Rohingya Protes Memelas karena Dana Bantuan Dipangkas

2 weeks ago 14
Jakarta -

Karena masalah politik di satu negara, negara lainnya juga kena dampaknya. Karena masalah politik di Myanmar, etnis Rohingya harus hijrah mencari tempat aman. Dana yang selama ini ada untuk pengungsi Rohingya kini dipangkas. Rohingya kini dalam kondisi memelas.

Bukankah perdamaian harus diupayakan bersama? Solidaritas kemanusiaan adalah hal penting dalam hubungan internasional. Namun solidaritas kadang butuh biaya.

Termasuk biaya untuk menghidupi orang-orang Rohingya di pengungsian. Soalnya, mereka yang mengungsi tidak mendapat izin bekerja menghasilkan uang. Aturan itu juga berlaku di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir BBC, Rabu (26/2/2025), ada 2.800 pengungsi Rohingya di Indonesia. Pada 2025, ada 400 lebih pengungsi Rohingya yang tiba di Indonesia.

Meski tidak punya izin kerja di Indonesia tapi mereka semua manusia, butuh makan, minum, dan melanjutkan hidup. Solusinya adalah satu: Bantuan. Penyalur bantuan untuk Rohingya adalah Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi pengungsi.

Dari mana asal duit IOM yang diberikan ke Rohingya? Dari pihak penyandang dana. Pihak penyandang dana yang besar selama ini adalah Amerika Serikat (AS). Kini, politik di AS berubah. Presiden Donald Trump lebih mengutamakan kepentingan dalam negeri ketimbang membiayai urusan-urusan internasional. Duit untuk pengungsi dipangkas, hidup Rohingya kena dampak kebijakan Trump.

"Keputusan ini sedianya juga berdampak pada staf, kegiatan, dan orang-orang yang kami layani," kata perwakilan IOM di Jakarta.

Pengurangan dana bantuan dari IOM kepada pengungsi Rohingya sudah berlangsung sejak Januari 2025.

"Tapi IOM tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang sangat diperlukan dan terus terlibat secara konstruktif dengan donor dan mitratermasuk Amerika Serikatuntuk mempertahankan layanan penting."

UNHCR bersama IOM mengeklaim telah memberikan bantuan kepada para pengungsi yang mencakup tempat tinggal, sanitasi, layanan kesehatan, makanan, dan barang-barang non-makanan.

Halaman selanjutnya, Indonesia bisa kena dampak:

Indonesia Bisa Kena Dampak

Anak-anak imigran etnik Rohingya asal Myanmar berada dalam tenda pengungsian sementara di lapangan sepak bola Seunebok Rawang, Aceh Timur, Aceh, Minggu (2/2/2025). Berdasarkan data aparatur Desa setempat dari jumlah 686 orang imigran yang ditempatkan ditempat pengungsian sementara itu sejak setahun terakhir, kini hanya tersisa 413 orang sementara 273 orang lainnya telah melarikan diri. ANTARA FOTO / Irwansyah Putra/nz. Pengungsi Rohingya (ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA)

Direktur Eksekutif ASEAN Studies Center UGM, Dafri Agussalim, menyayangkan keputusan Donald Trump menghentikan pendanaan bantuan luar negeri. Kini AS sudah tidak berhak lagi bicara soal penegakan hak asasi manusia dengan gaya menggurui ke negara-negara lain.

"Dan dicabutnya bantuan untuk WHO dan IOM misalnya, itu contoh bahwa AS sudah mengalami degradasi dari sisi moral publik internasional," kata Dafri.

Gara-gara kebijakan negara adidaya itu, negara lain jadi kena getahnya. Di Indonesia, menurut Dafri, bisa saja terjadi kriminalitas jika para pengungsi terdesak oleh kebutuhan hidup mereka. Pasalnya saat ini saja di beberapa wilayah seperti Aceh, masyarakat setempat sudah mulai resah lantaran ada dugaan kasus pelecehan di antara sesama pengungsi Rohingya.

Selain itu, beberapa pengungsi ketahuan melarikan diri ke Malaysia menggunakan jaringan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

"Jika Indonesia tidak bisa menangani pengungsi itu dengan baik, maka dampaknya terhadap Indonesia. Di mata internasional, Indonesia dianggap gagal atau lalai dalam mengurus masalah kemanusiaan ini," kata Dafri.

Solusinya yakni membolehkan para pengungsi Rohingya untuk bekerja cari uang sendiri. Namun itu juga problematik, karena orang-orang Indonesia sendiri susah cari kerja. Indonesia juga belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951 sehingga tak ada kewajiban mengurus pengungsitermasuk memberikan pekerjaan. Solusi lainnya, IOM mencari donor lain selain AS.

Halaman selanjutnya, berapa sih besar bantuan untuk Rohingya yang diterima selama ini?

Uang Bulanan Rohingya

Anak-anak imigran etnik Rohingya asal Myanmar berada dalam tenda pengungsian sementara di lapangan sepak bola Seunebok Rawang, Aceh Timur, Aceh, Minggu (2/2/2025). Berdasarkan data aparatur Desa setempat dari jumlah 686 orang imigran yang ditempatkan ditempat pengungsian sementara itu sejak setahun terakhir, kini hanya tersisa 413 orang sementara 273 orang lainnya telah melarikan diri. ANTARA FOTO / Irwansyah Putra/nz. Anak-anak pengungsi Rohingya (ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA)

Dilansir BBC, uang bulanan untuk pengungsi Rohingya bervariasi per orang. Untuk orang dewasa, uang bulanan mulaya Rp 1.250.000 per bulan, sempat naik menjadi Rp 1.750.000, kemudian kini karena dipangkas maka nominalnya turun menjadi Rp 700 ribu sampai Rp 1.050.000.

Untuk anak-anak, uang yang diterima adalah Rp 500 ribu per bulan, sempat naik menjadi Rp 800 ribu. Untuk orang tua, uang yang diterima adalah Rp 200 per bulan.

Namun kini bayangan gelap membayang. Sebagian bahkan sudah mengalami seret bantuan. Ini terjadi sejak Januari 2025. BBC News Indonesia meliput kondisi kelompok rentan ini.

13 Februari 2025, BBC News Indonesia bertamu ke salah satu pengungsi Rohingya di Kota Medan, Hosen namanya. Pria 38 tahun ini tinggal di rumah sederhana 6x12 meter di gang kecil, dihuni satu keluarga.

"Hidup kami semakin sulit karena pengurangan bantuan, sementara kami harus mencari dan membayar tempat tinggal sendiri," tutur Hosen pasrah.

Hosen punya pengalaman yang mengerikan. Dialari dari desanya di Maungdaw, Rakhine Myanmar karena terjadi pembantaian pada 2012. Saudara dan ayah Hosen dibunuh oleh pihak pemerintah. Dia dan banyak orang Rohingya lainnya sempat tinggal di Cox's Bazar Bangladesh, kemudian lari ke Aceh dengan perahu kandas pada 7 September 2020, meski banyak yang mati di kapal itu.

Uang bantuan dari IOM yang kini jumlahnya semakin berkurag sangat mepet untuk biaya hidup sehari-hari. Hidup di Kota Medan tidak murah untuk mereka. Mereka menyewa rumah Rp 1.300.000 sebulan, selain itu mereka juga butuh makan dan minum.

"Saya juga tidak bisa mencari tambahan, karena dilarang bekerja. Sekarang anak pertama dan kedua saya sudah putus sekolah."

"Mimpi saya anak-anak punya ilmu yang tinggi untuk mengubah masa depan keluarga."

Apa yang dialami Hosen sekeluarga, juga dirasakan 88 orang pengungsi Rohingya lainnya di Kota Medan. Dua di antaranya Salam (30 tahun) dan Yaser (27 tahun). Keduanya tiba di Indonesia pada 2012 dan 2022.

Salam termasuk beruntung karena tak kena pengurangan bantuan, tapi tidak dengan istrinya yang sampai di sini pada 2020. Agar tetap bisa tinggal sekamar di tempat penampungan, Salam harus membayar uang sewa penginapan sekitar Rp1.000.000 per bulan.

Sisa uangnya Rp2.800.000 inilah yang dipakai menghidupi istri beserta dua anaknya. Dia bilang, jumlah uang tersebut tidak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi istrinya sedang hamil tujuh bulan.

Gara-gara kebijakan baru IOM, Yaser dan istri harus angkat kaki dari penampungan dan menyewa kontrakan seharga Rp 800.000 per bulan.

Kesengsaraan juga dialami Umar, pria yang sudah tiba di Indonesia 13 tahun silam. Sore itu lelaki berbadan tegap ini sedang duduk-duduk di halaman tempat penginapan kelas melati di Jalan Jamin Ginting.

Umar mengatakan, "kadang merasa seperti dibiarkan mati pelan-pelan di tengah ketidakpastian ini".

(dnu/dnu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu


Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial