Gencatan Senjata di Gaza Terwujud Usai Terhambat Daftar Sandera

3 hours ago 2
Gaza -

Gencatan senjata di Gaza, Palestina, terwujud hari ini. Gencatan senjata di Gaza sempat terhambat daftar sandera yang hendak dibebaskan oleh Hamas.

Dilansir Al-Jazeera dan AFP, Minggu (19/1/2025), gencatan senjata ini disetujui setelah satu tahun mediasi intensif oleh Qatar dan Mesir. Hal ini menjadi langkah awal dalam proses panjang dan rapuh yang bertujuan untuk mengakhiri perang selama 15 bulan di Gaza.

Perang besar di Gaza meletus sejak 7 Oktober 2023. Israel mengklaim serangannya di Gaza dilakukan untuk menghancurkan Hamas yang menyerang mereka dan menewaskan 1.200 orang di wilayah Israel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 45 ribu orang yang mayoritas merupakan perempuan dan anak. Ada ratusan ribu orang yang terluka akibat serangan itu. Jutaan penduduk Gaza juga terpaksa mengungsi akibat perang.

Gencatan senjata di Gaza rencananya dimulai pada pukul 08.30 waktu setempat, Minggu (19/1). Namun, pelaksanaannya terhambat penyerahan daftar tiga sandera yang hendak dibebaskan oleh Hamas sebagai bagian kesepakatan dengan Israel.

Hamas sendiri telah menyatakan komitmen untuk menyediakannya. Namun, Hamas beralasan ada kendala teknis sehingga daftar itu sulit diselesaikan tepat waktu.

Hamas menyatakan anggotanya berkomunikasi secara fisik melalui utusan. Hal itu disebut membutuhkan waktu untuk menyetujui nama-nama dan lokasi para sandera ketika pesawat militer Israel masih berada di atas mereka.

Menurut rencana, Hamas akan membebaskan tiga tawanan perempuan yang masih hidup sebagai ganti 95 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel di mana sebagian besar adalah perempuan dan anak. Pertukaran akan dimulai setelah pukul 4 sore hari pertama gencatan senjata. Pembebasan tawanan akan difasilitasi oleh Palang Merah.

Israel Serang Gaza Selama Penundaan Gencatan Senjata

This picture taken from the Israeli side of the border with the Gaza Strip shows smoke plumes rising from explosions above destroyed buildings in the northern Gaza Strip on January 18, 2025, a day before a ceasefire is set to take effect following the Israeli cabinets approval of a deal between Israel and Hamas. The ceasefire in the Gaza war will begin at 0630 GMT on January 19, mediator Qatar said after Israels cabinet voted to approve the truce and hostage-prisoner release deal. In more than 15 months of war between Hamas Palestinian militants and Israel, there has been only one previous truce, for one week, in November 2023 that also saw a hostage-prisoner exchange. (Photo by JOHN WESSELS / AFP) Foto: Ilustrasi asap membubung di Gaza akibat serangan Israel (AFP/JOHN WESSELS)

Israel sebenarnya telah menarik sejumlah pasukannya dari Rafah yang terletak di selatan Gaza menjelang gencatan senjata. Pasukan Israel menuju ke daerah yang disebut koridor Philadelphi, di sepanjang perbatasan selatan Gaza dengan Mesir.

Namun, Israel tetap menyerang wilayah utara dan tengah Gaza. Dilansir Al-Jazeera dan AFP, Minggu (19/1), Israel meluncurkan serangan artileri dan serangan udara di Khan Younis selatan dan Nuseirat tengah meski telah masuk waktu gencatan senjata yang disepakati.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan gencatan senjata tak akan terlaksana sebelum Hamas menyerahkan daftar nama sandera yang akan dibebaskan.

"Tentara Israel terus bersiap untuk pertahanan dan serangan dan tidak akan membiarkan keamanan penduduk Negara Israel dirugikan," ujar pemerintah Israel.

Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel telah menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai lebih dari 25 orang. Juru bicara badan tersebut Mahmud Bassal mengatakan tiga orang tewas di Gaza utara dan lima orang di Kota Gaza.

Hamas Serahkan Daftar Sandera, Gencatan Senjata Terwujud

Displaced Palestinians cheer as they return to Rafah in the southern Gaza Strip on January 19, 2025, hours after a ceasefire deal in the war between Israel and the Palestinian militant group Hamas was expected to be implemented. (Photo by Eyad BABA / AFP) Foto: Warga Gaza yang mengungsi mulai berjalan kembali ke kediaman mereka saat gencatan senjata dimulai (AFP/EYAD BABA)

Hamas pun merilis nama tiga sandera asal Israel yang akan dibebaskan pada hari pertama gencatan senjata di Gaza. Israel menyatakan akan melanjutkan kesepakatan yang sempat ditunda beberapa jam.

Dilansir Al-Jazeera, pengumuman nama-nama sandera yang akan dibebaskan itu disampaikan juru bicara sayap bersenjata Hamas Brigade Qassam, Abu Obeida.

"Sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan, kami memutuskan untuk membebaskan hari ini Romi Gonen (24) Emily Damari (28) dan Doron Shtanbar Khair (31)," ujarnya.

Hamas mengatakan telah menyerahkan nama-nama itu kepada mediator. Israel juga mengonfirmasi menerima daftar tawanan yang akan dibebaskan hari ini

Kantor Perdana Menteri Israel menyatakan telah menerima daftar berisi nama-nama tawanan yang akan dibebaskan. Israel mulai memberi tahu keluarga dari tiga wanita yang akan dibebaskan.

Israel menyatakan gencatan senjata dengan Hamas di Gaza akan dimulai pada pukul 11.15 waktu setempat. Awalnya, gencatan senjata ditargetkan dimulai pukul 08.30 waktu setempat.

Warga Gaza Sambut Gencatan Senjata

Palestinian Hamas militants celebrate despite a delay in the ceasefire between Israel and Hamas over the hostage list, in Khan Younis in the southern Gaza Strip, January 19, 2025. REUTERS/Mohammed Salem TPX IMAGES OF THE DAY Warga Gaza rayakan gencatan senjata (Foto: REUTERS/Mohammed Salem)

Salah satu warga yang mengungsi, Souad Warshaga, mengatakan bahwa dia merasa sangat bahagia. Dia berharap dapat pulang ke tempat tinggalnya di Gaza utara.

"Kami sedang mempersiapkan barang-barang kami untuk kembali ke daerah dan lingkungan kami yang sangat kami rindukan. Kami tidak sabar menunggu hingga saat perjanjian gencatan senjata akan resmi berlaku. Saya ingin menjadi salah satu orang pertama yang meninggalkan tempat ini dan kembali ke rumah kami," ujarnya.

Pengungsi lainnya, Latifa Qashqash, juga merasa bahagia. Namun, dia merasa takut karena khawatir Israel melanggar perjanjian dan melakukan serangan mendadak.

"Saya bahagia karena saya akan kembali ke daerah dan tempat asal saya. Saya juga takut. Karena saya tidak percaya kepada orang Israel. Saya juga sedih karena kehilangan orang-orang yang kami cintai dan harta benda kami. Kami akan meninggalkan tenda di sini untuk tinggal di tenda di sana," ujarnya.

(haf/haf)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial