Sekelebat Cerita Kopral Jono, Mayor Teddy, dan Jan Ethes

3 weeks ago 39

Jakarta -

Oh... Kopral Jono, gadis mana yang tak kenal akan dikau/ Oh... Kopral Jono, gadis mana yang tak rindu akan dikau/ Gayamu yang perkasa mirip banget panglima/ Ramah tamahmu membikin gila hati wanita

Lagu bertajuk Kopral Jono yang popular dilantunkan oleh Henny Purwonegoro pada era 1970-an itu berkisah tentang seorang kopral tampan yang diidolakan kaum wanita, baik melalui gosip di kalangan remaja maupun menjadi idola yang menghiasi dinding kamar mereka. Tak jelas benar apakah si kopral merupakan figur nyata atau rekaan semata.

Zaman berganti. Kini tentara yang menjadi idola kaum hawa pangkatnya jauh lebih tinggi. Mayor. Namanya Teddy Indra Wijaya. Selain tampan rupawan, dia juga berotak cemerlang, berkarier gemilang, dan konon punya kuasa melampaui perwira berbintang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nama Mayor Teddy mulai mempesona para wanita pada umumnya terutama sejak menjadi ajudan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Dia sedikit bicara, tapi gerak-geriknya begitu sregep. Netizen senantiasa memantau sepak terjang Sang Mayor melalui media sosial. Mulai kulit wajahnya yang glowing, model rambut, senyum, kepiawaiannya bermain piano hingga menyanyi dan berjoget.

Tak heran bila Lembaga Riset Indonesia Indicator menempatkannya sebagai figur pencuri perhatian publik 2024 dengan angka 32 juta pencarian. Dia mengungguli Bernadya, pelantun Untungnya Hidup Harus Terus Berjalan di angka 25 juta, dan pesepakbola Maarten Paes (10 juta).

Teddy lahir di Manado, Sulawesi Utara pada 14 April 1989, dan lulus dari Akademi Militer, Magelang, pada 2011. Saat berpangkat letnan satu, ia menjadi asisten ajudan Presiden Jokowi sejak 2014 hingga 2019. Setelah itu, Teddy melanjutkan pendidikan di US Army Ranger School di Fort Benning, Amerika Serikat. Setelah lulus dari sekolah paling bergengsi di Angkatan Darat AS itu dia kembali ke Tanah Air dengan pangkat kapten dan diangkat menjadi ajudan Menteri Pertahanan (Menhan).

Selama empat tahun, Teddy selalu berada di samping Prabowo. Pun ketika Sang Menhan mengikuti kampanye Pemilihan Presiden 2024. Saya percaya keterlibatannya itu bukan semata karena posisinya sebagai ajudan. Namun diakui atau tidak dimanfaatkan untuk menarik hati para calon pemilih, khususnya di kalangan perempuan. Strategi ini secara alami pernah dijalankan Presiden Jokowi lewat cucu pertamanya, Jan Ethes Srinarendra. Hampir setiap akhir pekan atau hari libur Jokowi mengajak sang cucu keluar-masuk mall di berbagai kota. Atau menemaninya jalan-jalan ke tempat-tempat yang dia suka.

Tingkah Ethes sebagai bocah yang menggemaskan tentu sangat digemari para 'mahmud abas' (mamah muda anak baru satu). Saya pernah menyampaikan hal ini kepada Jokowi dalam wawancara sehari setelah hasil hitung cepat menyatakan perolehan suaranya di Pilpres 2019 mengungguli perolehan suara Prabowo - Sandiaga Uno.

Jokowi memang punya sokongan partai-partai politik, tim sukses, konsultan politik, berbagai kelompok relawan, dan lainnya. Namun di balik kemenangannya itu dia juga harus berterima kasih kepada satu orang: cucunya, Jan Ethes. Atas pernyataan saya tersebut, Jokowi pun tergelak.

Kembali ke Mayor Teddy. Seiring naiknya Prabowo sebagai Presiden RI, jabatannya pun ikut terkerek. Dedikasi, loyalitas, serta kecakapannya sebagai ajudan yang sudah teruji membuatnya dipromosi menjadi Sekretaris Kabinet. Sebelum itu, Panglima TNI mempromosikannya sebagai Wakil Komandan Batalyon Infanteri (Wadanyonif) Para Raiders 328.

Di pemerintahan Prabowo - Gibran, posisi Sekretaris Kabinet (Seskab) setara golongan Eselon II A, bukan lagi setingkat menteri. Namun begitu Teddy merupakan sosok yang paling leluasa mendekati Presiden Prabowo. Dia diberi kewenangan mengkoordinasikan para staf dan utusan khusus presiden --menegur mereka, juga para menteri. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto, Menteri Ristek Dikti Satryo Soemantri Brodjonegoro, dan Utusan Khusus Bidang Kerukunan Beragama Gus Miftah pernah kena tegur Teddy.

Peneliti di Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Nicky Fahrizal, menilai apa yang dilakukan Teddy relatif bakal efektif. Sebab, pesan itu disampaikan oleh Teddy yang dikenal dekat dengan Presiden. Namun, kata Nicky, sebetulnya ada kerancuan dari peran yang dilakukan Sang Mayor sebagai Seskab. Sebab, tugas untuk memberikan teguran semestinya dilakukan oleh Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi atau menteri koordinator yang mengkoordinasi kementerian teknis.

Namun yang belakangan viral dan cenderung bertendensi negatif adalah teguran Teddy kepada anggota Paspampres yang memayungi Prabowo saat menyambut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, 11 Februari lalu. Ekspresi Teddy yang terkesan sangat galak dinilai sebagian netizen berlebihan. Sebelumnya, saat di India, dengan tangannya dia pernah mengisyaratkan agar pejabat India yang menyambut Prabowo untuk tidak terlalu dekat.

Saat masih sebagai ajudan, tingkah Teddy juga pernah viral karena mencegah Dr Gunawan Rusuldi agar tidak terlalu dekat ke Prabowo dalam acara peresmian Rumah Sakti Pusat Pertahanan Negara Soedirman, 19 Februari 2024. Belakangan terungkap bahwa sang dokter sejatinya berpangkat Kolonel di Korps Kesehatan Militer, dan pernah bertugas di Kopassus.

Terlepas apa sebenarnya konteks yang terjadi sesungguhnya, netizen kerap sok tahu dan merasa berhak menghakimi sesukanya. Karena itu tak ada salahnya bila Mayor Teddy lebih memperhatikan sikap dan tindak tanduknya, terutama di ruang publik.

Sudrajat wartawan detikcom; tulisan ini opini pribadi

(mmu/mmu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial