Mengelola Diet Pengeluaran Pemerintah Daerah

3 weeks ago 21

Jakarta -

Dalam situasi ketika pengeluaran pemerintah terus meningkat sementara pendapatan daerah sering kali stagnan, sudah saatnya pemerintah daerah mengambil langkah berani untuk menerapkan pengelolaan keuangan yang lebih efisien.

Presiden Prabowo Subianto dalam pidato kenegaraannya pada 20 Oktober 2024 di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, menegaskan pentingnya efisiensi pengeluaran, khususnya di tingkat pemerintah daerah. "Kita tidak boleh membiarkan pengeluaran pemerintah terbuang sia-sia. Setiap rupiah yang dikeluarkan pemerintah daerah harus memberikan manfaat nyata bagi rakyat dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan," tegasnya.

Dalam pidato tersebut, Presiden Prabowo menegaskan komitmennya untuk menjalankan amanah konstitusi dengan penuh tanggung jawab, serta menyerukan pentingnya kepemimpinan yang tulus dan berorientasi pada kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa pengelolaan anggaran adalah kunci untuk memastikan pembangunan berjalan dengan efektif dan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Lantas bagaimana mengelola diet pengeluaran ini?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan Memangkas Tanpa Arah

Diet pengeluaran bukan berarti memangkas belanja tanpa arah, melainkan menciptakan pengelolaan anggaran yang lebih ramping, efektif, dan berorientasi hasil. Dalam banyak kasus, pengeluaran pemerintah daerah sering kali tersedot untuk hal-hal yang kurang strategis—dari belanja pegawai yang tidak efisien hingga pengeluaran seremonial yang tidak mendesak. Hal ini tidak hanya membebani keuangan daerah tetapi juga mengurangi alokasi untuk sektor-sektor penting seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) 2023 menunjukkan bahwa belanja pemerintah daerah Indonesia mencapai lebih dari Rp 1.200 triliun di mana sekitar 40-50 persen dialokasikan untuk belanja pegawai. Dengan menerapkan efisiensi, seperti reformasi sistem tunjangan berbasis kinerja dan digitalisasi administrasi, potensi penghematan dari belanja pegawai saja diperkirakan mencapai 10-20 persen. Jika setiap daerah dapat menghemat 15 persen dari total belanja pegawai, ini setara dengan penghematan hingga Rp 90 triliun secara nasional, yang dapat dialokasikan untuk sektor produktif lainnya.

Proyek infrastruktur, meskipun penting, juga membutuhkan evaluasi prioritas. Kementerian Keuangan mencatat pada 2023 alokasi belanja modal daerah, termasuk infrastruktur, mencapai Rp 300 triliun per tahun. Dengan menunda proyek-proyek yang kurang mendesak atau mengalihkan pendanaan ke skema kerja sama publik-swasta (Public-Private Partnership/PPP), penghematan hingga 10 persen atau Rp 30 triliun dapat dicapai.

Langkah tersebut juga memberikan fleksibilitas anggaran untuk mendukung sektor seperti pendidikan atau kesehatan. Studi Bank Dunia tentang efisiensi infrastruktur di Asia Tenggara (World Bank, 2022) menunjukkan bahwa pengelolaan proyek berbasis PPP dapat meningkatkan efisiensi hingga 25 persen.

Belanja operasional, yang mencakup perjalanan dinas, rapat, dan konsumsi, juga menjadi area strategis untuk diet pengeluaran. Laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menunjukkan bahwa pengeluaran perjalanan dinas pemerintah daerah mencapai sekitar Rp 20 triliun per tahun. Dengan mengurangi perjalanan dinas yang tidak mendesak dan beralih ke digitalisasi rapat, efisiensi 20 persen dapat menghemat Rp 4 triliun. Pengurangan konsumsi acara seremonial yang tidak mendesak juga diperkirakan dapat menghemat hingga Rp 3-5 triliun per tahun.

Efisiensi energi dan utilitas adalah langkah lain yang dapat memberikan dampak signifikan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dalam Statistik Energi, mencatat pada 2023 pengeluaran pemerintah daerah untuk listrik dan bahan bakar mencapai sekitar Rp 50 triliun per tahun. Dengan langkah efisiensi seperti mengganti lampu dengan LED atau memasang panel surya, penghematan hingga 30 persen dapat dicapai, yang berarti pengurangan biaya hingga Rp 15 triliun.

Jika langkah-langkah ini diimplementasikan secara menyeluruh, potensi penghematan pemerintah daerah di Indonesia dapat mencapai lebih dari Rp 140 triliun per tahun. Jumlah ini setara dengan hampir 12 persen dari total belanja daerah dan dapat digunakan untuk mendanai program-program strategis, seperti meningkatkan kualitas pendidikan, memperluas layanan kesehatan, atau mempercepat pembangunan infrastruktur penting.

Melampaui Penghematan Anggaran

Dalam jangka panjang, diet pengeluaran memberikan manfaat yang jauh melampaui penghematan anggaran. Ini memperkuat daya tahan fiskal pemerintah daerah, meningkatkan kepercayaan publik, dan menciptakan ruang fiskal untuk menghadapi situasi darurat seperti pandemi atau bencana alam. Lebih dari itu, efisiensi anggaran mencerminkan komitmen pemerintah daerah untuk mengelola uang rakyat dengan penuh tanggung jawab.

Presiden Prabowo mengingatkan bahwa "efisiensi bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban untuk memastikan setiap rupiah yang dikeluarkan mampu membawa manfaat nyata bagi masyarakat." (10/12/2024). Dengan menerapkan diet pengeluaran, pemerintah daerah dapat menjawab tantangan tersebut sekaligus membangun fondasi fiskal yang lebih kuat untuk masa depan yang berkelanjutan. Data kuantitatif ini menjadi bukti bahwa diet pengeluaran bukan hanya solusi teknis, tetapi juga strategi pembangunan yang esensial untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Strategi diet pengeluaran ini dapat menjadi solusi bagi banyak pemerintah daerah yang saat ini menghadapi tekanan fiskal. Optimalisasi belanja pegawai, efisiensi dalam proyek infrastruktur, dan pengurangan belanja operasional merupakan langkah konkret yang dapat diambil untuk menciptakan pengelolaan anggaran yang lebih baik tanpa mengorbankan kualitas pelayanan publik.

Steph Subanidja Guru Besar Ilmu Manajemen dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Perbanas

(mmu/mmu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial