Iran Gandeng Taliban Pulangkan Pengungsi Afghanistan

1 month ago 33

Teheran -

Pada tanggal 26 Januari, menteri luar negeri Iran melakukan perjalanan ke Afghanistan untuk pertama kalinya sejak Taliban merebut kekuasaan pada bulan Agustus 2021. Menurut sumber resmi, agenda kunjungan satu hari oleh Abbas Araghchi adalah untuk mengadakan pembicaraan diplomatik mengenai ketegangan di sepanjang perbatasan sepanjang 950 kilometer antar kedua negara.

Situasi pengungsi Afghanistan di Iran dan penggunaan sumber daya air di Sungai Helmand termasuk di antara isu yang dibahas.

Meski Iran belum secara resmi mengakui Taliban, kedua negara tetap menjalin hubungan diplomatik. Di Kabul, Iran sudah membuka kantor perwakilan resmi, sementara gedung kedutaan Afghanistan di Teheran telah diserahkan kepada Taliban. Terutama mengingat meningkatnya arus migrasi dari Afghanistan, pemerintah Iran telah berupaya meningkatkan kerja sama dengan Taliban sejak 2023.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Iran saat ini dikabarkan mendeportasi hingga 3.000 pengungsi setiap hari.

Takut terhadap Taliban

"Warga Afghanistan ditangkap sewenang-wenang, terkadang dipukuli dan kemudian dideportasi," kata Marzia Rahimi kepada DW. Dia melarikan diri dari Afghanistan bersama keluarganya dua tahun lalu.

"Saya seorang jurnalis dan telah bekerja di profesi ini selama sepuluh tahun. Setelah Taliban kembali, saya menjadi pengangguran. Hidup saya tiba-tiba berubah drastis. Saya takut akan keselamatan diri sendiri dan keluarga saya. Kemudian sekolah menengah untuk anak perempuan mulai dari kelas enam seterusnya ditutup. dilarang. Saya melarikan diri ke Iran bersama suami dan kelima anak saya karena saya ingin menyelamatkan anak-anak saya. Namun, mereka juga tidak dapat bersekolah di sini."

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Marzia saat ini tidak memiliki dokumen resmi. Dia tidak pula ingin mendaftar sebagai pengungsi karena takut dideportasi. Untuk mengajukan suaka, Marzia harus pergi ke Kantor Imigrasi, namun "siapa pun yang mencoba melamar di sana diperlakukan dengan sangat buruk dan direndahkan, bahkan dihina. Pada akhirnya, hampir tidak ada peluang untuk diterima."

Tidak jelas berapa banyak warga negara Afghanistan yang saat ini tinggal di Iran. Selama 40 tahun, warga Afghanistan telah mengungsi ke Iran dari perang saudara, kemiskinan dan sekarang Taliban.

Menurut perkiraan Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNHCR, sekitar tiga juta warga Afghanistan tinggal di Iran. Sekitar 750.000 dari mereka terdaftar secara resmi sebagai pengungsi.

Sementara 500.000 adalah imigran dengan izin tinggal jangka pendek dan izin kerja terbatas. Banyak lainnya tidak memiliki dokumen resmi dan dianggap ilegal. Mereka biasanya bekerja sebagai buruh murah di lokasi konstruksi atau di pinggiran kota besar dan sering kali dieksploitasi karena tidak memiliki perlindungan.

Hasutan terhadap pengungsi

Amir Saeed Iravani, Duta Besar Iran untuk PBB, mengungkapkan jumlah diaspora Afghanistan yang lebih tinggi pada bulan Desember lalu.

Menurutnya, "Ada lebih dari enam juta warga Afghanistan di Iran". Jumlah tersebut, menurutnya, menggandakan tekanan terhadap sumber daya negara yang terbatas. Iran menghabiskan lebih dari USD10 miliar setiap tahunnya untuk menampung pengungsi, tanpa dukungan dari dunia internasional, keluh Iravani.

Animo masyarakat terhadap pengungsi di Iran telah lama berbalik arah. Setiap hari, muncul laporan soal "pengungsi kriminal" atau dugaan membebani sistem perawatan kesehatan, baik di Internet maupun di media tradisional. Mereka juga disalahkan atas berkurangnya jatah makanan bersubsidi seperti roti.

Iran telah menghadapi krisis ekonomi yang berkelanjutan selama bertahun-tahun, yang diperburuk oleh maladministrasi, korupsi, dan sanksi internasional.

Marzia dan keluarganya mengaku tidak menerima dukungan dari pemerintah Iran. Dia dan suaminya harus mencari pekerjaan berupah rendah untuk menghidupi keluarga mereka.

"Kami berkomitmen untuk mendukung warga Afghanistan di Iran," janji Abdul Rahman Rashid, menteri Taliban untuk pengungsi dan repatriasi, dalam sebuah wawancara dengan DW.

"Pengungsi yang memiliki dokumen sah harus memiliki akses terhadap pendidikan dan kesempatan kerja yang sah di Iran. Kami telah menyampaikan hal ini kepada pihak berwenang Iran. Kami mendukung para pengungsi yang kembali ke Afghanistan."

LSM: Afghanistan tidak siap tampung kembali pengungsi

Sejauh ini tidak diketahui, sebesar apa sumber daya yang tersedia di Afghanistan. Talban tidak siap untuk menyambut kembalinya sejumlah besar pengungsi dari Iran dan Pakistan, demikian peringatan Jan Egeland, Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia. Dewan Pengungsi Norwegia, NRC, adalah organisasi kemanusiaan independen dan salah satu dari sedikit LSM asing yang masih aktif di Afghanistan.

Di sana, "Jan Egeland bertemu dengan keluarga dengan anak-anak yang telah kembali dari Iran tanpa mengetahui bagaimana mereka akan bertahan hidup di kampung halaman," tulis Dewan Pengungsi Norwegia dalam menanggapi permintaan dari DW. Kerentanan ekonomi dan minimnya kesempatan kerja menjadi kekhawatiran terbesar bagi banyak pengungsi yang kembali, yang mengkhawatirkan masa depan.

Pengungsi yang memiliki dokumen sah juga tidak aman di Iran, kata NRC. "Beberapa dari mereka telah dideportasi, yang lainnya telah meninggalkan Iran karena takut dideportasi. Beberapa bepergian sebagai keluarga dengan anak-anak yang lahir di Iran dan sekarang kembali ke negara yang tidak mereka kenal."

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman

(nvc/nvc)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial