Rekor! Neraca Perdagangan RI Surplus 56 Bulan Beruntun

2 days ago 7

Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Desember 2024 neraca perdagangan barang tercatat surplus sebesar US$ 2,24 miliar yang nilainya turun sebesar US$ 2,13 miliar dibandingkan bulan lalu. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 56 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, pada Desember 2024 secara umum perubahan harga komoditas di pasar internasional bervariasi. Penurunan harga bulanan terjadi pada komoditas energi mineral dan logam mulia. Sementara harga komoditas pertanian naik didorong oleh peningkatan harga minyak kelapa sawit, Kakao dan kopi.

Secara rata-rata harga komoditas pertanian, logam mulia dan logam mineral, mengalami kenaikan secara dibandingkan rata-rata tahun 2023. Sementara itu rata-rata harga komoditas energi tahun 2024 mengalami penurunan sebesar 5,07% dibandingkan rata-rata harga 2023.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada Desember 2024 PMI manufaktur negara mitra Dakar menunjukkan pelemahan sementara itu Tiongkok dan India berada di zona ekspansif," kata Amalia di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (15/1/2025).

Amalia menambahkan, pada Desember 2024 nilai ekspor mencapai US$ 23,46 miliar atau turun 2,24% dibanding November 2024. Nilai ekspor Migas tercatat sebesar US$ 1,54 miliar atau naik 17,12%. Nilai ekspor non migas tercatat turun sebesar 3,36% dengan nilai sebesar 21,92 miliar US Dollar.

Penurunan nilai ekspor secara bulanan terutama didorong penurunan nilai ekspor non migas yaitu komoditas mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya, nikel dan barang padanya serta biji logam. Adapun peningkatan nilai ekspor Migas didorong oleh nilai ekspor migas yang adilnya sebesar 0,68%.

Secara tahunan nilai ekspor Desember 2024 mengalami peningkatan sebesar 4,78% dan kenaikan ini tentunya didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas terutama pada barang lemak dan minyak hewan nabati HS 15, nikel dan dari barang padanya dan juga mesin dan pelengkap elektrik beserta bagiannya hs85.

Pada Desember 2024 total ekspor nonmigas adalah sebesar US$ 21,92 miliar yang juga dirinci menurut sektornya adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan andil kontribusi sebesar US$ 0,58 miliar. Ekspor pertambangan dan lainnya adalah sebesar US$ 3,37 miliar dan ekspor industri pengolahan mencapai US$ 17,61 miliar.

Seluruh sektor secara bulanan mengalami penurunan dan penurunan nilai ekspor Migas utamanya pada sektor industri pengolahan yang turun sebesar 3,55% dan penurunan bulanan ini utamanya disebabkan oleh turunnya nilai ekspor mesin untuk keperluan khusus, nikel barang dari logam siap pasang, kelapa sawit dan juga besi dan baja.

"Dapat kami sampaikan secara tahunan semua sektor mengalami peningkatan kecuali sektor pertambangan. Peningkatan nilai ekspor non migas secara tahunan terutama didorong oleh kenaikan nilai ekspor industri pengolahan yang mencapai 12,24%. Peningkatan sektor industri pengolahan ini memberikan andil sebesar 8,85% terhadap kenaikan total ekspor nonmigas," jelas Amalia.

Sementara itu, perkembangan ekspor non migas ke negara dan kawasan tujuan utama ekspor. 3 besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah China, Amerika Serikat, dan Jepang. Nilai ekspor kepada ketiga negara ini memberikan kontribusi sebesar 44,21% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Desember 2024.

Nilai ekspor non migas ke China tercatat sebesar US$ 5,79 miliar atau turun sebesar 7,27% dibandingkan November 2024. Nilai ekspor non migas ke Amerika Serikat sebesar US$ 2,46 miliar atau naik sebesar 5% dibandingkan bulan lalu. Nilai ekspor ke Jepang tercatat sebesar US$ 1,45 miliar atau turun sebesar 2,58% dibandingkan bulan sebelumnya.

"Secara tahunan nilai ekspor Indonesia ke China dan Amerika Serikat mengalami peningkatan. Sedangkan nilai ekspor ke Jepang mengalami penurunan. Ekspor non migas ke Asean mengalami peningkatan baik secara bulanan maupun tahunan. Nilai ekspor non migas Indonesia ke kawasan Uni Eropa mengalami penurunan secara bulanan dan meningkat secara tahunan," ungkap Amalia lagi.

Sedangkan untuk impor, pada Desember 2024 total nilai impor mencapai US$ 21,22 miliar atau naik sebesar 8,10% dari kondisi November 2024. Impor Migas sebesar US$ 3,30 miliar atau naik sebesar 28,26% secara bulanan.

Impor non migas naik sebesar US$ 17,93 miliar yang naik secara bulanan 5,06%. Kenaikan nilai impor secara bulanan ini didorong oleh utamanya kenaikan nilai impor non migas yang memberikan andil sebesar 4,40% dan juga kenaikan nilai impor Migas dengan adil sebesar 3,70%.

Secara tahunan nilai impor Desember 2024 meningkat sebesar 11,07%. Nilai impor Migas turun 2,24% sementara nonmigas naik sebesar 13,92% secara tahunan. Peningkatan nilai impor secara tahunan pada komoditas nonmigas ini disebabkan oleh peningkatan volume dan peningkatan rata-rata harga agregat impor nonmigas

Berdasarkan penggunaanya, pada Desember 2024 seluruh jenis barang impor mengalami kenaikan secara bulanan dan tahunan. Cara bulanan nilai impor barang konsumsi naik 14%, bahan baku penolong menyumbang setidaknya 70,71% dari total impor Desember 2024 juga mengalami kenaikan sebesar 7,05% dan impor barang modal naik sebesar 8,87%.

Secara tahunan nilai impor untuk barang konsumsi naik 12,44%, untuk impor bahan baku penolong naik 8,84%, serta impor barang modalnya sebesar 19,6%.

Sehingga, kata Amalia, pada Desember 2024 neraca perdagangan barang tercatat surplus sebesar US$ 2,24 miliar yang nilainya kira-kira turun sebesar US$ 2,13 miliar dibandingkan bulan lalu. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 56 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Surplus pada bulan Desember 2024 tentunya ditopang oleh surplus komoditas nonmigas di mana komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Neraca perdagangan komoditas Migas tercatat defisit sebesar 1,76 miliar US Dollar yang komoditas minimal defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah," tutup Amalia.

(ada/rrd)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial