Jakarta -
Komandan Satgas Maritime Task Force (MTF) TNI Konga XXVIII-O/UNIFIL, Letkol Laut (P) Wirasetyo Haprabu, bercerita mengenai tantangan yang dihadapi Satgas MTF saat menjalankan tugas di perairan Lebanon. Haprabu mengatakan pesawat tempur Israel sempat berputar di atas Kapal Republik Indonesia (KRI) Diponegoro 365.
Menurut Haprabu pesawat tempur itu hanya berputar dan tidak melakukan kontak apapun dengan KRI Diponegoro. Peristiwa itu terjadi saat serangan darat tentara Israel meningkat ke wilayah Lebanon pada September 2024. Meski aktivitas di laut cukup kondusif, tetapi aktivitas udara oleh Israel Defense Force (IDF) meningkat.
"Sejak bulan September eskalasi semakin meningkat, semakin meningkat. Jadi banyak air strike, banyak drone, segala macam. Kemudian invasi darat juga sudah dilaksanakan oleh Israel, sehingga yang lebih berdampak ini adalah di daerah selatan, perbatasan. Sedangkan kita di laut, Alhamdulillah tidak ada accident maupun incident yang terjadi," kata Haprabu di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (14/2/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau aktivitas kapal justru menurun karena konflik, karena situasi ekonomi juga tidak menentu di Lebanon, sehingga kami hailing (komunikasi antarkapal) pun tidak banyak karena kapal sedikit, tapi aktivitas udara yang naik, aktivitas udara dalam hal ini adalah drone maupun pesawat tempur dari Israel," ucapnya.
Dia mengatakan, pesawat tempur Israel melakukan patroli di sekitar perairan Lebanon. Pihak Indonesia tidak mengambil tindakan aktif melainkan hanya melaporkan hal tersebut kepada pimpinan MTF.
"Ya mereka lewat saja, lewat seperti patroli, seperti mau melaksanakan air strike segala macam, kita monitor lewat radar kemudian kita laporkan, karena kita di UN, istilahnya tetap harus netral, tetap imparsial, tetap imparsial," katanya.
KRI Diponegoro 365 dan Komandan Satgas MTF TNI Konga UNIFIL, Letkol Laut (P) Wirasetyo Haprabu. (Maulana Ilhami Fawdi/detikcom)
Dia mengatakan, aksi pesawat tempur Israel itu bukan suatu provokasi, melainkan hanya melakukan patroli. Meski begitu, aksi pesawat tempur Israel yang berputar di atas KRI Diponegoro itu dilakukan cukup sering. Bahkan catatan Satgas MTF, dari berbagai aktivitas pesawat udara asing, 50 persen di antaranya dilakukan oleh pesawat tempur Israel.
"Istilahnya bukan provokasi serangan, tapi gerakan-gerakan seperti memutari kapal, tapi kita tidak boleh melaksanakan apa-apa, kita tetap memonitor, kita siap sedia saja, siap stand by stand by saja, stand by maupun senjata, sensor, semuanya kita stand by, in case dia sudah hostile, sudah menyerang, nah baru kita melaksanakan defense. Tapi selama dia hanya melaksanakan orbiting di atas kita, lewat berapa kali itu, ya kita hanya sifatnya melaporkan saja, memantau dan melaporkan," katanya.
"Kalau hitungan, ya kurang lebih 50 persen lah dari jumlah seluruh yang kita deteksi, itu ya kurang lebih dia, ya hanya ini aja, hanya lewat, kemudian orbiting, putar sekali, habis itu pergi lagi menjauh, gitu-gitu saja. Kurang lebih ya persentasenya 50 persen," ujarnya.
Haprabu mengaku bersyukur tidak ada gesekan antara Israel dalam misi Satgas MTF. Dia mengatakan kapal laut milik Israel juga tak melintasi perairan Lebanon yang menjadi area tugas Satgas MTF.
"Alhamdulillah tidak ada, tidak terjadi gesekan langsung dengan IDF, Israel Defense Force. Kapal-kapalnya pun tetap berada di daerah Israel. Meskipun demikian dari MTF pun kita selalu berkoordinasi dengan liaison officer dari Israel," katanya.
(dnu/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu