Kawasan Tropis Masa Depan yang Inklusif

1 month ago 23

Musim hujan disertai angin kencang sedang rutin melanda. Jalanan sekitar Desa Pangkalan, Teluknaga, Kabupaten Tangerang, kerap digenangi air dan lumpur. Namun Abso, ibu tunggal berusia 44 tahun, tak lagi mengkhawatirkan atap rumahnya roboh.

Terakhir pada dua tahun yang lalu, ia merasakan waswas air masuk ke dalam rumahnya dengan ketinggian sedengkul orang dewasa. Sebab, kini ia aman setelah mendapatkan bantuan bedah rumah dari Community Development Pantai Indah Kapuk (PIK) 2.

“Saya bersyukur. Sebelumnya takut, pada keropos atasnya. Di dalam pada bolong. Bawah pada gempur semennya,” kata Abso.

Abso adalah seorang ibu yang memikul beban berat menghidupi dua anaknya dengan bekerja sebagai buruh pabrik. Hampir 20 tahun lamanya ia dan keluarganya tinggal di rumah yang mudah roboh, temboknya lubang di mana-mana, dan lantai tanpa keramik yang bercampur tanah.

Kini rumah Abso sudah lebih tinggi dari jalanan. Lantainya keramik putih bersih. Atapnya kokoh.

Saya lihat program dari PIK 2 ini ke warga Desa Pangkalan, saya benar-benar mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa, PIK 2, dan pelaksananya. Sedih sekali saya lihat warga saya. Saya mau bantu tapi kagak punya duit.”

“Selama ini belum pernah dapet sembako dari mana-mana. Alhamdulillah, baru ini ada bantuan justru dari PIK 2,” ujarnya.

Agus Hermansyah, Ketua RW 04 Desa Pangkalan, mengakui rumah Abso sebelumnya sangat tak layak huni.

“Saya lihat program dari PIK 2 ini ke warga Desa Pangkalan, saya benar-benar mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa, PIK 2, dan pelaksananya. Sedih sekali saya lihat warga saya. Saya mau bantu tapi kagak punya duit,” ujar Agus.

Estate Management Director Agung Sedayu Group Restu Mahesa menegaskan PIK 2 tak ingin berkembang sendirian. Namun merangkul warga sekitar untuk bersama-sama tumbuh dan berkembang. 

“Kami mengedepankan pembangunan yang inklusif supaya semua pihak bisa menikmati semua pembangunan yang ada,” ujar Restu.

Mengembangkan Wilayah Inklusif

Daya inklusif terus diperluas jangkauannya, PIK 2 berkembang dengan konsep The New City, yang pembebasan lahannya dilakukan sejak 2011. Kemudian, sejak Maret 2024, Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo menetapkan Proyek Strategis Nasional Tropical Coastland. Proyek PIK 2 dan PSN Tropical Coastland itu berbeda, tetapi letaknya berdampingan dan akan terintegrasi.

“Kami membiayai Proyek Strategis Nasional Tropical Coastland ini seluruhnya dari swasta. Tidak ada satu peser pun berasal dari APBN atau APBD. Seratus persen dari swasta. Dari pengembang kami Agung Sedayu Group,” terang Restu.

Kawasan PSN ala green area dan eco-city. Akan didirikan di atas tanah milik negara dengan luas sekitar 1.836 hektare. Lahan tersebut sejak lama sudah kritis, hutan bakau atau kawasan mangrovenya sedikit dan telah lama rusak, sebagian daratan tenggelam dihantam abrasi.

“Kalau disebut sebagai hutan, kalau kita lihat di lapangan, itu sebagian besar sebenarnya sudah lagi kanopi pohon-pohonan. Lebih banyak airnya ketimbang pepohonannya. Dari total yang 1.750-1.800-an hektare tadi, yang ada pohonnya kira-kira hanya 91 hektare saja. Selebihnya itu air,” ujarnya.

Pihak Agung Sedayu Group, kata Restu, justru akan merevitalisasi hutan bakau tersebut. Dari 91 hektare yang ada saat ini, akan dikembangkan menjadi 515,79 hektare.

Meski berdiri di lahan milik pemerintah, di area Tropical Coastland terdapat banyak petani penggarap lahan. Untuk itu, PIK 2 berupaya memberikan dana kerahiman yang kini hingga senilai Rp 5 miliar di Desa Tanjung Pasir dan Tanjung Burung, Rp 9,77 miliar di Desa Kramat, serta Rp 11,4 miliar di Desa Kohod.

“Secara humanis kami lakukan pendekatan dan kami berikan kerahiman. Jadi tidak ada unsur pemaksaan, apalagi hal-hal di luar batas kemanusiaan. Semuanya diberikan dengan baik, ada saksinya juga, ada bukti penerimaan juga berupa dokumentasinya, semuanya lengkap,” jelasnya.

Tropical Coastland akan terbagi dalam zona A hingga E. Zona A akan diubah menjadi kawasan wisata Taman Bhineka. Selain wisata religi, juga akan dilengkapi dengan area taman terbuka seluas 4,4 hektare yang berisi lapangan bermain, area bermain skateboard, hingga pujasera.

“Di situ akan ada multireligi dan multikultural yang direpresentasikan dalam bentuk tempat-tempat ibadah. Ada masjid agung yang bisa menampung jemaah yang besar, ada gereja, ada vihara, dan tempat-tempat ibadah lain. Itu akan berdekatan. Kami ingin memperlihatkan bahwa Indonesia ini merupakan bentuk dari seluruh multicultural, tapi tetap rukun dan bisa hidup berdampingan dengan damai,” ujarnya.

Sedangkan area B ialah safari kebun binatang seluas 54 hektare. Kemudian ada pula rencana pembangunan hotel atau penginapan dengan pemandangan danau dan pantai. Lalu di zona C akan dijadikan mangrove center dan polo sport. Begitu juga di zona E, akan dijadikan kawasan wisata edukasi mangrove, penginapan, hingga fasilitas olahraga ekstrem.

Bagian lainnya adalah sirkuit internasional, yang akan dibangun di zona D. Salah satu yang menjadi fokus perencanaan ialah pembangunan lintasan Formula 1 seluas sekitar 217 hektare. 

“Proyek Strategis Nasional Tropical Coastland akan menarik 10 juta wisatawan. Baik itu dari internasional dan nasional. Dengan konsep eco green city. Ada fasilitas olahraga, seperti polo. Bahkan nanti ke depannya, bila memungkinkan, kami akan membuat sirkuit internasional. Nah, ini merupakan suatu representasi dari kepentingan untuk menyumbangkan fasilitas bertingkat internasional untuk Republik Indonesia,” ujarnya.

Untuk membangun semua itu, dibutuhkan sekitar 6.200 tenaga kerja. Agung Sedayu Group, kata Restu, akan memprioritaskan masyarakat sekitar. Ini akan menjadi bagian yang menguntungkan saat banyak industri kesulitan menyerap tenaga kerja sejak COVID-19 melanda dan Kementerian Ketenagakerjaan mencatat ada sebanyak 59.764 karyawan di-PHK sepanjang 2024.

Juru bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto mengungkapkan Proyek Strategis Nasional Tropical Coastland merupakan destinasi pariwisata baru yang berbasis hijau guna meningkatkan attractiveness bagi wisatawan. Destinasi pariwisata ini juga didesain untuk mengakomodasi Kawasan Wisata Mangrove, yang merupakan mekanisme pengamanan pesisir secara alami. 

“Proyek dengan nilai investasi sekitar Rp 65 triliun ini diharapkan dapat menyerap sekitar 6.235 tenaga kerja langsung dan 13.550 tenaga kerja sebagai efek pengganda. Kawasan PIK 2 nantinya akan terhubung dengan Jalan Tol Kamal-Teluknaga-Rajeg, yang mulai digarap pada 2023 lalu,” kata Haryo.

Ini, kata Haryo, berdekatan dengan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Kepulauan Seribu dan Kota Tua-Sunda Kelapa. Sehingga dapat membuka peluang usaha dan investasi, serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di Provinsi Banten dan sekitarnya.

“Proyek pengembangan green area dan eco-city ini didukung secara langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan pertimbangan lokasi yang diusulkan sangat strategis,” ujarnya.

Menyulap Tempat Prostitusi Menjadi Ruang Berdaya

PIK 2 menyulap tempat prostitusi menjadi ruang masyarakat untuk berdaya. Mereka membangun Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle di Desa Pangkalan, Banten. Ini bagian dari program pemberdayaan masyarakat sekitar PIK 2 maupun PSN Tropical Coastland.

“Kami di-support PIK 2 dari awal sampai TPST ini besar. Dulu di sini bangunan prostitusi, bangunan liar, gudang-gudang tidak jelas. Makanya pemerintahan desa itu mengambil sikap. Kami mengadakan kerja sama dengan Koramil, pembebasan lahan,” ujar Iwan Gunawan, Koordinator TPS3R Rumah Sampah Pantas Gemilang. 

Tim Iwan telah lama mengedukasi warga untuk memilah sampahnya sendiri dari jenisnya hingga yang bernilai jual. Kemudian tim Iwan menjemput sampah yang sudah dikumpulkan warga memakai dua becak motor pemberian PIK 2. Selain itu, mereka mendirikan bank sampah per RW. 

“Dari PIK 2 membantu dari segi peralatan, keuangan. Sementara ini kami belum mampu menggaji karyawan tapi PIK yang memberikannya. Gaji karyawan 10 orang ditanggung PIK 2. Mereka direkrut dari warga kami sendiri,” ujarnya.

Kini TPS3R Rumah Sampah Pantas Gemilang bisa mengelola 10 kilogram sampah menjadi 4 liter solar, 2 liter minyak tanah, atau 1 liter bensin.

“Setiap hari kami produksi BBM. Sementara ini kami pergunakan sendiri untuk mesin. Persoalan sampah ini sebelumnya lebih parah, sampah di mana-mana. Kami tekan semaksimal mungkin,” ungkapnya.

Kolaborasi lainnya PIK 2 dengan masyarakat ialah budi daya ikan lele. Muslim, laki-laki 33 tahun, kini menjadi pemimpin budi daya ikan lele di tanah milik PIK 2 wilayah Teluknaga. Dulunya tanah ini tak terpakai dan kerap menjadi sasaran warga untuk membuang sampah sembarangan.

“Saya lahir di Desa Pangkalan ini. Saya sebelumnya sehari-hari kerja serabutan. Biasanya jadi tukang las, kadang ikut bangunan,” ujar Muslim.

Kini muslim memiliki lebih dari 30 kolam lele. Dia juga merekrut warga lokal lainnya sebagai karyawan sebanyak delapan orang. PIK 2 melakukan pendampingan budi daya dari segi birokrasi, sistem budi daya bioflok, manajemen keuangan, hingga memutar keuntungan. Inilah yang membuat Muslim kini juga merawat beberapa kambing dan peternakan unggas.

“Dari hasil lele kami kembangkan ke kambing. Lalu kami kembangkan lagi ke entok. Kami putar uangnya. Program PIK 2 ini sangat membantu sekali perekonomian saya dan keluarga serta masyarakat setempat,” tuturnya.

Kolaborasi dengan Negara dan Warga Sekitar

Kepala Desa Pangkalan Kecamatan Teluknaga Ahmad Muhrim menuturkan bantuan PIK ada juga berupa penekanan angka stunting. Program pemberian makan tambahan (PMT) juga disalurkan ke ibu-ibu PKK. Selain itu, ada program Balai Latihan Kerja yang diadakan.

Dia juga mengakui banyak warga yang menggarap lahan di wilayah PSN telah mendapatkan uang kerahiman dari PIK 2. Oleh karena itu, ia mendukung PSN Tropical Coastland.

“Ucapan terima kasih kami dari Desa Pangkalan kepada PIK 2 serta perusahaan pendukung lainnya atas bantuan yang diberikan kepada warga kami. Mudah-mudahan ini berkelanjutan. Yang pasti, kami dari pemerintah desa mendukung kegiatan PSN dan PIK 2 ini agar dilanjutkan karena manfaatnya akan besar untuk warga kami,” ujar Muhrim.

Terkait konflik sosial PIK 2 dengan masyarakat, kata Muhrim, memang ada. Namun sifatnya hanya karena ada yang memprovokasi. Sebab, selama ini keluhan warga selalu didengar oleh pihak pengelola PIK 2.

“Kalaupun konflik sosial memang ada, kami tidak mungkiri. Tetapi itu sifatnya normatif saja. Macam kebisingan karena ada proyek. Itu langsung bisa diatasi. Contoh jalanan berlumpur itu disiram. Kebisingan juga kami upayakan jangan mengganggu masyarakat, kami upayakan dan didengar oleh PIK 2 dan PSN,” terangnya.

Pada Senin, 25 November lalu, Wakil Ketua DPD RI Yorrys Raweyai menerima perwakilan Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi). Ketua Apdesi Surta Wijaya mengaku sempat menggelar pertemuan untuk menyerap aspirasi masyarakat Tangerang terkait PSN Tropical Coastland dan PIK 2. Hasilnya, tak ada masyarakat yang menolak dua proyek itu. Setelah audiensi dengan Apdesi itu, Yorrys mengunjungi beberapa wilayah yang akan menjadi area Tropical Coastland. Kemudian DPD RI berencana memanggil Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto hingga Menteri ATR/Kepala BPN Nusron Wahid.

"Karena yang bertanggung jawab terhadap ini, selain negara, adalah Menko Perekonomian, kemudian kementerian terkait adalah Menteri Pariwisata. ATR itu kan hanya tata ruang dan proses tata ruang itu sedang berjalan karena PSN ini baru bulan Maret 2024," kata Yorrys Raweyai di lokasi PSN Tropical Coastland, Tangerang, pada Sabtu, 7 Desember 2024.

Estate Management Director Agung Sedayu Group Restu Mahesa berharap proyek strategis dari swasta senilai Rp 39 triliun ini didukung semua pihak. Sehingga negara, masyarakat, dan swasta bisa berkolaborasi bersama dengan proyek yang cukup besar ini.

“Proyek Strategis Nasional Tropical Coastland ini tidak merugikan masyarakat. Proyek Strategis Nasional ini berusaha untuk merevitalisasi infrastruktur sehingga lingkungan yang dulunya kritis nantinya bisa kembali seperti fungsi yang seharusnya. Tidak hanya itu, tetapi juga berdampak pada kesempatan kerja, kesempatan ekonomi yang lebih baik juga untuk masyarakat sekitar, dan untuk pajak buat negara,” terang Restu.

Lokasi PSN Tropical Coastland yang dekat dengan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, kata Restu, akan menjadi rujukan utama para wisatawan. Bahkan mereka tak akan kesusahan mencari tempat menginap. 

“Proyek Tropical Coastland ini sudah lama. Melalui kajian yang beberapa tahap. Jadi tidak sekaligus. Berasal dari daerah, usulan kemudian dibawa ke provinsi. Kemudian dikaji oleh kementerian. Kemudian dibawa ke dalam rapat, diusulkan ke Presiden. Baru itu bisa didaftarkan sebagai Proyek Strategis Nasional. Jadi tidak serta-merta seperti kebanyakan orang berpikir,” tegasnya.

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial