Wilayah jabodetabek dilanda banjir. Bencana ini membuat warga mengingat kembali banjir horor tahun 2020.
BMKG menyampaikan banjir yang merendam kawasan di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi merupakan kiriman dari Bogor. Ketinggian air 1-4 meter.
"Jakarta dan sekitarnya rata-rata banjir air kiriman dari Puncak, Bogor, yang semuanya ini dialirkan dalam DAS Ciliwung," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dilansir Antara, Selasa (4/3/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, hujan deras yang mengguyur Kota Bogor pada Minggu (2/3) malam tergolong ekstrem. Sebab, berdasarkan data hasil monitoring tim meteorologi BMKG, ketebalan intensitas hujannya lebih dari 110 mm per hari.
BMKG menilai curah hujan ekstrem tersebut memungkinkan air DAS Ciliwung meluap. Luapan itu menjadi banjir bandang yang melanda sejumlah kecamatan di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor hingga terbawa ke hilir sungai di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tanggerang.
Adapun banjir di Kota Bekasi, yang dilaporkan muka air tertingginya 4 meter, katanya, terjadi karena pada saat bersamaan daerah itu menerima air kiriman hulu DAS Ciliwung dan ditambah adanya hujan deras dengan intensitas 165-208 mm per hari di beberapa lokasi.
"Hari ini di Sumur Batu, Bekasi, hampir 208 mm per hari. Ini terjadi dipengaruhi pertumbuhan awan konvektif yang cukup signifikan pada skala meso-sirkulasi siklonik yang mengakibatkan perlambatan angin dan seterusnya," katanya.
Dia menambahkan, banjir Jakarta dan daerah sekitarnya ini masih relatif rendah jika dibandingkan dengan banjir yang terjadi pada 2020. Saat itu BMKG mencatat curah hujan lokal di Jakarta sangat ekstrem dengan ketebalan 377 mm per hari.
Kemudian di Kota Depok, banjir melanda 19 lokasi, antara lain bantaran Kali Cabang Timur, luapan Kali Cabang Barat Mampang, luapan Situ Pengarengan, belakang Depok Town Square (Detos), Perumahan Mutiara Depok, Perumahan PGRI Pasir Putih, Perumahan Taman Duta, Bukit Cengkeh, Rini Jaya Pondok Jaya, Jalan Raya Juanda.
Banjir di Kota Bekasi mengenangi tujuh kecamatan mulai dari Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Medan Satria, Jatiasih, Pondok Gede, dan Rawalumbu.
Selain itu, banjir merendam enam kecamatan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mulai Cibarusah, Serang Baru, Setu, Cikarang Utara, Cibitung, dan Tambun Utara.
Kemudian banjir di Kabupaten Tangerang melanda enam wilayah kecamatan antara lain di Pagedangan, Teluk Naga, Legok, Tigaraksa, Panongan, dan Jambe, dengan ketinggian muka air mulai dari 50 sentimeter sampai 1 meter. Jumlah korban terdampak sementara diperkirakan 3.000 orang.
Banjir Seperti Tahun 2020
Foto Udara Banjir di Kota Bekasi. (Foto: Antarafoto)
Warga Bekasi, Dayana, mengatakan baru kali ini merasakan banjir besar setelah lima tahun silam. Kediamannya di perumahan Permata Bekasi 2, Bekasi Timur terendam hingga 1 meter.
"Di dalam rumah saya sekarang ini sudah masuk 20 cm. Rumah saya itu lebih tinggi dari jalanan dengan beda sekitar 80 cm. Berarti total banjir di depan rumah sekitar 1 meteran. Katanya sih banjir 5 tahunan, tapi ini baru dua kali ngerasain banjir ini setelah 2020," kata Dayana saat dihubungi, Selasa (4/3/2024) per pukul 11.00 WIB.
Dayana menyebut banjir tahun ini disebabkan curah hujan yang tinggi dari malam hingga pagi hari, ditambah lagi dari luapan kali. Diketahui, memang ada kali di dekat rumahnya.
"Yang tahun 2020 datang banjirnya tiba-tiba banget. Hujan dua hari terus langsung kiriman. Nah, yang sekarang ini hujan dari malam sampai pagi, air sudah menggenang. Pas hujan berhenti banjir kiriman datang sampai warnanya berubah dari bening jadi cokelat," ujarnya.
"Persis kayak tahun 2020, sebelumnya kalau hujan nggak pernah sebanjir ini," lanjut Dayana.
Dayana menyebut kondisi banjir tak berangsur surut sejak pagi tadi. Dia menduga ada saluran air tidak berjalan normal.
Dayana mengatakan sejauh ini belum ada bantuan datang ke kawasan rumahnya. Dari pengalaman 5 tahun lalu, bantuan baru tiba saat banjir sudah mulai surut.
"Sampai sekarang belum ada bantuan apa-apa. Waktu 2020 kompleks dianggurin sampai surut baru dateng bantuan, padahal banyak lansia. Dari pengalaman 5 tahun lalu, akhirnya ini sekarang orang-orang pada sudah pakai alat seadanya buat bantu lansia," ujarnya.
"Mungkin karena bukan wilayah prioritas sih kalau kata orang-orang. Soalnya, tempat lain yang lebih sering banjir itu jadi prioritas," lanjut Dayana.
Warga Bogor Sebut Lebih Dahsyat dari 2020
Foto: Masjid Baiturrahman di Vila Nusa Indah 2, Bogor, tetap menggelar Salat Tarawih meski dipenuhi pengungsi banjir (Maulana IF/detikcom)
"Memang dampak banjirnya lebih dahsyat dari 2020, dulu paling tinggi 2 meter, sekarang sudah hampir 2 meter lebih," kata Chairul di Vila Nusa Indah 2, Bojong Kulur, Bogor, Selasa (4/3/2025).
Masjid Baiturrahman kembali menjadi lokasi pengungsian bagi warga yang terdampak banjir. Terakhir kali masjid ini menjadi lokasi pengungsian saat banjir besar lima tahun lalu.
"Ya ada sekitar 150 (pengungsi). Ya Alhamdulillah kejadian 2020 kita menjadi posko pengungi musibah banjir," katanya.
Chairul mengatakan pihaknya telah menerima sejumlah bantuan berupa makanan dan minuman dari warga dan masjid sekitar. Dia mengatakan saat ini pihaknya membutuhkan makanan siap saji hingga alat-alat kebersihan untuk membantu pengungsi.
"Ya kebutuhannya makanan siap saji, nasi bungkus dan sebagainya, alat-alat kebersihan, baik itu serok, kain pel, maupun pembersih lantai," ucapnya.
Banjir di Rawajati Tahun Ini Lebih Parah
Banjir di Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (4/3/2025). (Foto: ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)
Kampung Rawajati di Jakarta Selatan terendam banjir lagi. Warga merasakan kali ini banjir lebih parah ketimbang tahun kemarin. Mereka berspekulasi bahwa ini adalah siklus banjir lima tahunan.
"Ini kayak banjir kemarin 2012. Saya 2007 banjir bandang kena, yang Jakarta darurat. Kita sampai ngungsi di flyover, parah itu," kata seorang ibu bernama Eva (43) di pengungsian RT4/RW7, Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (4/3/2025).
Berdasarkan pemahaman umum, banjir besar akan datang setiap lima tahun sekali di Jakarta. Siklusnya bisa dihitung dari peristiwa banjir besar seperti yang disebutkan Eva, yakni banjir tahun 2007, banjir 2012, 2017, dan seterusnya. Tahun 2020, meski angkanya tidak pas dalam interval 5 tahunan, tapi banjir jelang pandemi COVID-19 Indonesia saat itu memang besar.
"2020 Juga, itu pas tahun baru," kata Eva.
Dia merasa ini adalah siklus banjir besar yang rutin mengunjungi Jakarta. "Ini memang banjir 5 tahunan, harusnya tahun kemarin kan yang banjir 5 tahunan, cuma kemarin alhamdulillah nggak. Mungkin geser ke sekarang," kata Eva berspekulasi.
Dia kebanjiran saat sahur. Dia berhasil melindungi anaknya yang masih berusia sangat belia agar tidak hanyut terbawa banjir. Air tadi datang setelah hujan deras selama malam sampai subuh.
Ada lagi Sarinten, ibu paruh baya usia 52 tahun. Warga RT2/RW7 ini mengatakan banjir sudah menjadi tamu setiap tahun di Rawajati, meski tidak selalu besar. Terakhir, dia merasakan banjir besar datang tahun 2020 lalu. Kali ini, banjir datang lagi setelah lima tahun tidak datang.
"Katanya ini emang lima tahunan. Cuma saya nggak mengira kalau bakal terjadi sekarang," kata Sarinten.
Saksikan Live DetikPagi:
(idn/idn)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu