Jakarta -
Beragam model kloset bekas berjajar rapi di sisi trotoar bersandingan dengan hiruk-pikuk kendaraan yang melintasi persimpangan Jalan Minangkabau Barat dan Jalan Sultan Agung, Setiabudi, Jakarta Selatan. Meski terkena debu setiap hari, kloset-kloset ini tak kehilangan kilauannya.
Kawasan yang terletak tidak jauh dari Stasiun Manggarai itu memang terkenal sebagai sentra penjualan barang-barang bekas, salah satunya produk kloset bekas. Orang mengenalnya sebagai kawasan Pasar Rumput.
Aneka macam model dan merek kloset tersedia, mulai dari merek Toto hingga American Standard. Produk-produk bekas ini ternyata cukup laku dan banyak dicari masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilik Toko Sinar Mandiri Closet, Rusmanap, mengatakan para pelanggan yang datang mencari kloset cukup beragam, ada yang perorangan untuk keperluan rumah sendiri, hingga untuk kepentingan perusahaan.
"Tiap hari ada saja ya Alhamdulillah (yang beli). Biasanya sih kebanyakan orang yang bikin kontrakan-kontrakan, kos-kosan. Bisa beli banyak, di atas 5, 10 (buah), lebih gitu. Buat kos-kosan kebanyakan," kata Rusmanap ditemui detikcom di tokonya, Kamis (15/5/2025).
Pembelinya pun ada yang berasal dari Jabodetabek, bahkan ada pula yang dari luar Pulau Jawa. Rusmanap bahkan tengah menyiapkan pesanan kloset Toto seharga Rp 900 ribu untuk dikirimkan ke pelanggannya di Padang, Sumatera Barat.
Menurutnya, banyak keuntungan yang bisa diperoleh bila membeli kloset bekas ketimbang kloset baru. Hal ini utamanya dari segi harga, di mana produknya bisa punya selisih hingga 60%-70% dari harga asli, dengan kualitas yang terjamin.
"Orang kita kan kebanyakan cari yang second tapi bagus gitu. Daripada beli barang yang baru harga Rp 2 juta sekian, kita jual cuma Rp 900 ribu kan bedanya hampir 1 juta lebih. Kita juga jaga kualitas," ujarnya.
Foto: Shafira Cendra Arini
Pemilik Toko Usaha Baru, Akbar, juga mengungkap hal yang sama. Menurut dia, pelanggannya mayoritas merupakan orang-orang yang punya budget tipis untuk membeli kloset. Paling banyak ialah orang-orang yang sedang dalam proses membangun kosan.
"Misalnya mau bangun kos-kosan 10 pintu. Kalau ngambil baru sekian, kalau ngambil bekas sekian. Nah dia mempertimbangkan kebanyakan ke yang bekas, cuma kalau kualitas ya sama. Kita bekas tapi mereknya yang ternama, atau baru tapi China, cuma rusaknya cepat. Itu perbandingan mereka biasanya," jelas Akbar.
Tokonya biasanya menerima orderan hingga 20 kloset untuk keperluan pembangunan kos-kosan. Selain kos-kosan, Akbar juga kerap menerima orderan dari perusahaan. Ia bahkan pernah menerima pesanan keran sebanyak 150 buah senilai Rp 60 juta.
"Kita pukul rata sekitar Rp 400 ribu kali 150 (buah) (Rp 60 juta). Kalau kali 100 aja Rp 400 ribu jadi Rp 40 juta. Itu ditempo (dicicil) tapi dari mereka biasanya. Dari kita pun barangnya juga ditempo. Jadi biasanya pengadaan 150 itu bisa sampai 3 bulan lah maksimal. Jadi kita ada barang 20 kita antar, 20 kita antar. Kayak gitu," ujarnya.
Di sisi lain, pekerja dari Toko Jaya Baru Closet, Andre, mengatakan saat ini yang lebih banyak laku justru produk-produk pendukung seperti bak cuci piring hingga keran air. Adapun barang-barang tersebut juga turut dijual lewat toko online.
Sedangkan untuk pembeli produk kloset sendiri terbilang agak menurun dibandingkan beberapa tahun lalu. Sebab, kini lebih banyak orang yang belanja online ketimbang berkunjung langsung.
"Sekarang lagi sepi, ramainya online, yang belanja asli (offline) jarang. Kalau belanja asli seminggu paling nggak sekitar tiga orang. Tadi aja dalam keadaan 2 minggu baru masuk lagi belanja, yang tadi beli bak cuci piring itu. Itu langganan," ujar Andre.
Ditambah lagi, saat ini tepat di depan tokonya sedang ada pembangunan Proyek LRT. Menurutnya, kondisi ini membuat orang jadi kesulitan untuk berhenti ataupun parkir sehingga pengunjung tokonya semakin berkurang. Meski demikian, ia bersyukur kehadiran toko online banyak membantu tokonya.
"Berkurang paling sekitar dua-tiga orang per hari ada yang beli. Sekarang jarang banget yang beli," kata dia.
(acd/acd)