Jakarta -
Ketua DPR Puan Maharani menyoroti kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh tenaga medis yang belakangan ramai jadi perhatian publik. Puan menilai tindakan itu tak manusiawi.
"Setiap hari kita mendengar, membaca berita atau informasi dan mungkin bahkan mengetahui langsung soal kasus kekerasan seksual yang memilukan dan mengiris hati. Kasus kekerasan seksual di Indonesia yang terus menggunung ini menjadi PR kita bersama," kata Puan Maharani dalam keterangannya, Rabu (16/4/2024).
Puan meminta aparat penegak hukum bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk bertindak cepat menangani kasus. Puan tak ingin kepercayaan publik ke tenaga kesehatan tercederai lantaran kasus itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah tindakan yang sangat tidak manusiawi, apalagi dilakukan oleh tenaga medis yang seharusnya menjadi pelindung dan pemberi rasa aman bagi pasien. Tidak boleh ada toleransi terhadap praktik kejahatan seksual di fasilitas layanan kesehatan," katanya.
Puan menekankan bahwa ruang periksa dokter khususnya dokter kandungan, harus menjadi tempat yang aman bagi perempuan. Puan meminta Kemenkes mengevaluasi mekanisme pengawasan praktik dokter serta sistem perlindungan pasien di seluruh Indonesia.
"Kasus ini adalah alarm keras bagi sistem pengawasan tenaga kesehatan. Pemerintah harus menjamin bahwa setiap warga negara, terutama perempuan, bisa mendapatkan layanan kesehatan yang aman, bermartabat, dan bebas dari pelecehan," ujar Puan.
Puan juga mendorong pihak kepolisian mengusut tuntas kasus dokter di Garut yang belakangan ramai diperbincangkan. Puan menyebut pelaku harus dihukum setimpal.
"Aparat penegak hukum juga harus menelusuri kemungkinan adanya korban lain yang belum melapor karena trauma atau tekanan," kata Puan.
Ketua DPP PDIP itu juga menyoroti kasus dugaan pelecehan seksual seorang guru di salah satu SDA swasta di Depok terhadap sedikitnya 16 siswi sejak Agustus 2024 hingga Maret 2025. Puan menyebut peristiwa ini sebagai kejahatan kemanusiaan yang mengoyak hati nurani.
"Pelecehan seksual di lingkungan sekolah selalu mengoyak hati nurani, meninggalkan rasa perih bagi kita semua karena kejahatan dilakukan kepada anak-anak yang masih lugu dan murni," ungkap Puan.
"Anak-anak yang seharusnya tumbuh dalam rasa aman dan penuh kasih di lingkungan sekolah justru menjadi korban kekerasan seksual yang seharusnya menjadi pendidik dan pelindung bagi mereka," sambungnya.
Puan mengkritik sikap sekolah yang hanya menyelesaikan permasalahan melalui mediasi dan surat pernyataan, tanpa langkah tegas berupa laporan hukum atau pemberhentian terhadap pelaku. Puan menilai pendekatan tersebut adalah bentuk abai terhadap keselamatan anak.
"Mediasi tidak bisa menjadi solusi untuk kejahatan seksual terhadap anak. Kita tidak sedang menyelesaikan konflik antar tetangga. Ini adalah bentuk kekerasan yang harus diusut tuntas secara hukum, bukan ditutupi atau diredam," ujar Puan.
"Kementerian dan lembaga terkait harus memastikan persoalan dugaan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan diusut secara tuntas," tambahnya.
Seperti diketahui kasus pemerkosaan terjadi dilakukan dokter residen PPDS Unpad, Priguna Anugerah Pratama (31), kepada keluarga pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Priguna kini telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka. Polisi menduga korban dari Priguna tak hanya satu orang, setidaknya 17 saksi diperiksa oleh polisi terkait kasus pemerkosaan Priguna.
Belum rampung penyelidikan kasus residen PPDS, publik kini menyoroti pelecehan yang diduga dilakukan dokter obgyn di Garut, Jawa Barat. Rekaman CCTV menunjukkan aksi pelecehan dilakukan saat praktik USG ibu hamil.
Dokter obgyn tersebut viral dinarasikan sengaja kerap menawarkan USG gratis dan dilakukan saat tidak ada pendampingan tenaga kesehatan lain, seperti misalnya bidan. Aksinya terungkap pasca beberapa pasien yang mengaku menjadi korban, melapor ke klinik.
(dwr/rfs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini