Irwasum Polri: Tahap Tes Masuk SMA KTB Sama dengan Negara Maju

1 day ago 9

Jakarta -

SMA Kemala Taruna Bhayangkara (KTB) menggelar tes seleksi tingkat pusat siswa dan siswi angkatan pertamanya. Seleksi yang berlangsung selama lima hari, mulai 8 hingga 12 April 2025, di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, Jawa Tengah ini dilakukan secara komprehensif.

"Bersama YPKBI (Yayasan Pendidikan Kader Bangsa Indonesia), kami merancang serangkaian ujian yang komprehensif, termasuk tes fisik, kebugaran hingga kesehatan," kata Inspektur Pengawasam Umum (Irwasum) Polri Komjen Dedi Prasetyo dalam keterangan tertulis, Minggu (13/4/2025).

Tes kebugaran meliputi lari, pull up dan, sit up. Dan Komjen Dedi menilai hampir seluruh peserta seleksi menunjukkan ketahanan luar biasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini sejalan dengan praktik di negara maju, di mana siswa di Finlandia dan Singapura, yang menjalani 3 hingga 5 jam latihan fisik per minggu memiliki nilai akademik 15 persen lebih tinggi. Serta Harvard University, di mana 40 persen mahasiswanya adalah atlet kompetitif, dengan 8 persen menjadi atlet Olimpiade," jelas Komjen Dedi.

Mantan Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia (As SDM) ini mengutip penelitian terkini dari National Institutes of Health pada 2022, dalam PMC PubMed Central dan American Council on Exercise (ACE), yang menyatakan aktivitas fisik meningkatkan pertumbuhan sel otak pada anak-anak. Lalu, lanjut Komjen Dedi, secara signifikan meningkatkan kemampuan kognitif dan memori.

"Sekaligus anak-anak yang aktif secara fisik menunjukkan peningkatan 15 hingga 20 persen dalam nilai akademik, dibandingkan dengan yang kurang aktif," tutur dia.

Untuk diketahui seleksi siswa SMA KTB digabung dengan seleksi siswa Global Darussalam Academy (GDA). Seleksi ini dilakukan Akademi Kader Bangsa (AKB), salah satu program dari YPKBI, untuk menentukan 350 calon siswa terbaik yang nantinya mengenyam pendidikan SMA di dua sekolah tersebut.

"AKB membuktikan bahwa, Gen Z bukan generasi lemah. Dengan pendekatan tepat, mereka justru paling siap menghadapi tantangan global," ucap Komjen Dedi.

Dia pun mengatakan karena SMA KTB berkomitmen mencetak pemimpin-pemimpin di masa mendatang, maka jenius saja tak cukup. Mantan Kadiv Humas Polri ini menyampaikan dibutuhkan ketangguhan pada seorang pemimpin.

"Kami tidak mencari jenius yang lemah fisiknya. Pemimpin masa depan harus cerdas sekaligus tangguh, seperti para peserta yang berhasil lolos ke tahapan seleksi ini," ujar perwira tinggi Polri yang juga Guru Besar di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula).

Ketahanan Mental Siswa Sekolah Asrama Lebih Tinggi

SMA KTB dan GDA merupakan sekolah berasrama yang proses belajar-mengajarnya menggunakan Kurikulum International Baccalaureate (IB). Ketua YPKBI M Zaky Ramadhan mengatakan siswa yang sekolah dengan konsep asrama memiliki ketahanan mental yang lebih dibandingkan yang sekolah tak berasrama.

"Para casis kami uji dan tempatkan dalam miniatur kehidupan berasrama yang akan mereka hadapi nanti ketika lolos menjadi bagian dari ekosistem AKB. Hasilnya para casis menunjukkan adaptasi luar biasa dalam kehidupan berasrama," jelas Zaky.

"Data dari The Association of Boarding Schools (TABS) 2024 mengonfirmasi siswa berasrama (boarding), memiliki tingkat ketahanan mental 30 persen lebih tinggi dibandingkan non-boarding, berkat manajemen kehidupan yang teratur dan dukungan komunitas yang kuat," sambung dia.

Dia mengatakan 78 murid sekolah berasrama di Amerika Serikat (AS) lebih mungkin menyelesaikan gelar sarjana dibandingkan non-boarding. Di Inggris, tambah dia, laporan ISC Research 2023 menunjukkan 92 persen siswa boarding school masuk universitas top dunia, dibandingkan 65 persen dari sekolah reguler.

"Sedangkan pengalaman Phillips Exeter Academy dan Eton College, membuktikan bahwa siswa asrama, menguasai soft skills 2 kali lebih cepat, " kata Zaky.

Keseimbangan Mental Gen-Z lewat Pendidikan

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua YPKBI Devie Rahmawati menjelaskan seluruh peserta seleksi tinggal di asrama dan tanpa akses gadget. Namun justru mereka mengaku lebih tenang dan fokus bersosialisasi dengan peserta lainnya.

"Selama tes, seluruh peserta tinggal di asrama tanpa akses gadget. Situasi ini menjadi tantangan besar bagi Generasi Z, yang dikenal sebagai generasi paling rentan terhadap stres digital," terang Devie.

"Namun, hasilnya justru mengejutkan. Pengakuan casis kepada kami, di awal memang berat, tapi di akhir kegiatan, para casis justru merasa lebih tenang dan punya waktu untuk benar-benar berinteraksi dengan teman-teman sesama casis," lanjut dia.

Devie mengutip riset terbaru dari McKinsey & Company pada 2023, di mana 55 persen Gen Z melaporkan gejala kecemasan akibat penggunaan gadget berlebihan. Sementara, studi di Emerald Insight (2023) menunjukkan 67 persen Gen-Z merasa kesepian meski aktif di media sosial.

"Namun pengalaman para casis membuktikan bahwa dengan formula pendidikan yang tepat-kombinasi disiplin, aktivitas fisik, dan interaksi langsung, Gen Z bisa menemukan keseimbangan mental. Kami, merancang lingkungan yang mendorong keterlibatan nyata, bukan virtual," ujar Devie.

Devia mengamati terjadi peningkatan keterampilan sosial pada para peserta seleksi SMA KTB dan GDA. "Hal ini sejalan dengan studi 2024, yang menyebut Gen Z yang 'detox' dari gadget selama 2 minggu, mengalami penurunan stres hingga 40%persen," pungkas Devie yang juga peneliti komunikasi kesehatan.

(aud/isa)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial