Jakarta -
Para pedagang musiman pernak-pernik Imlek setiap satu tahun sekali memadati kawasan pecinan Glodok Pancoran, Jakarta Barat. Para pedagang musiman ini tampak memenuhi trotoar jalan dari Gapura Pecinan hingga kawasan niaga Petak Enam.
Salah seorang pedagang pernak-pernik Imlek, Alam, mengatakan untuk membuka lapak di kawasan ini setidaknya dibutuhkan modal hingga puluhan juta rupiah. Bahkan menurutnya diperlukan minimal Rp 50 juta untuk bisa berjualan selama satu bulan sebelum perayaan Imlek.
Modal ini sebagian besar diperuntukkan membeli barang dagangan di agen. Sebab kalau tidak memiliki barang yang cukup, menurutnya lapak tersebut akan kalah saing dan ditinggal pembeli karena tidak memiliki barang dagangan yang cukup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya sendiri modal Rp 50an juta, baru bisa dagang. kalau di bawah Rp 50 juta nggak bisa, susah. Soalnya dia banyak model dia dari Rp 1.000 sampai ratusan ribu harganya," kata Alam saat ditemui detikcom di lokasi, Senin (20/1/2025).
"Kalau nggak punya modal segitu nggak bisa belanja banyak, yang ada malah ditinggal orang, soalnya nggak banyak pilihan. Saya lihatnya sih gitu di sini modelnya banyak modal banyak untung," tambahnya.
Alam mengatakan ia sendiri harus mengumpulkan modal sebesar ini selama satu tahun, mulai dari selepas Imlek sampai perayaan Tahun Baru China berikutnya. Kalau memang tidak memiliki cukup dana, ia yang memang sudah membuka lapak musiman selama 13 tahun di kawasan ini bisa 'meminjam' barang dagangan terlebih dulu ke agen.
"Ya habis Imlek kita kumpulin lagi buat tahun depan. Ibaratnya keuntungan tahun ini banyak yang kita simpan buat tahun berikutnya. Buat makan sehari-hari cari lagi di luar. Kalau nggak ada bisa utang dulu sih, kita bawa dulu barangnya, tapi sore sudah bayar lagi ke agennya," terang Alam.
Di luar itu menurutnya ada juga biaya retribusi kepada Pemerintah Daerah Jakarta Barat untuk membuka lapak di sini. Biaya retribusi itu biasanya dikumpulkan melalui RW setempat untuk kemudian dibayarkan sekaligus.
"Kalau di sini kita ada biaya sewanya Rp 3,5 juta itu selama sebulan sampai malam Tahun Baru Imlek-nya. Ya buat lahan segini lah, dua meter. (lebar dua meter) iya lebar dua meter panjang tiga meter lah, kalau kaya yang sebelah panjang empat meter lebih besar lagi dia, tinggal dikali saja sama Rp 3,5 juta tadi," papar Alam.
(Dibayar ke mana?) lewat RW, nanti ke Keluaran, Kecamatan, baru Walikota. Jadi resmi kita di sini, makanya nggak ada gusur-gusur itu, pungutan liar juga nggak ada, kalau ada yang berani palak-palak malah diciduk nanti, tinggal kita laporin. Ada semua nama kita di Walikota, 27 pedagang," sambungnya.
Namun berkat modal yang tidak sedikit itu, ia mengaku bisa menjual berbagai pernak-pernik dekorasi dan angpao dengan omzet mencapai Rp 30-50 juta setiap harinya. Sebab sebagai besar pengunjung pecinan Glodok ini datang untuk membeli dalam jumlah besar.
"Kalau omzet pas ramai-ramainya itu bisa Rp 30 juta, bisa Rp 50 juta. (Per hari?) iya per hari, kan kebanyakan yang beli itu borongan. Kaya beli angpao itu bisa sampai berapa box gitu, atau hiasan-hiasan tempel yang shio," terang Alam.
"Kalau beli borongan kan kita bisa langsung ambil dari agen. Cuma kalau borongan untung bersihnya sedikit sih, kan kita ambil untung sedikit saja. Kalau lepasan bisa kita jual untung Rp 10 ribu, Rp 15 ribu. Kalau borongan pasti di bawah itu kaya Rp 3.000, Rp 2.000, tapi kan kalian per barangnya jadi banyak, untungnya di situ," jelasnya lagi.
Sementara itu pedagang lain bernama Ros mengaku tidak tahu persis berapa modal yang diperlukan untuk membuka lapak pernak-pernik Imlek di kawasan Glodok. Sebab ia hanya bertugas menjaga lapak tersebut.
"Kalau modal saya kurang tahu ya, karena kan yang beli kakak saya, semua yang urus kakak saya, saya tinggal jual saja. Paling dikasih tahu sama dia ini harga pas-nya berapa gitu-gitu. Kalau ada orang kantoran nih beli banyak, nanti saya kontak lagi ke kakak saya kira-kira harga pas-nya bisa turun berapa, dia yang siapin barangnya," ucap Ros.
Meski begitu, ia yang juga menjual banyak sekali jenis dekorasi Imlek dan angpao berbagai motif juga mengaku bisa meraup omzet jutaan rupiah setiap harinya. Kondisi ini tergantung pada cuaca dan hari berjuang.
"Omzet itu bisa Rp 5 juta sehari, kalau lagi ramai bisa Rp 10 juta. Cuma kalau lagi sepi itu pernah kemarin hujan seharian cuma Rp 3 juta. Tergantung sih memang, namanya juga jualan," jelas Ros.
"Kalau yang sampai ramai banget itu Sabtu-Minggu, kalau hari biasa seperti sekarang cuma ramai saja, nggak yang sampai gimana-gimana. (Berarti Sabtu-Minggu depan bakal ramai?) iya kemungkinan sih, mana Sabtu-Minggu besok kan sudah dekat Imlek, biasanya makin ramai itu. (Ada naik Omzet?) kalau dari tahun-tahun sebelumnya bisa Rp 15 juta sehari," katanya lagi.
(fdl/fdl)