Kisah Ixfan 28 Tahun Kerja di KAI, 14 Tahun Tak Pernah Mudik Lebaran

1 day ago 7

Jakarta -

Manajer Humas PT KAI Daop 1 Ixfan Hendriwintoko menceritakan kisah dirinya yang sudah belasan tahun tak mudik selama Lebaran atau Idulfitri. Dia harus bekerja melayani pemudik kereta api yang akan berkumpul dengan keluarga saat Lebaran.

Ixfan sudah mengabdikan diri sebagai pegawai PT KAI selama 28 tahun, atau sejak 1996. Awalnya, dia bekerja di wilayah Surabaya yang merupakan daerah asalnya. Namun, sejak dipindah ke Malang pada 2011, atau selama 14 tahun, dia tak pernah lagi mudik Lebaran.

"Pas pada waktu saya sudah mutasinya ke wilayah yang lebih jauh, saya jadi kepala stasiun Malang saat itu tahun 2011, sejak itu saya gak bisa mudik saat Lebaran," ujar Ixfan, di Stasiun Pasar Senen, Minggu (6/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak itu, ia merasakan Lebaran bukan di kampung halamannya. Bukan juga di meja makan penuh ketupat dan rendang. Melainkan di stasiun, bersama lonceng keberangkatan dan suara peluit kereta yang jadi irama hari rayanya.

"Jadi selama kita bekerja di luar wilayah domisili, otomatis secara tugas kami diberlakukan posko pada masa-masa event Lebaran maupun Natal, Tahun Baru. Itu kurang lebih selama maksimal 22 hari, kemudian minimalnya sampai 16 hari. Tahun ini mungkin 16 hari kami posko mulai dari tanggal 24 Maret 2025 sampai dengan tanggal 8 April 2025," ujarnya.

"Di masa selama posko memang kita diwajibkan untuk membantu teman-teman kita di lapangan dengan tujuan adalah ikut mensukseskan, membantu melancarkan para pemudik sehingga semua pegawai dilibatkan. Untuk khusus yang mulai dari kepala stasiun, kemudian asisten manajer, kemudian manajer, bahkan sampai kepala daerah operasi," lanjutnya.

Istri dan anak-anaknya selalu menanti kepulangan Ixfan saat hari raya. Kini, mereka sudah paham dengan pekerjaan sang ayah, dan tak berharap bisa berkumpul saat malam takbir Idulfitri.

"Jadi pas pada waktu masa event kayak begini kan gak bisa pulang selama dua minggu, artinya bisa sampai tiga minggu atau satu bulan, karena liburnya harus bergantian. Jadi yang paling sangat terasa itu jauh dari anak," ungkapnya.

"Jadi mulai dari kecil mereka itu sering ditinggal jauh juga, dan ketemunya pas pada waktu dinas di Malang itu setiap satu minggu atau dua minggu sekali, dan anak-anak mulai terbiasa dengan hal itu. Anak-anak semakin memahami profesi bapaknya seperti apa, jadi mereka alhamdulillah berproses dengan keadaan," sambungnya.

Ixfan mungkin tak mudik. Namun lewat tangannya, ratusan ribu orang bisa sampai ke pelukan keluarga. Lewat dedikasinya, kereta tak hanya jadi alat transportasi, tapi jadi penghubung rindu.

"Jadi awalnya memang ada sedikit gusar ya, karena pas pada waktu takbiran yang tadinya kita itu ngumpul sama keluarga gitu ya, sama anak-anak waktu itu masih kecil dan sekarang kan juga dewasa semua. Jadi pas pada waktu ada takbiran kita juga rasanya itu pada waktu awal-awal ada semacam kayak terenyuh," tuturnya.

"Tapi kita dengan seiring berjalannya waktu, kami merasa bahagia juga. Kenapa? Ada para penumpang yang punya niatan seperti kita, kepingin ngumpul sama keluarga, kita bisa membantu mereka dalam posisi bepergian, mudik, menuju kampung halaman dan ketemu sanak saudara. Jadi disitu ada kebanggaan pada saat kita posko," ujarnya.

(bel/aik)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial