Jakarta -
Kompol Reny Arafah menindak tegas perjudian dadu gurak dan sabung ayam di Teweh Tengah, Barito Utara, Kalimantan Tegah (Kalteng). Aktivitas judi tersebut diselubungkan dalam ritual adat Wara.
Kompol Reny disebut menolak suap dari bandar judi tersebut. Atas sikapnya yang dinilai tegas dan berintegritas, Kompol Reny diusulkan sebagai Hoegeng Awards 2025 oleh pembaca detikcom. Kompol Reny sebelumnya juga menjadi kandidat Hoegeng Corner 2024.
"Saya adalah salah satu tokoh agama Hindu Kaharingan yang memang turut menyaksikan, saya tahu bagaimana kronologinya itu. Dari pertemuan para tokoh menyikapi terkait menyalahgunakan adat Wara ini untuk dipelosotkan membuka judi besar-besaran, judi dadu gurak, judi kartu," kata Ketua Perhimpunan Generasi Muda Kaharingan Barito Utara, Aryosi Jiono saat dihubungi detikcom, Senin (17/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ritual Wara, kata Aryosi, adalah upacara kematian dalam agama Kaharingan. Dalam upacara juga terdapat usik liau atau permainan sebagai bentuk rasa suka cita keluarga kehadiran liau (arwah) anggota keluarga yang meninggal. Belakangan, permainan dalam ritual itu disusupi dengan judi sabung ayam hingga dadu gurak.
"Itu ritual keagamaan, Wara atau Tiwah itu merupakan rukun kematian tingkat akhir bagi umat Hindu Kaharingan, yang mana filosofinya itu adalah mengantar roh ke Gunung Lumut, ada satu gunung di Barito Utara itu yang tinggi, yang mana filosofinya semakin tinggi tempat roh itu bersemayam semakin dekat dia dengan tuhan yang maha kuasa," jelasnya.
"Di situ memang ada berbagai macam permainan yang mana kondisi zaman dulu itu untuk ada kegiatan kebersamaan itu lalu dibuatkan semacam permainan, tapi permainannya bukan berjudi. Kondisi itu yang dipelesetkan oleh oknum-oknum itu yang menyatakan bahwa sah dan bebas permainan atau usik liau di ritual itu," imbuhnya.
Melihat fenomena itu, Aryosi mengatakan Kompol Reny merangkul tokoh adat dan agama Kaharingan untuk memberantas aktivitas judi terselubung itu. Para tokoh agama dan adat menegaskan perjudian bukan bagian dari ritual agama Kaharingan.
Kesaksian soal Tolak Suap
Aryosi menuturkan Kompol Reny juga berupaya menemui panitia ritual agar perjudian tidak dilakukan. Namun panitia malah tak mengindahkan peringatan itu.
Bahkan, menurut Aryosi, ada pihak mencoba untuk memberikan gratifikasi Kompol Reny menghentikan upaya pemberantasan judi di ritual Wara. Oleh sebab itu, Aryosi mengaku pihaknya sangat menghargai sosok Kompol Reny.
"Beliau pada saat itu betul-betul ditentang oleh oknum-oknum penjudi itu, baik secara ancaman lalu ada juga mau menyogok, membawa kerja sama, tetapi beliau tetap teguh dengan pendirian, sehingga Ibu Reny ini sangat kami hargai, artinya berani tegas untuk sesuatu yang sesungguhnya," jelasnya.
Aryosi mengatakan ritual Wara ini biasaya hanya berlangsung paling lama 7 hari. Usik Liau atau permainan sendiri dilakukan pada hari terakhir. Namun perjudian itu bahkan dilakukan hingga 21 hari.
"Ritual itu semestinya paling lama satu minggu atau 7 hari, tapi dipelesetkan sama oknum-oknum itu sehingga bisa menjadi 2x7 hari, bisa menjadi 3x7 hari. Dan pemain bandar itu bukan hanya orang Kalimantan Tengah, tapi dari Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, omzetnya itu miliaran," tutur dia.
Dia menambahkan bahwa lapak judi yang dibuka 7 hingga 14 lapak. Perputaran uang di perjudian itu bisa menghasilkan ratusan juta per lapak dalam satu hari.
"Bukan rahasia umum lagi pasti ada upaya-upaya oknum untuk mengajak kerja sama. Kalau judinya pakai lapak, misalkan satu lapak Rp 10 juta untuk beberapa hari, misalnya 4 hari 4 malam. Bayangkan ada berapa lapak, perjudian itu minimal 7 sampai 14 lapak, berarti dalam 4 hari itu dikasih 1 lapak 10 juta, itu angka yang tinggi, tetapi kami tahu betul Bu Reny tegas menolak," jelasnya.
Kompol Reny disebut menghindari pihak yang berupaya menyuap itu. Menurut Aryosi, Kompol Reny mengambil ketegasan untuk menyelamatkan adat.
"Kalau beliau mau ambil titik nyaman itu, orang datang kok ngantar duit satu lapak mau berapa diminta, itu tawaran aja dari oknum itu udah puluhan juta satu lapak. Bayangkan kalau beliau mau untuk bermain-main itu, berduit beliau. Beliau malah memilih untuk memberantas itu," tutur dia.
Pimpin Penggerebekan saat Hamil Besar
Aroysi mengatakan tekad Kompol Reny dalam memberantas judi konvensional itu sangat besar. Dia menyebut, pada saat penggerebekan judi pada Agustus 2022 lalu itu, Kompol Reny sedang hamil.
"Saya satu mobil dengan Bu Reny pada saat itu, saya minta itu Bu Reny tidak turun dari mobil pada saat menyambangi ke area perjudian, tapi beliau tetap ini... dalam keadaan hamil itu, hamil besar, waktu itu. Ada yang (pelaku) ngamuk, ada istilah kesetanan, pada saat kami gerebek itu pura-pura mau membunuh mau makan gitu," jelasnya.
Anti juga memberikan kesaksian yang sama mengenai Kompol Reny yang melakukan penggerebekan judi di ritual Wara saat kondisi hamil.
"Iya waktu itu sedang hamil beliau, ulun salut luar biasa waktu penggerebekan itu. Ulun pun nggak tahu kalau ibu itu lagi hamil, terus terang, itu pas udah selesai penggerebekan teman-teman bilang 'Aduh, ibu ini, padahal lagi hamil'," kata Anti.
Anti mengatakan Kompol Reny juga melakukan penindakan tanpa pandang bulu. Sebab, kata dia, salah satu pelaku judi yang ditindak adalah tetangga Kompol Reny.
"Ibu Reny kan asli orang Dayak Bakumpai juga, di situ ulun melihat beliau itu memang tegas. Tidak peduli itu saudara, keluarga, yang ditangkap kemarin itu kan salah satu tetangganya di desa. Jadi dia tidak memandang saudara, keluarga, kalau dia memang salah ditindak tegas, itu yang aku suka, aku salut orang seperti itu," tutur Anti.
Kompol Reny Arafah Foto: dok. istimewa
Kompol Reny Sempat Diancam
Selain itu, Aroysi mengatakan berbagai ancaman datang saat proses penindakan perjudian itu. Namun, Kompol Reny tak gentar dan melakukan tindakan tegas.
"Dengan tidak bermaksud tidak menghormati kawan-kawan aparat yang lain, Ibu Reny adalah yang paling berintegritas di Polres Barut pada saat itu, mohon maaf. Saya harus sampaikan itu karena saya juga sering curhat dengan petinggi-petinggi di Polres itu, memang mungkin mereka menyadari betapa sulitnya mengatasi permasalahan itu, karena memang banyak sekali oknum itu," kata Aryosi.
Aroysi mengatakan usai penindakan yang dilakukan Kompol Reny, perjudian di ritual Wara berkurang signifikan. Dia kembali menekankan bahwa ritual Wara tidak mengajarkan judi.
"Kalau saat ini adam ayam, ya alhamdulillah untuk perjudian juga sudah kurang, hampir jarang terjadi. Bagi kami sebagai pemeluk agama Hindu Kaharingan kan penodaan, penistaan terhadap agama ini, seolah-olah agama kita, adat budaya kita itu, tidak baik, sementara dari sononya tidak ada seperti itu," ucap dia.
Sementara itu, Ketua Majelis Resort Agama Hindu Kaharingan Kecamatan Gunung Timang, Anti, juga memberikan kesaksian mengenai Kompol Reny yang menolak suap. Dia pun salut dengan integritas polwan asli Suku Dayak itu.
"Ulun salut dengan Ibu Reny ini, karena jujur, Ibu Reny ini tidak tergiur dengan uang masyarakat, karena dia ingin menegakkan yang sebenarnya. Memang mereka khawatir dan prihatin dengan ritual Hindu Kaharingan yang dibuat seperti itu," kata Anti.
Tekad Kompol Reny Berantas Judi di Ritual Wara
Kompol Reny merasa prihatin atas adat istiadatnya yang disusupi praktik perjudian konvensional permainan dadu gurak dan sabung ayam. Polwan yang kini menjalani studi S2 di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta ini tak ingin adat Wara ternodai.
"Sebenarnya saya tidak bubarin acara adat Wara yang benar-benar dilaksanakan. Saya menghargai adat saya, wilayah saya, tempat saya, budaya saya. Yang saya sesali dan bubarkan ini praktik judi yang menyusup di lokasi sekitar acara adat. Bandar judi dari luar daerah mengambil kesempatan dari keramaian adat Wara seperti menggelar lapak dadu gurak, lalu sabung ayam," ujar Reny.
Reny menuturkan dalam adat Wara memang ada kegiatan adu ayam, tapi motivasinya bukan untuk menang atau kalah dan mendapatkan uang. Adu ayam inilah, kata Reny, yang dijadikan celah dan digeser nilai adatnya menjadi permainan sabung ayam oleh bandar judi.
"Memang di adat Wara itu ada adu ayamnya, tapi bukan untuk dijudikan. Orang-orang tidak bertanggung jawab memanfaatkan adu ayam di adat Wara menjadi sabung ayam dengan ada nilai uangnya. Jadi adat Wara ini adatnya Hindu Kaharingan. Justru yang bandarnya itu bukan orang situ, justru Muslim, Kristen misalnya. Pemain ya warga bahkan kaum ibu, sampai oknum damang juga ada yang ikut main (judi)," ucap Reny.
Reny membeberkan modus para bandar adalah mencari warga adat yang hendak me-Wara-kan keluarganya yang telah meninggal dunia. Kemudian para bandar menawarkan pendanaan ritual Wara pada kepada warga adat yang dimaksud.
"Bandar-bandarnya itu bukan orang Kalteng, justru Kaltim seperti Banjarmasin. Mereka kuat di pendanaan. Jadi misalnya saya orang adat, ada keluarga saya yang meninggal, saya mau Wara-kan. Nah si bandar ini menawarkan, 'Ibu butuh apa? Kerbau? Oke saya danakan kerbaunya. Tapi saya buka lapak (judi) di situ'," jelas Reny.
"Nah dalam satu acara Wara itu bandar nggak cuma satu, bisa ada lima. Jadi mereka kumpulkan uang untuk pendanaan acara Wara tersebut. Misalnya dia mau buka satu lapak, dia sumbanglah Rp 15 juta untuk danai adat Wara. Di situ selama ini terkesan dibiarkan karena ada Usik Liau tadi itu. Sebenarnya adu ayam di Wara itu tajinya kayu. Nah ini yang diselubungi judi ini pakai taji besi, pisau, sabung ayam," sambung Reny.
Reny mengatakan permainan judi yang menggeser nilai-nilai budaya Wara juga meresahkan masyarakat. Para istri mengeluhkan tingkah suaminya yang ketagihan judi seperti terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga permasalahan keuangan di rumah tangga para warga. Tak hanya itu, Polsek Teweh Tengah juga mendapat laporan adanya pencurian motor di arena lapak judi.
"Masyarakat itu tuh sudah mengeluhkan judi ini, saya kumpulkan keluhannya. Ada yang istri dipukuli suami karena suaminya main judi di Wara, motor hilang di sekitar adat Wara," tutur Reny.
Oleh sebab itu usai penggerebekan, dia memidanakan para bandar hingga perkara ini berlanjut ke kejaksaan dan berakhir di pengadilan. Setelah penggerebekan tersebut, Reny bersyukur tak ada lagi bandar judi yang berani membuka lapak ketika adat Wara selama dirinya menjabat Kapolsek.
"Benar-benar kasusnya kita tindak lanjutin, kita jerat bandarnya. Jadi semenjak itu yang melaksanakan adat Wara benar-benar melaksanakan. Tidak ada lagi bandar masuk untuk dompleng adat itu," tegas Reny.
(lir/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini