Jakarta -
Empat guru besar Universitas Brawijaya Malang dikukuhkan 22 April 2025. Mereka adalah Dr. Dwi Setijawati sebagai profesor bidang ilmu teknologi hasil perikanan dan kelautan; Agung Sugeng Widodo Ph.D, profesor bidang ilmu energi dan pembakaran gas; Dr. Sugiarto profesor bidang ilmu teknik material dan manufaktur; dan Moh. Sholichin Ph.D sebagai profesor bidang ilmu pengelolaan sungai dan lingkungan.
Keempatnya menyampaikan orasi pengukuhan sebagai guru besar di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya. Moh. Sholichin yang juga dikenal sebagai ahli bidang sumber daya air menyampaikan orasi tentang pengelolaan sungai berkelanjutan. Ini berkaitan dengan kondisi sungai-sungai di berbagai wilayah saat ini yang mengalami peningkatan beban pencemaran serta penurunan kualitas air sungai.
Di banyak tempat kita menyaksikan apa saja dibuang di sungai, mulai sampah pertanian, kotoran hewan ternak, limbah rumah tangga berupa kantung dan botol plastik, sampah dapur, kayu, limbah cair dan kotoran WC. Bahkan ada ember, kursi atau kasur bekas yang terhanyut di sungai. Belum lagi limbah industri berupa zat kimia yang sangat berbahaya.
Ibaratnya, sungai-sungai seperti truk pengangkut sampah yang bergerak terseok-seok karena keberatan beban yang menggunung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal peran sungai sangatlah vital dalam kehidupan: sebagai sumber air untuk kebutuhan rumah tangga, industri, sarana transportasi, pertanian, sebagai ekosistem pendukung keanekaragaman hayati, dan lain-lain.
Sebagai contoh, di Lembang, Kawasan Bandung Utara, ada Sungai Cikapundung sepanjang sekitar 28 KM, melintas Kota Bandung sampai ke Bandung Selatan. Aliran Cikapundung melewati kawasan peternakan, pertanian, permukiman, dan industri, kemudian menyatu dengan Sungai Citarum yang bermuara di Muara Gembong, Bekasi.
Cikapundung adalah sungai penting bagi warga Bandung sebagai sumber PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Juga ada pembangkit listrik yang sudah beroperasi sejak 1923.
Tidak jauh dari hulu Cikapundung ada kawasan peternakan susu perah di Batuloceng, Suntenjaya, Lembang dengan 400-an ekor sapi yang kotorannya dibuang ke sungai. Kalau satu ekor sapi kotorannya sehari 2,5 Kg saja, maka Cikapundung digerojok kotoran sapi sebanyak satu ton setiap hari.
Bukan sekadar air sungainya yang tercemar, Cikapundung juga mengalami pendangkalan karena endapan dari kotoran ternak. Beruntung di Batuloceng ada aktivis lingkungan mengajak para peternak mengolah kotoran ternak menjadi pupuk sehingga tidak terjadi lagi pembuangan kotoran ternak ke sungai.
Prof. Ir. Moh. Sholichin (dok.Istimewa) Foto: Prof. Ir. Moh. Sholichin (dok.Istimewa)
SMART-UB
Moh. Sholichin dalam salah satu buku karyanya, 'Kualitas Air Sungai: Siapa Peduli, Mengapa dan Bagaimana?' (2019) memberi gambaran yang perlu mendapat perhatian. Dari 98 sungai di Indonesia yang dipantau: 52 tercemar berat , 20 tercemar sedang sampai berat, 7 sungai tercemar ringan, dan 21 sungai memenuhi baku mutu sampai tercemar ringan.
Di Kalimantan, Sungai Barito dan Sungai Martapura pernah menyandang sebagai sungai tercemar berat selama 3 tahun. Di Jawa Barat, Cisadane, Citanduy, dan Citarum tercemar berat. Bahkan Citarum pernah menyandang sebagai sungai paling tercemar di tataran internasional, menurut Laporan Tahunan Green Cross Swiss dan Black Institute.
Citarum memiliki konsentrasi Mangan 4 kali lipat dari batas yang direkomendasikan. Untuk mengatasinya dibuatlah Peraturan Presiden (2018) tentang percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan daerah aliran Citarum yang dikenal dengan Program Citarum Harum.
Dalam pidato pengukuhannya Moh. Sholichin menyampaikan konsep SMART-UB (Sustainable Mitigation Approach for River Transformation, Utilization, and Balance) sebagai upaya menghadapi perkembangan pengelolaan sungai dan lingkungan, berkaitan dengan peningkatan beban pencemaran serta penurunan kualitas air sungai. Selama ini pengelolaan sungai kurang menekankan pentingnya pemantauan status kualitas air secara komprehensif dan faktor yang memengaruhi.
SMART-UB menekankan 4 hal: pertama, strategi mitigasi untuk mengurangi dampak negatif akibat peningkatan beban pencemaran sungai; kedua, transformasi kondisi sungai berdasarkan penilaian kualitas air; ketiga pemanfaat air secara bijaksana; keempat keseimbangan antara pemanfaatan dan fungsi ekologis sungai.
Tujuannya adalah meminimalisir dampak pencemaran, memantau dan menilai perubahan kondisi sungai serta memastikan keseimbangan antara pemanfaatan air dan fungsi ekologis sungai guna menjaga keberlanjutan sumber daya perairan.
Konsep SMART-UB tentu didasari dari banyak studi dan penelitian di berbagai wilayah di Indonesia. Termasuk studi sungai yang dilakukan di luar negeri sebagai perbandingan dan rujukan. Di antaranya ke Delft-Belanda, Hongkong, China, Jepang, Italia, Australia, Thailand, dan Malaysia.
Sejak lulus sarjana, konsultan bidang sumber daya air di lingkungan Kementerian PUPR, ini sudah mendalami bidang sumber daya air. Bidang yang menyangkut kehidupan orang banyak tapi kurang diminati.
Hal itu dilanjutkan saat studi S-2 dan diperkuat ketika mengambil program doktor (Ph.D) di Malaysia. Penelitiannya berfokus pada aspek pencemaran air dan estimasi beban pencemaran akibat perubahan tata guna lahan serta strategi mitigasinya.
Setelah menyelesaikan program doktoral, penelitianya terus berkembang dengan fokus utama pada dua bidang yang berkaitan: pengelolaan sungai dan masalah lingkungan. Titik berat kajiannya kini pada pencemaran sungai dan waduk.
Ia juga banyak terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan sungai-sungai di Indonesia serta perencanaan ketataairan dalam pengembangan wilayah di sejumlah kabupaten. Di antaranya pengendalian banjir Kali Lamong bagian hulu di Gresik, sistem penyediaan air minum di Kabupaten Blitar, pengembangan sumber daya air di Kabupaten Magetan, penanganan tanah longsor dan pencemaran air pada DAS Waduk Selorejo, Malang. Juga di beberapa daerah lain, Pasuruan, Kota Batu, Maluku, bahkan sampai Boven Digul.
Mengembangkan "Rumah"
Sholichin, pria kelahiran Gresik, lulus sarjana Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 1991. Pernah menjabat sebagai ketua pada dua departeman di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya; Departemen Teknik Pengairan dan Departemen Teknik Kimia, serta mengemban beberapa jabatan strategis lain di almamaternya.
Juga aktif di berbagai organisasi profesi baik di dalam negeri, seperti Himpunan Ahli Hidrolik Indonesia (HATHI) ataupun yang bercakupan global seperti IAHR (The International Association for Hydro-Environment Engineering and Research), IWA (Internasional Water Association) atau IECA (International Erosion Control Association).
Apa yang ingin dilakukan selanjutnya dengan keilmuan yang dicapai, pengalamannya dari berbagai belahan dunia, termasuk juga kolega dan koneksi internasional yang dimiliki? "Fakultas Teknik Universitas Brawijaya adalah rumah saya," kata pemegang 6 hak paten (HAKI) ini.
Bagi Moh. Sholichin, Fakultas Teknik adalah rumahnya, tempat berpijak dalam keilmuan yang mengantarkan ia terus tumbuh. Ia telah menjelajah untuk belajar, mengasah keilmuan dan menimba pengalaman ke berbagai belahan dunia silih berganti, tapi rumahnya, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya adalah tempatnya untuk kembali dan mengabdi.
Ia ingin mengembangkan "rumahnya" dengan gairah dan suasana yang lebih menyegarkan untuk kemajuan keilmuwan dan kemaslahatan bagi orang banyak. Dan ia telah terlibat dalam berbagai program yang manfaatnya langsung dirasakan masyarakat luas.
Ia ingin mengembangkan rumahnya dengan menambah kebaikan (nilai lebih) dan peningkatan institusi Fakultas Teknik UB agar bereputasi internasional.
Begitulah alumni SMA Negeri 1 Gresik yang telah dikukuhkan sebagai guru besar. Kini pada nama lengkap resminya tertulis: Prof. Ir. Moh. Sholichin MT., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., APEC Eng.
(wnv/wnv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini