Jakarta -
Masa transisi yang dikenal sebagai masa "sede vacante" atau kursi kosong ini, dimulai saat seorang Paus wafat dan berakhir ketika Paus baru terpilih.
Ada tiga tahap yang perlu dijalani secara berurutan. Pertama, hari-hari menjelang pemakaman Paus, lalu masa berkabung dan persiapan para kardinal untuk melakukan konklaf, setelahnya baru konklaf itu sendiri.
Segera setelah Paus wafat, akan diadakan misa pemakaman selama sembilan hari berturut-turut, yang disebut "Novendiale", di Basilika Santo Petrus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini adalah masa istimewa bagi Gereja Katolik, yang penuh dengan simbol-simbol penting penuh makna.
Sejak hari Senin (21/04) lalu, dokumen-dokumen resmi Vatikan tidak lagi menggunakan lambang Takhta Suci, tetapi diganti dengan lambang khusus masa kekosongan takhta, yakni simbol dua kunci Santo Petrus bersilang di bawah payung terbuka.
Simbol ini juga muncul di halaman depan surat kabar Vatikan Osservatore Romano, sampai Paus baru terpilih.
Masa berkabung dan perpisahan dengan Paus yang wafat
Pemakaman Paus biasanya dilangsungkan dalam waktu enam hari. Paus Fransiskus akan dimakamkan pada Sabtu (26/04). Rentang waktu ini juga yang dilangsungkan saat Paus Yohanes Paulus II wafat pada 2005 lalu, begitu juga saat wafatnya Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus I pada Agustus dan akhir September 1978.
Pemakaman Paus-paus sebelumnya bahkan berlangsung lebih cepat, seperti Paus Yohanes XXIII yang dimakamkan dalam tiga hari pada 1963 dan Paus Pius XII yang dimakamkan dalam empat hari pada 1958.
Menjelang hari pemakaman, umat Katolik memiliki kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus yang wafat di Basilika Santo Petrus. Namun, Paus Fransiskus adalah Paus pertama dalam hampir 150 tahun terakhir yang tidak akan dimakamkan di sana.
Paus Fransiskus lebih memilih untuk dimakamkan secara sederhana di Gereja Santa Maria Maggiore, yakni gereja Maria di Roma yang dekat dengan stasiun utama kota. Tempat itu sangat berarti bagi Paus Fransiskus.
Ia menyatakan keinginannya ini dalam surat wasiat, yang diumumkan pada Senin (21/04), serta yang tertulis dalam otobiografinya yang berjudul "Harapan" pada Januari 2025. Hal ini juga pernah ia sampaikan dalam beberapa wawancara di dua tahun terakhir.
Pertemuan para kardinal di Roma
Pertemuan para kardinal menjelang konklaf bahkan dimulai sebelum pemakaman Paus berlangsung.
Serangkaian pertemuan yang disebut "konsistori" atau dewan kardinal ini dihadiri oleh seluruh kardinal Gereja Katolik. Ini termasuk 135 kardinal berusia di bawah 80 tahun yang punya hak pilih dan memilih, serta 252 kardinal Gereja secara keseluruhan.
Pertemuan "pra-konklaf" ini penting karena 135 kardinal yang berasal dari 71 negara itu belum saling mengenal, bahkan dalam hal pandangan atau kebijakan gereja mereka.
Pertemuan itu berlangsung di Aula Sinode Vatikan. Para kardinal yang punya hak pilih harus ikut begitu mereka tiba di Roma.
Pentingnya pertemuan ini juga terlihat jelas setelah Paus Fransiskus terpilih pada 13 Maret 2013 lalu. Saat itu, nama-nama calon Paus masih menjadi perdebatan sengit.
Waktu itu, Uskup Agung Buenos Aires Jorge Mario Bergoglio menyampaikan pidato yang begitu menyentuh tentang kondisi Gereja Katolik saat itu. Pidato itu membuatnya dilirik sebagai kandidat.
Namun, seperti yang dijelaskan Paus Fransiskus dalam otobiografinya, pembicaraan antar kardinal itu tidak hanya dalam pertemuan resmi saja, tetapi saat berbincang di sela-sela pertemuan.
Bahkan, beberapa hari sebelum konklaf dimulai, seorang uskup agung datang mengunjungi Paus Fransiskus di kediamannya dan menyebut beberapa nama calon Paus yang ramai dibicarakan. Menurut Paus Fransiskus, percakapan itu membuatnya "tidak nyaman."
Kelompok-kelompok kecil yang berpengaruh di antara para kardinal biasanya terbentuk berdasarkan bahasa atau asal benua, tapi lebih sering didasarkan pada orientasi kebijakan progresif atau konservatifnya.
Menanti asap putih
Para kardinal yang punya hak pilih akan memulai konklaf paling lambat pada hari ke-15 hingga ke-20 setelah Paus wafat. Mereka akan tinggal di Casa Santa Marta, rumah tamu Vatikan tempat Paus Fransiskus juga tinggal, tanpa ponsel, komputer, atau surat kabar.
Pagi harinya, misa khusus untuk pemilihan Uskup Roma diadakan di Basilika Santo Petrus. Sorenya, para kardinal akan berjalan menuju Kapel Sistina untuk mulai memilih.
Seluruh proses konklaf dan pemilihan Paus ini dijabarkan secara rinci dalam Konstitusi Apostolik yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1996. "Tidak ada dokumen lain dalam sejarah kepausan yang sejelas dan sedetail ini terkait masa kekosongan takhta," kata sejarawan gereja dan ahli kepausan, Jörg Ernesti, kepada DW. Setelah itu, pemilihan pun dimulai.
Pada hari wafatnya Paus Fransiskus, sejumlah komentator memprediksi konklaf kali ini akan berlangsung lama karena jumlah peserta yang lebih banyak.
Pada abad ke-20, konklaf biasanya berlangsung dua hingga lima hari. Namun, konklaf pada 2005 dan 2013 hanya berlangsung 26 dan 27 jam saja, menjadikannya dua konklaf tersingkat dalam sejarah.
Ernesti menyebutkan soal konklaf terlama sepanjang sejarah, saat pemilihan Paus Pius VII pada 1800. Para kardinal telah berkumpul sejak 1 Desember 1799 dan baru selesai memilih pada 14 Maret 1800. Namun sejak 1831, konklaf biasanya tidak lebih dari enam atau tujuh hari.
Setiap kali pemungutan suara gagal, surat suara akan dibakar dengan tunku khusus berisi jerami basah dan minyak atau aspal. Sehingga muncul asap hitam, keluar dari cerobong Kapel Sistina, yang menjadi penanda belum terpilihnya Paus baru.
Jika para kardinal berhasil memilih Paus baru, kertas akan dibakar hanya bersama jerami, yang menghasilkan asap putih.
Saat ini, para kardinal tidak punya kesulitan untuk datang tepat waktu saat konklaf.
Namun, dulu keadaannya lain. Pada 1875, Paus Pius IX mengangkat Uskup Agung asal New York, John McCloskey (1810–1885), sebagai kardinal. Ini mengejutkan banyak orang, karena McCloskey adalah kardinal pertama dari "Era Baru" dan bukan warga Eropa.
Setelah Paus Pius IX wafat, McCloskey melakukan perjalanan panjangnya dengan kapal menuju Roma. Namun, ketika ia tiba dua pekan kemudian, Paus baru, Leo XIII, sudah terpilih.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Khoirul Pertiwi
Editor: Prita Kusumaputri
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini