Jakarta -
Bareskrim Polri terus menggencarkan operasi pengungkapan peyelundupan hingga peredaran narkotika di Tanah Air. Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada menyebut pernah terombang-ambing di tengah laut saat melakukan operasi pemberantasan narkotika.
Wahyu mulanya menyebut bahwa sebagian besar narkotika yang masuk ke Indonesia berasal dari luar negeri. Sehingga sangat sulit untuk memberantasnya, apalagi dengan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
"Tantangannya tidak mudah, Indonesia adalah sebuah negara kepulauan, terdiri dari 17 ribu pulau lebih, tersebar dari Sabang sampai Merauke," ucap Wahyu dalam jumpa pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Rabu (5/3/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Garis pantai kita nomor dua setelah Kanada. Kita punya perbatasan dengan negara lain, perbatasan laut, bisa perbatasan darat. Ini juga menyulitkan dalam pemberantasan," katanya.
Hal itu, kata dia, menjadi satu alasan mengapa Indonesia masih menjadi pasar peredaran barang haram itu. Terlebih prevalensi penyalahgunaan narkoba di Tanah Air masih tergolong tinggi.
"Oleh karena itu kita sama-sama kegiatan penanganan pemberantasan narkoba ini harus dua sisi. Demand-nya juga dikurangi, edukasinya harus diperkuat, dan kita juga dari kepolisian terus juga melakukan tindakan-tindakan edukasi," ucapnya.
"Penegakan hukum semata tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi edukasi, sosialisasi, dan mengurangi demandnya. Oleh karena itu kita butuh semuanya untuk ikut terlibat di sini," sambung Wahyu.
Eks Kabaintelkam Polri itu kembali mengatakan memberantas peredaran narkoba memiliki tantangan yang besar. Dia menceritakan pengalamannya melakukan operasi di Laut Selatan Sumatera.
Kala itu pihaknya melakukan operasi penangkapan bersama Bea Cukai. Namun saat berada di tengah laut, ombak besar menghantam kapal yang ditumpanginya.
"Kapal kita tuh dihantam buritannya, jebol," ungkap Mukti.
Akibat peristiwa itu, anggota terombang-ambing di tengah laut selama berhari-hari. Beruntungnya, dia bersama timnya masih selamat.
"Tiga hari anggota kita kampul-kampul (red, terapung) aja tuh di tengah laut. Untung arusnya gak ke Andaman (red, Teluk Benggala, bagian Samudra Hindia) sana. Kalau arusnya ke Andaman nggak tahu itu," ungkapnya.
Lebih lagi, saat itu ada anggotanya yang kondisi kesehatannya menurun. Dirinyapun pun menjadi tak karuan menghadapu situasi itu.
"Waktu itu kita udah stres loh, apa kena tembak atau kena ini, ternyata karena tiga hari di lapangan itu susah," sebut Wahyu.
"Buang air sudah gak bisa, karena buritannya udah jebol dan kamar mandinya jebol. Jadi mandinya di laut, buang airnya di laut, begitulah perjuangan teman-teman kita," sambung dia.
Meski begitu, dirinya tak patah semangat lalu menyerah. Berbekal keyakinan dan keinginan memberantas narkotika dari Tamah Air, Wahyu bersama timnya masih melanjutkan operasi.
"Kita harus tetap optimis untuk memberantas ini," imbuhnya.
Operasi itu, ucap Wahyu, merupakan salab satu upaya perjuangan yang dilakukan oleh Korps Bhayangkara. Berjuang untuk menyelamatkan anak bangsa dari bahaya narkotika.
(ond/maa)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu