Jakarta -
Tepat hari ini, tragedi Tsunami Aceh genap 20 tahun berlalu. Peristiwa maha dahsyat ini telah menewaskan ratusan ribu orang, salah satunya Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Aceh, Almarhum Brigjen Pol (Anumerta) Sayed Hoesainy.
Brigjen Pol (Anumerta) Sayed Hoesainy menjadi satu dari ratusan ribu jiwa yang meninggal. Hingga akhir hayatnya, Brigjen Pol (Anumerta) Sayed pun konsisten menjadi pelayanan masyarakat sebagai perwira Polri. Jasad Sayed pun baru ditemukan pada Rabu (5/1/2005) atau 10 hari pasca kejadian.
Kini, kisah perjuangan Brigjen Pol (Anumerta) Sayed yang konsisten sebagai pelayanan masyarakat diteruskan oleh putrinya yang bernama Syarifah Chaira Sukma. Syarifah pun kini mengemban pangkat Kompol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kompol Syarifah Chaira saat ini mengemban tugas sebagai Pejabat Sementara (PS) Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Namun, namanya masuk ke dalam daftar rotasi dan mutasi Kapolda Metro Jaya. Kompol Syarifah pun diangkat dalam jabatan barunya menjadi Pejabat Sementara (PS) Kasat Binmas Polres Metro Bekasi Kota.
Putri ke-4 dari Brigjen Pol (Anumerta) Sayed tak sungkan menceritakan kisah sang ayah yang telah membuatnya menjadi penerus sebagai Polisi Wanita (Polwan). Kompol Syarifah menjelaskan bahwa sang ayah merupakan sosok polisi yang lulus dari Tamtama. Namun, meski memulai karier kepolisian dari Tamtama, dia menyebut kegigihan sang ayah membuatnya dipercaya sebagai Kapolresta Banda Aceh hingga akhirnya menjadi Kabid Humas Polda Aceh.
Syarifah pun tak sungkan menceritakan hari terakhir di mana ayahnya mengemban tugas sebagai pelayanan masyarakat. Dia mengatakan sesaat sebelum ayahnya tergulung ombak Tsunami, sang ayah hendak berangkat kerja untuk mengikuti rapat di Mapolda Aceh. Saat itu juga, dia menjelaskan jika sang ayah sempat bertemu dengan anak pertamanya atau kakak tertua dari Kompol Syarifah. Di situ, sang kakak sudah memberitahu jika ada air yang datang dari arah laut menuju daratan.
"Waktu hari kejadian, itu kan ada rapat di Polda. Jadi hari Minggu kebetulan bapak itu apa ya, kalau nggak salah saya, itu Kasatgaspen, kalau nggak salah. Dia udah bilang 'ini mau berangkat nih' katanya. Nah, waktu udah dari berangkat itu, nggak jauh, mungkin 200 meter, waktu kejadian itu, baru jalan 200 meter. Kalau kata tetangga yang selamat, katanya sempat ketemu sama abang aku yang paling tua. Dia baru pulang dari pondok kita yang di tambak deket laut. Disuruh balik karena ada air di belakang. Kita nggak ngerti air apa, disuruh balik," ujar Syarifah.
Saat itu juga, kata dia, banyak masyarakat yang berlarian, kepanikan lantaran air yang terus melaju ke daratan. Namun, sang ayah, tidak beranjak dan justru masih mencoba membantu masyarakat yang tengah panik. Hingga akhirnya, sang ayah pun ikut tersapu air bersama sang kakak. Sementara Syarifah bersama tiga kakak adiknya dengan sang ibu berhasil menyelamatkan diri.
"Cuma bapak itu turun, ya namanya masyarakat lagi lari kan dia, itu lagi ngurusin masyarakat juga. Masih deket rumah kok masih ngurusin masyarakat, kan orang pada panik lari gitu kan," ucap Syarifah.
Syarifah pun bercerita jika keputusannya menjadi seorang polisi merupakan cita-cita sang ayah. Dia mengatakan menuruti keinginan tersebut lantaran tak ingin ayahnya kecewa.
Dia mengaku sempat menjalani tes Akademi Kepolisian (Akpol). Namun, sayangnya Syarifah gagal. Tetapi, kegagalan itu tak mengendurkan semangatnya.
"Sebelum Tsunami, bapak tuh pengin aku jadi Polwan. Terus tes Akpol. Sudah sampai ke Akpol nya tapi aku nggak lulus di tingkat pusatnya. Pulang lagi, aku sempet kuliah sebentar, tapi nggak lama. Pulang, terus kata bapak 'nanti tahun depan tes lagi ya'. Dia tuh pengen banget kayaknya anaknya tuh mau masuk Akpol," ucap Syarifah.
Namun, belum tiba Syarifah tes ulang Akpol, sang ayah lebih dulu dipanggil sang ilahi. Syarifah pun harus menjalani tes masuk Akpol dalam suasana hati yang tengah berduka selepas kepergian ayahnya. Saat itu, Syarifah lulus Akpol pada bulan Maret 2005 atau tiga bulan setelah ayahnya meninggal.
"Ya udah, pas abis tsunami itu, aku pikir daripada aku kuliah, aku masih punya adik kan satu yang harus sekolah lah gitu kan. Ya namanya ibuku kan guru ya, pasti agak berat lah ya. Ya udah aku tes, dan alhamdulillah juga lulus. Terus aku masuk deh Akpol, tahun 2005. 2005 kan tesnya itu kalau nggak salah aku Maret. Pokoknya masih suasana tsunami lah. Jadi aku ditempa di Akpol tuh ya lagi gitu-gitulah," ucap Syarifah.
Kini, Kompol Syarifah akan terus menjadi penerus dari ayahnya yang konsisten dalam melayani serta melindungi masyarakat melalui perannya sebagai anggota Polri.
(taa/taa)