Obituari Fransiskus, Sang Paus dari 'Ujung Bumi' Bagi Kaum Papa

3 weeks ago 31
Update Informasi Hot Sore Viral Terbaru

Jakarta -

Teolog pembebasan Brasil, Leonardo Boff, dengan penuh keyakinan mengungkapkan: "Paus ini akan mengubah Gereja (Katolik)," sebuah pernyataan yang ia lontarkan dalam sebuah wawancara dengan Deutsche Welle setelah pemilihan Paus Fransiskus pada Juli 2013.

Dan ternyata, ramalan Boff tak meleset. Fransiskus benar-benar telah menghadirkan perubahan besar dalam tubuh Gereja.

Namun, meski perubahan itu nyata, harapan-harapan yang mengiringinya, khususnya di belahan dunia Selatan, masih terhampar di horizon yang jauh dari jangkauan, menyisakan ambivalensi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kritik terhadap kapitalisme

Kepausan Jorge Bergoglio, mantan Uskup Agung Buenos Aires yang sebelumnya kurang dikenal, dimulai dengan penuh harapan.

Di Hari Pemuda Sedunia 2013 yang berlangsung di Rio de Janeiro, jutaan umat beriman menyambut Paus dengan sorak sorai, saat ia menyerukan "pilihan untuk kaum miskin", membasuh kaki para tahanan di pusat penahanan remaja, dan dengan lantang mengecam kapitalisme.

"Paus telah membela hak-hak kaum miskin semasa menjadi Uskup Agung Buenos Aires," ungkap jurnalis Argentina, Miguel Hirsch, kepada DW.

Bagi mereka yang mengenal Paus, komitmen terhadap kaum miskin ini adalah ciri khas kepausannya. "Dia telah memulai banyak hal, termasuk lebih dari 40 perjalanannya, kebanyakan ke negara-negara berkembang," imbuh Hirsch. "Dan ia berulang kali mengecam sistem kapitalis yang menindas."

Peduli lingkungan dan perubahan iklim

Bagi organisasi bantuan Katolik Misereor, pencapaian Paus juga mencakup tekadnya untuk menjaga lingkungan hidup.

Dalam ensiklik "Laudato si" yang diterbitkan pada tahun 2015, Paus mengingatkan kita bahwa perjuangan melawan kemiskinan dan kerusakan alam harus dipandang sebagai satu kesatuan. "Dengan 'Laudato si', Paus berjuang menyentuh hati nurani mereka yang berkuasa," jelas CEO Misereor, Pirmin Spiegel.

Uskup Agung Suva, Peter Loy Chong, di Fiji, bahkan mengatakan bahwa isu perubahan iklim dan migrasi adalah yang terpenting bagi penduduk setempat, seperti yang disampaikan Spiegel.

Leonardo Boff, dalam sebuah artikel untuk surat kabar kiri Jerman, Tageszeitung, menilai ensiklik ini sebagai langkah bersejarah. "Ini adalah pertama kalinya seorang Paus membahas masalah ekologi secara holistik," paparnya dengan penuh semangat, sambil melihat bahwa banyak pernyataan Paus terkait erat dengan teologi pembebasan ala Amerika Latin.

Pengaruh Eropa yang kian memudar

Pengaruh Eropa, yang selama berabad-abad menjadi pusat Gereja Katolik, kini perlahan-lahan surut. Fransiskus, dengan cermat, telah mendekatkan Vatikan kepada dunia baru.

Prediksi Boff tentang terciptanya "dinasti Paus dari Dunia Ketiga" mulai terbukti. Pengangkatan kardinal-kardinal baru oleh Paus, yang mengubah komposisi para pemilih dalam konklaf, membuktikan bahwa lebih banyak suara kini datang dari luar Eropa.

Berdasarkan data dari Pew Research Center, mayoritas kardinal pemilih kini berasal dari kawasan Asia-Pasifik, Amerika Latin, Afrika, dan Amerika Utara.

Di sisi lain, meski ada perubahan komposisi ini, Eropa tetap memiliki representasi signifikan, mengingat hampir seperempat umat Katolik dunia masih tinggal di benua tersebut.

Reformasi yang tak kunjung terwujud

Namun, meski pergeseran regional telah terjadi, Paus Fransiskus belum berhasil melakukan perubahan struktural yang berarti dalam Gereja Katolik.

Hal ini amat terasa dalam Sinode Amazon pada Oktober 2019. Dalam Surat Apostolik Querida Amazonia yang diterbitkan setelahnya, semua harapan reformasi di wilayah tersebut pupus.

Tidak hanya penerimaan terhadap pria yang sudah menikah, yang telah memberikan pengabdian luar biasa kepada komunitas (viri probati), untuk menjadi imam yang ditolak, tetapi juga pentahbisan perempuan secara resmi sebagai diakon, yang dalam praktiknya sudah memimpin ibadah, turut ditolak.

Pirmin Spiegel, yang hadir dalam Sinode Amazon, mengungkapkan kekecewaannya: "Dua pertiga uskup di Sinode mendukung 'viri probati' dan diakon perempuan," kenangnya: "Bola itu berada di depan gawang, dan alih-alih menendangnya masuk, Paus malah menendangnya keluar. Mengapa? Saya tidak tahu."

Setelah sinode dunia, pertemuan besar para uskup yang membantu membentuk masa depan Gereja Katolik, berakhir pada Oktober 2024. Fransiskus menginginkan perubahan, seperti yang pernah dikatakannya, "kegelisahan" di Gereja, tetapi renovasi besar-besaran terhadap arsitektur doktrin bukanlah hal yang disukainya.

Namun, ia mengawasi reformasi besar Kuria, badan administratif Vatikan, yang mulai berlaku pada tahun 2023 dan mengatur ulang pemerintahan Paus. Menjelang akhir hayatnya, ia menempatkan dua biarawati sebagai kepala pelayanan Vatikan, yang dikenal sebagai dikasteri, jabatan yang biasanya diperuntukkan bagi para kardinal.

Bagaimana dalam menyelesaikan skandal pelecehan seksual?

Selama masa jabatannya, Fransiskus harus menangani kasus-kasus pelecehan seksual di banyak bagian Gereja, bersama dengan kronisme dan intrik di Vatikan. Fransiskus, yang terkadang mengumumkan "toleransi nol" terhadap pelecehan dan upaya menutup-nutupinya, mengecewakan banyak orang dengan beberapa keputusannya.

Meskipun ia mencopot puluhan uskup dari jabatannya di seluruh dunia pada tahun-tahun terakhirnya, Fransiskus dipandang tidak secara konsisten mengambil keputusan personal. Dan tampaknya sulit baginya untuk mengambil tindakan terhadap para pelaku yang diduga berada di lingkungan terdekatnya.

Kekecewaan lain yang tak kalah besar datang dari isu pelecehan seksual dalam tubuh Gereja. SNAP (Survivors Network of those Abused by Priests), sebuah organisasi yang memberikan dukungan bagi para korban pelecehan seksual oleh imam, mempertanyakan aksi konkret Paus setelah seruan-seruannya yang tegas.

"Mengapa Paus tidak mengucilkan para pelanggar terburuk?" ujar Wakil Ketua SNAP David Clohessy dalam wawancara dengan National Catholic Reporter. "Mengapa Paus tidak menurunkan jabatan uskup-uskup yang tahu adanya pelecehan namun tetap diam, malah memensiunkan mereka?"

Di Chili, setelah skandal pelecehan tersebut mencuat, seluruh Konferensi Waligereja mengajukan pengunduran diri mereka saat kunjungan Paus pada tahun 2018, sebuah peristiwa yang sangat jarang terjadi dalam sejarah Gereja Katolik.

Penghormatan terakhir untuk Oscar Romero

Meski banyak kekecewaan dan kritikan yang datang, Fransiskus masih mendapat dukungan besar dari kaum miskin dan mereka yang telah menderita di Roma selama bertahun-tahun karena kesetiaan mereka pada Injil.

Salah satunya adalah Oscar Romero, Uskup Agung El Salvador yang dibunuh pada tahun 1980 setelah memperjuangkan reformasi tanah di tanah airnya.

Pada 14 Oktober 2018, setelah proses beatifikasi yang dimulai pada tahun 1994, Romero akhirnya dinyatakan sebagai orang suci oleh Paus Fransiskus.

Pernyataan tentang perang dan kekerasan

Paus Fransiskus sering mengungkapkan penentangannya terhadap perang dan kekerasan. Ia sering mengingatkan dunia bahwa perang hanya akan membawa penderitaan bagi rakyat biasa, dan menekankan pentingnya diplomasi dan penyelesaian damai dalam konflik internasional. Dalam kondisi sakit beratpun ia terus memikirkan korban-korban perang di Gaza dan Ukraina, misalnya.

Namun, ketika ia berbicara tentang situasi penduduk sipil Gaza, hal itu menyebabkan memburuknya hubungan dengan sebagian orang Yahudi. Fransiskus dengan cepat mengutuk serangan pada tanggal 7 Oktober 2023 oleh kelompok militan Hamas, dan kemudian berulang kali menyerukan pembebasan sandera Israel. Namun, ia juga terguncang oleh kisah komunitas Kristen kecil di Kota Gaza, dan dengan tajam mengutuk serangan Israel.

Pandangannya ini terkadang dianggap naf atau tidak realistis oleh mereka yang lebih berpihak pada pendekatan militer.

Ia sering menantang norma-norma tradisional Gereja dan menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Meskipun demikian, banyak yang melihatnya sebagai pembaharu yang berusaha membawa Gereja Katolik lebih relevan dengan tantangan zaman modern.

Pendekatan terhadap isu kontroversial

Meski tetap setia pada ajaran Gereja mengenai aborsi dan kontrasepsi, ia dikenal lebih berfokus pada belas kasih dan penerimaan, bahkan dalam menghadapi isu-isu yang sangat kontroversial seperti aborsi.

Paus Fransiskus mengungkapkan sikap yang lebih terbuka terhadap komunitas LGBTQ+. Meskipun ia tetap mempertahankan ajaran Gereja yang menentang perkawinan sejenis, ia juga menekankan pentingnya penghormatan terhadap martabat individu.

Pernyataan terkenalnya yang menyebutkan "Siapa saya untuk menghakimi?" kepada umat Katolik yang homoseksual menjadi titik kontroversial yang menyulut perdebatan di dalam Gereja.

Menjangkau kaum Yahudi dan muslim

Apa yang akan tetap menjadi warisan adalah upaya Fransiskus untuk membangun hubungan dengan kaum Yahudi dan muslim, sebuah pendekatan baru bagi seorang paus. Fransiskus senang memperkenalkan dirinya sebagai "Saudara Uskup," sebuah istilah yang juga ia gunakan ketika bertemu dengan perwakilan dari agama monoteistik lainnya.

Ia juga merupakan Paus pertama yang mengunjungi Jazirah Arab, dan telah melakukannya beberapa kali. Di Abu Dhabi pada tahun 2019, ia menandatangani dokumen kebijakan dengan para pemimpin muslim dan perwakilan gereja-gereja lain yang berfokus pada "persaudaraan manusia, perdamaian dunia, dan hidup bersama."

Dan pada tahun 2021, ia mengunjungi kaum Syiah di Irak untuk mempromosikan dialog dan persaudaraan agama. Semakin lama Fransiskus menjabat, semakin intensif pula kontaknya dengan Islam.

Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus tahun lalu juga mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta saat berkunjung ke Indonesia, negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia. Ia juga sempat melihat terowongan yang menghubungkan Istiqlal dengan Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga.

Paus Fransiskus pun memuji terowongan tersebut. Dia menyebut terowongan penghubung Istiqlal dengan Katedral sebagai terowongan persahabatan yang memiliki simbol bermakna.

"Mengenai hal ini, haruslah disebut terowongan bawah tanah 'terowongan persahabatan' yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga. Ini adalah simbol yang bermakna, yang memperkenankan dua tempat ibadah agung tidak hanya berada berhadapan satu sama lain, tapi terhubung satu sama lain," kata Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal, Kamis 5 September tahun lalu.

Paus semakin terganggu oleh masalah kesehatan sejak tahun 2021 dan seterusnya, dan ia dirawat di rumah sakit beberapa kali untuk menjalani operasi. Ia pertama kali muncul di sebuah acara publik menggunakan kursi roda pada tahun 2022, dan mulai mengandalkan kursi roda itu menjelang akhir hayatnya.

Selama 12 tahun masa kepausan Fransiskus, dunia tampak semakin terpecah belah dan dilanda konflik — dan Paus makin sering menjadi suara peringatan. Salah satu gambaran yang paling berkesan dan kuat dari masa jabatannya sebagai Paus terjadi pada hari umat Agung, menjelang Paskah 2020, di tengah pandemi COVID-19: Paus Fransiskus sendirian, di Lapangan Santo Petrus yang gelap dan hujan, memohon kepada Tuhan dalam menghadapi penderitaan di seluruh dunia.

Paus Fransiskus, dengan segala tindakannya yang dinilai penuh ambivalensi, telah mengguncang Gereja, namun dalam banyak hal, Gereja Katolik masih harus menempuh jalan panjang untuk mewujudkan harapan besar yang digantungkan kepada Paus.

Artikel ini pertama kali terbit di DW Bahasa Inggris

Diadaptasi oleh: Ayu Purwaningsih

Editor: Agus Setiawan

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial