Debat panas antara dua pemimpin negara terjadi di momen tidak terduga. Dua orang yang berdebat adalah Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Begini duduk perkaranya.
Dilansir AFP, Sabtu (1/3), 'ring tinju' Trump versus Zelensky ada di Ruang Oval, Gedung Putih. Trump memang sedang menjadi sahibulbait lawatan Zelensky.
Hebohnya lagi, adu mulut ini terjadi saat kamera media massa sedang menyala. Seluruh dunia heboh oleh adu mulut Trump-Zelensky. Adapun Zelensky sendiri adalah pemimpin negara yang sedang dizalimi Rusia. Ukraina sedang diinvasi oleh negaranya Vladimir Putin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump adalah Presiden AS yang belum lama menggantikan Joe Biden. Biden dulu lebih pro ke Zelensky dan cenderung bersedia membantu Zelensky. Namun Trump berbeda. Politikus dari Partai Republik itu cenderung mengutamakan kepentingan dalam negeri dan emoh berboros-boros untuk mengurusi konflik luar negeri. Trump juga punya hubungan yang 'agak lumayan' dengan Putin, seteru Zelensky.
Kira-kira begitulah duduk perkaranya. Ada perubahan sikap politik di AS setelah Trump menjadi Presiden lagi. Perubahan itu, meski tidak sampai menjadi terang-terangan pro-Putin dan anti-Zelensky, tapi setidaknya Trump punya sikap lebih bersahabat dengan Putin ketimbang Biden. Toh Trump juga masih mau menerima Zelensky di Gedung Putih.
Dilansir BBC, pertemuan panas antara Trump dan Zelensky terjadi pada Jumat (28/02), semula baik-baik saja dan sopan seperti biasa. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky disambut oleh Presiden AS Donald Trump di pintu Sayap Barat dengan barisan kehormatan.
Zelensky memberikan Trump sabuk juara petinju Ukraina, Oleksandr Usyk. Trump lalu memuji pakaian Zelensky. Namun beberapa menit kemudian, terjadi peristiwa yang sungguh belum pernah terjadi sebelumnya.
Halaman selanjutnya, adu mulut!:
Adu Mulut!
Zelensky dan Trump. (AFP/SAUL LOEB)
Presiden dan wakil presiden AS mencaci maki Zelensky, menuduhnya tidak tahu berterima kasih atas dukungan AS kepada Ukraina.
Ketegangan meningkat ketika Wakil Presiden AS, JD Vance, memberi tahu Zelensky bahwa perang harus diakhiri melalui diplomasi.
"Diplomasi macam apa?" tanya Zelensky.
Vance kemudian berujar kepada bahwa Zelensky "kurang ajar" datang ke Ruang Oval dan menyampaikan pendapatnya di depan media Amerika.
"Anda sudah cukup bicara. Anda tidak akan menang," kata Trump kepada Zelensky. "Anda harus bersyukur. Anda tidak punya kartu."
"Saya tidak bermain kartu," jawab Zelensky. "Saya sangat serius, Tuan Presiden. Saya presiden dalam keadaan perang."
"Anda bertaruh dengan Perang Dunia Ketiga," jawab Trump. "Dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara, negara ini, yang telah mendukung Anda jauh lebih banyak daripada yang seharusnya."
JD Vance membalas: "Apakah Anda pernah mengucapkan 'terima kasih' selama pertemuan ini? Tidak."
Zelensky tidak terima saat Trump menyatakan sedang membuat kesepakatan dengan Rusia. Zelensky merasa seperti didikte AS untuk melakukan keputusan politik berkaitan dengan konflik melawan Rusia. Zelensky tidak mau berkompromi dengan Putin yang disebutnya sebagai "pembunuh di wilayah kami" serta "orang Rusia gila".
Duta Besar Ukraina untuk AS menyaksikan rangkaian adegan itu sambil memegangi kepalanya sendiri. Sedianya, ada prosesi penandatanganan soal sumber daya mineral antara Trump dan Zelensky. Tapi Zelensky cabut duluan usai ribut dengan Trump. Penandatanganan mungkin bakal dilakukan lain kali.
Zelensky, ketika diwawancarai wartawan usai ribut-ribut itu, sebenarnya berharap Trump lebih menunjukkan keberpihakannya yang jelas untuk Ukraina. Ukraina dan Amerika "harus berada pada pihak yang sama" dalam melawan Rusia.
Trump merasa Zelensky belum siap untuk perdamaian, sedangkan Trump mengaku ingin Ukraina dan Rusia damai saja. Sebagai catatan, Ukraina adalah negara berdaulat yang telah kehilangan sebagian wilayahnya karena aneksasi alias dicaplok oleh Rusia.
Jadi sebenarnya Trump ini mau membantu Zelensky atau lebih cinta ke Putin? Simak halaman selanjutnya untuk tahu opini dari politikus AS seteru Trump:
Trump Dituding Memihak Putin
Putin dan Trump di masa lalu. (BBC World)
Pemimpin minoritas Senat AS, Chuck Schumer, dari Partai Demokrat, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3), menuduh Trump dan Vance melakukan "pekerjaan kotor" Putin setelah keduanya mencaci-maki Zelensky di depan banyak wartawan.
"Trump dan Vance melakukan pekerjaan kotor Putin. Senat Demokrat tidak akan pernah berhenti memperjuangkan kebebasan dan demokrasi," ucap Schumer dalam pernyataan via media sosial.
Senator Maryland Chris Ven Holen dari Partai Demokrat dalam pernyataannya menyebut cekcok antara Trump dan Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih "sungguh memalukan".
"Apa yang kita lihat di Ruang Oval hari ini sungguh memalukan. Trump dan Vance mencaci-maki Zelensky -- dengan menunjukkan kebohongan dan informasi keliru yang akan membuat Putin tersipu -- adalah hal yang memalukan bagi Amerika dan pengkhianatan terhadap sekutu-sekutu kita," kecamnya.
"Mereka membuka botol sampanye di Kremlin," ucap Hollen, merujuk pada reaksi senang Rusia atas cekcok tersebut.
Kecaman serupa disampaikan pemimpin minoritas DPR AS, Hakeem Jeffries, dari Partai Demokrat. "Presiden Trump dan pemerintahannya terus mempermalukan Amerika di panggung dunia," sebutnya.
"Pertemuan di Gedung Putih hari ini dengan Presiden Ukraina sangat mengerikan, dan hanya akan semakin menguatkan Vladimir Putin, seorang diktator brutal," ucap Jeffries.
Pujian dilontarkan para politisi Partai Republik kepada Trump yang terlibat cekcok dengan Zelensky. Partai Republik menilai Trump sudah benar jika menuduh Zelensky kurang berterima kasih terhadap dukungan AS selama perang berkecamuk melawan Rusia.
"Terima kasih kepada Presiden Trump -- hari-hari di mana Amerika dimanfaatkan dan tidak dihormati telah BERAKHIR... Apa yang kita saksikan di Ruang Oval hari ini adalah Presiden Amerika yang mengutamakan Amerika," sebut Ketua DPR AS Mike Johnson dari Partai Republik.
(dnu/rfs)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu