Jakarta -
Media pemerintah China mengomentari kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membekukan media yang dibiayai pemerintah AS, antara lain Voice of America (VOA) dan Radio Free Asia (RFA). Mereka memuji langkah Trump tersebut.
Dilansir BBC, Selasa (18/3/2025), surat kabar pemerintah Beijing, Global Times, menganggap VOA punya rekam jejak yang buruk dalam melaporkan China. Media China pun mengolok-olok VOA.
"Sekarang telah dibuang oleh pemerintahnya sendiri seperti kain lap kotor," komentar Global Times seperti dikutip BBC.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, kebijakan pemotongan dana oleh Trump menargetkan Badan Media Global AS (USAGM) yang mendanai sejumlah kantor berita seperti VOA, Radio Free Asia (RFA), dan Radio Free Europe.
Media-media itu telah memperoleh pujian dan pengakuan internasional atas pelaporan dari tempat-tempat yang kebebasan persnya sangat dibatasi atau tidak ada sama sekali. Media-media itu telah memberikan laporan dari China, Kamboja, Rusia hingga Korea Utara.
Meskipun pihak berwenang di beberapa negara ini memblokir siaran tersebut, misalnya VOA yang dilarang di China, orang-orang dapat mendengarkannya di radio gelombang pendek atau mengakali pembatasan melalui VPN. Sementara, RFA sering melaporkan tindakan keras terhadap hak asasi manusia di Kamboja, yang mantan penguasa otoriternya Hun Sen memuji langkah Trump tersebut sebagai 'kontribusi besar untuk memberantas berita palsu'.
RFA juga merupakan salah satu media berita pertama yang melaporkan jaringan pusat penahanan China di Xinjiang di mana pihak berwenang dituduh memenjarakan ratusan ribu Muslim Uyghur tanpa pengadilan. Beijing membantah klaim tersebut, dengan mengatakan orang-orang dengan sukarela menghadiri 'kamp pendidikan ulang' yang memerangi terorisme dan ekstremisme agama.
Pelaporan VOA tentang pembelot Korea Utara dan dugaan Partai Komunis China yang menutup-nutupi kematian akibat COVID juga disebut telah memenangkan penghargaan. VOA, yang utamanya merupakan outlet radio, juga menyiarkan dalam bahasa Mandarin dan mendapat pengakuan atas podcast-nya tentang protes langka di China terhadap karantina wilayah akibat COVID pada tahun 2022.
Namun, Global Times China menyambut baik pembekuan media-media pemerintah AS tersebut. Mereka menyebut VOA sebagai pabrik kebohongan.
"Seiring makin banyak warga Amerika yang mulai menerobos kepompong informasi mereka dan melihat dunia nyata dan China yang multidimensi, narasi-narasi jahat yang disebarkan oleh VOA pada akhirnya akan menjadi bahan tertawaan," katanya dalam tajuk rencana yang diterbitkan pada hari Senin kemarin.
Valdya Baraputri, seorang jurnalis VOA yang kehilangan pekerjaannya selama akhir pekan, menilai reaksi seperti itu mudah diprediksi.
"Dengan menghapus VOA, tentu saja, saluran-saluran yang tidak memberikan laporan akurat dan berimbang dapat berkembang pesat," katanya kepada BBC.
National Press Club yang merupakan kelompok perwakilan terkemuka bagi jurnalis AS mengatakan perintah Trump tersebut merusak komitmen lama AS terhadap pers yang bebas dan independen.
(fca/haf)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu