungkin secara visual dan audio tampak sulit dibedakan dengan orang aslinya, namun video deepfake sering tak masuk akal. Mengedepankan akal sehat perlu dilakukan agar tak tertipu olah video semacam deepfake ini. Karena saat ini banyak kejahatan dilancarkan menggunakan video deepfake. Kalau ada video yang berisi iming-iming dan rayuan yang tak masuk akal perlu dicurigai sebagai video deepfake.
Pengguna teknologi juga perlu menerapkan standar keamanan yang tinggi. Hal ini termasuk kebijakan privasi yang ketat, autentikasi multi-faktor dan kata sandi yang kuat untuk mengurangi kemungkinan penggunaan informasi palsu untuk kejahatan. Menggunakan teknologi pendeteksi deepfake juga penting dilakukan. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk mendeteksi apakah sebuah video atau foto itu asli atau palsu.
Selain itu, untuk mengantisipasi kejahatan deepfake penting meningkatkan kemampuan literasi digital. Edukasi tentang deepfake dan hoaks sangat penting untuk mengurangi dampak kejahatan teknologi ini. Hal ini dapat membantu orang membedakan video palsu yang dibuat menggunakan teknologi deepfake. Meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat dengan membekali keterampilan yang diperlukan untuk memeriksa dan mengevaluasi sumber informasi dan memastikan kebenaran dari informasi tersebut.
Deepfake memiliki potensi yang membahayakan. Untuk itu, diperlukan upaya serius untuk mengembangkan teknologi pendeteksi deepfake dan meningkatkan literasi digital masyarakat agar tak mudah terpengaruh oleh informasi palsu yang dihasilkan oleh teknologi deepfake. Deepfake menjadi topik yang semakin penting untuk dipahami dan dikendalikan oleh masyarakat dan para pembuat kebijakan.
Sugeng Winarno dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu