Jakarta -
Keputusan Indonesia menjadi anggota penuh BRICS menandai babak baru dalam perjalanan diplomasi Indonesia. Presiden Brasil, sebagai Presidensi BRICS tahun ini, telah mengumumkan keanggotaan Indonesia di BRICS per Januari 2025. Ini tentunya keputusan yang accelerated. Seluruh negara anggota BRICS telah menyepakati keanggotaan Indonesia ini hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Indonesia sendiri baru secara resmi menyatakan intensinya untuk bergabung ke BRICS di KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia, pada Oktober 2024. Proses diterimanya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS tentunya bukanlah sekadar simbol. Ini adalah pengakuan atas posisi strategis Indonesia sebagai penggerak Global South dan mitra penting dalam tata kelola global yang lebih inklusif. Lewat keanggotaan di BRICS, Indonesia semakin menguatkan identitas sebagai bagian dari koalisi negara-negara yang berkomitmen untuk mendorong reformasi tata Kelola dunia internasional.
Mengapa BRICS Penting bagi Indonesia?Sebagai platform, BRICS menawarkan lebih dari sekadar penguatan hubungan ekonomi. BRICS memberikan ruang strategis untuk mendorong reformasi institusi global yang kerap dianggap tidak adil terhadap negara-negara berkembang. Sebagai anggota, Indonesia memiliki peluang untuk memperjuangkan reformasi sistem keuangan internasional dan institusi multilateral seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, yang sering dikritik karena lebih menguntungkan negara maju.
BRICS juga menyediakan akses ke New Development Bank (NDB), yang didirikan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan. Pendanaan ini menjadi alternatif penting bagi Indonesia, yang memiliki kebutuhan besar untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan transisi energi. Dengan fokus pada proyek energi hijau, NDB dapat membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada pendanaan lembaga keuangan tradisional yang sering kali datang dengan persyaratan yang membatasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keanggotaan BRICS juga membuka jalan bagi Indonesia untuk berkontribusi pada sistem ekonomi alternatif. Dalam beberapa tahun terakhir, BRICS telah mengangkat wacana terhadap penggunaan mata uang alternatif dalam perdagangan dunia. Indonesia, dengan pengalaman yang dimiliki dalam mendorong kerja sama penggunaan skema Local Currency Transaction (LCT) dan pembayaran digital lintas negara seperti QRIS, tentunya dapat memberikan best practices guna semakin memperkuat arsitektur keuangan global.
Indonesia juga dapat memanfaatkan BRICS untuk mempercepat transisi energi melalui kolaborasi teknologi hijau. Fokus BRICS pada hidrogen dan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) sangat relevan dengan kebutuhan Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission. Melalui BRICS, Indonesia dapat mendorong pembiayaan inovatif untuk energi terbarukan, seperti yang selalu diangkat Indonesia melalui Just Energy Transition Partnership (JETP).
Di sektor ketahanan pangan, BRICS menawarkan peluang kolaborasi di bidang teknologi pertanian dan inovasi kebijakan. Indonesia dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor agraria, yang tidak hanya mendukung prioritas Presiden Prabowo Subianto untuk menghadirkan swasembada pangan nasional, tetapi juga dapat memberikan kontribusi pada upaya global mengatasi kelaparan.
Diversifikasi pasar ekspor juga menjadi peluang besar. Kolaborasi strategis dengan anggota BRICS seperti Brasil di sektor agraria, India di teknologi, dan Tiongkok di manufaktur dapat membuka pasar baru bagi produk Indonesia. Selain itu, kemitraan ini memungkinkan transfer teknologi dan inovasi yang dapat meningkatkan daya saing produk nasional.
Tantangan dan Strategi ke DepanMeski potensi keanggotaan di BRICS besar, Indonesia tetap harus cermat dalam menghadapi tantangan. Salah satu tantangan utama adalah menjaga keseimbangan antara komitmen di BRICS dan hubungan strategis dengan ASEAN serta hubungannya dengan negara-negara Barat. Fokus pada complementarity—menekankan kerja sama yang saling melengkapi daripada bersaing—akan menjadi kunci keberhasilan.
Selain itu, Indonesia perlu memperkuat kapasitas institusional untuk terlibat dalam diskusi teknis dan kebijakan di BRICS. Koordinasi antar-lembaga pemerintah, keterlibatan sektor swasta, dan konsultasi dengan masyarakat sipil menjadi penting untuk memastikan keanggotaan BRICS menghasilkan manfaat nyata.
Langkah konkret lainnya adalah menyusun peta jalan partisipasi aktif. Kehadiran yang konsisten dalam pertemuan tingkat tinggi, seperti KTT tahunan, pertemuan tingkat menteri, dan kelompok kerja, akan memperkuat posisi Indonesia di BRICS. Indonesia juga harus tunjukkan leadership-nya dengan mendorong berbagai inisiatif strategis yang dapat memberikan pengaruh besar dalam menentukan arah kebijakan BRICS.
Keanggotaan Indonesia di BRICS tentunya menandai langkah maju dalam diplomasi yang lebih proaktif dan strategis. Sebagai anggota BRICS, Indonesia dapat menyelaraskan prioritas nasional—seperti kemandirian pangan, transisi energi, dan pengembangan sumber daya manusia—dengan tujuan kolektif dari BRICS.
Babak baru dalam Polugri Indonesia ini juga mencerminkan kepercayaan diri Indonesia yang semakin besar di panggung internasional. Dengan bergabung di BRICS, Indonesia tidak hanya menjadi penggerak utama Global South tetapi juga mitra penting dalam menciptakan tata kelola global yang lebih inklusif dan adil.
Keanggotaan di BRICS memberikan peluang untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai bridge-builder, menjembatani kepentingan negara berkembang dan maju. Indonesia kini berdiri di garis depan perjuangan menciptakan dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. Babak baru diplomasi Indonesia ini adalah manifestasi nyata dari ambisi besar Presiden Prabowo untuk meneguhkan kembali Marwah Indonesia sebagai negara besar di percaturan politik global.
Pandu Utama Manggala diplomat, pernah ditugaskan di KBRI Tokyo; tulisan ini pendapat pribadi
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu