Jakarta -
Politikus PDIP yang juga mantan kader PSI Guntur Romli, menyoroti gagasan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) soal 'Partai Super Tbk' dengan mengungkit nama Ketua Dewan Pembina PSI Jeffrie Geovanie. Dia menuding Jokowi sedang mengkritisi PSI. PSI menjawab tudingan Guntur.
Guntur Romli awalnya membahas AD/ART PSI yang disebutnya menyatakan kewenangan Ketua Umum PSI berada di bawah Ketua Dewan Pembina PSI Jeffrie Geovanie. Menurutnya, Jeffrie Geovanie lah yang memegang kekuasaan PSI sesungguhnya, bukan Kaesang Pangarep--putra Jokowi--yang saat ini menjadi ketua umum.
"Meskipun Kaesang Pangarep, sudah menjabat sebagai Ketua Umum PSI, namun menurut AD/ART PSI, kewenangan ketua umum masih berada di bawah kekuasaan Dewan Pembina PSI. Dalam AD/ART PSI Pasal 14 (Struktur Partai) Ayat (1) disebutkan 'Dewan Pembina sebagai Pemegang Otoritas Tertinggi Partai'," kata Guntur Romli kepada wartawan, Jumat (7/3/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini Dewan Pembina PSI diketuai oleh Jeffrie Geovanie dan sekretarisnya, Raja Juli Antoni (yang sekaligus menjabat Sekretaris Jenderal DPP dan Menteri Kehutanan). Artinya dua orang inilah (Jeffrie dan Raja Juli) pemegang kekuasaan mutlak di PSI. Dan Jeffrie Geovanie adalah pemilik sesungguhnya PSI. Bukan Kaesang Pangarep, anak Jokowi, meskipun menjabat sebagai Ketua Umum PSI," lanjutnya.
Kemudian, Guntur Romli juga membahas Pasal 16 AD/ART PSI. Dia menyebut, berdasarkan pasal itu, Dewan Pembina PSI punya kewenangan yang absolut dan tak terbatas.
"Karena itu jabatan Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum di PSI tidak punya arti apa-apa karena di bawah bayang-bayang dan di bawah kendali Dewan Pembina PSI. Sewaktu-waktu jabatan ketua umum PSI bisa diganti oleh Dewan Pembina PSI seperti dalam Pasal 13 'Wewenang Dewan Pembina' Ayat (3) 'Mengesahkan dan Memberhentikan Dewan Pimpinan Pusat...'," imbuhnya sembari menyertakan dokumen yang disebutnya AD/ART PSI.
Atas dasar itulah, dia menuding Jokowi akhirnya mengemukakan gagasan Partai Super Tbk. Menurutnya, Jokowi sedang mengkritisi AD/ART PSI.
"Maka kritik Jokowi soal Super Tbk sebenarnya adalah kritik yang keras terhadap struktur kepemimpinan dan kepemilikan yang ada di PSI, bahwa PSI dikuasai dan dimiliki oleh Dewan Pembina, tidak dipimpin oleh Ketua Umum, juga usulan Jokowi soal 'Super Tbk' adalah upaya untuk melindungi dan mendukung anaknya Kaesang Pangarep yang menjabat Ketua Umum PSI tapi masih dalam bayang-bayang dan kendali Dewan Pembina PSI," tutur dia.
Dia pun mengibaratkan PSI sebagai perseroan terbatas atau PT, bukan Super Tbk. "Ibaratnya PSI sekarang adalah perseroan terbatas (PT) yang dikuasai dan dimiliki oleh Dewan Pembina, kalau mau menjadi Super Tbk siapa investor yang akan memiliki saham mayoritas di PSI nanti? Apakah Jokowi dan Kaesang? Inilah cara pandang perusahaan yang dipakai untuk melihat partai," kata dia.
Repons PSI
Juru Bicara DPP PSI, Wiryawan menanggapi pernyataan Guntur Romli. Ia meminta Guntur Romli untuk tak mencampuri urusan internal soal 'PSI Perorangan'.
"Dapur berbeda-beda, silakan urus dapur masing-masing," kata Wiryawan dalam keterangannya, Jumat (7/3/2025).
Wiryawan mengatakan keputusan partai super terbuka in merupakan hasil rembuk DPP dengan Dewan Pembina PSI. Ia meminta Guntur tak menyebar hal-hal yang tak diketahui.
"Keputusan soal partai super terbuka ini hasil rembuk DPP dan Dewan Pembina PSI," kata Wiryawan.
"Sebaliknya, kami berharap pihak-pihak lain untuk tidak mengomentari hal-hal tidak dipahami dan stop menebar ilusi," lanjut Wiryawan.
(eva/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu