Jakarta -
Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS, Johan Rosihan, mendorong inovasi sawah bapokok murah untuk dikaji lebih mendalam oleh Kementerian Pertanian. Hal ini diharapkan bisa membawa dampak positif untuk ketahanan pangan RI ke depan.
"Metode pertanian 'sawah bapokok murah' yang diklaim mampu menghemat biaya hingga 50% dan meningkatkan hasil panen hingga dua kali lipat tengah menarik perhatian berbagai pihak. Inovasi ini dinilai menjanjikan dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian nasional. Namun, efektivitas dan implementasi jangka panjangnya masih memerlukan kajian lebih mendalam," kata Johan Rosihan kepada wartawan, Selasa (18/2/2025).
Johan menyebut informasi terkait 'sawah bapokok murah' hanya dari individu atau kelompok tertentu. Ia menyebut perlu ada kajian yang menyeluruh ke depannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejauh ini, informasi yang tersedia lebih banyak bersumber dari klaim individu dan kelompok tertentu. Minimnya data empiris dan penelitian ilmiah yang komprehensif menjadi catatan penting sebelum metode ini diterapkan secara luas. Skalabilitas dan keberlanjutan metode ini di berbagai jenis lahan dan kondisi iklim juga masih perlu diuji secara menyeluruh," katanya.
Johan juga mendorong adanya dukungan pelatihan bagi petani. Ia menilai tanpa ada pendampingan yang baik, program itu hanya akan berjalan sia-sia.
"Selain itu, dukungan infrastruktur dan pelatihan bagi petani menjadi aspek krusial agar metode ini dapat diadopsi dengan optimal. Tanpa adanya sistem pendampingan yang memadai, efektivitas metode ini dikhawatirkan tidak dapat tercapai secara konsisten," sambungnya.
Johan lantas mendorong inovasi sawah bapokok murah untuk dikaji lebih mendalam oleh Kementerian Pertanian. Hal ini diharapkan bisa membawa dampak positif untuk ketahanan pangan RI ke depan.
"Pemerintah melalui Kementerian Pertanian perlu melakukan kajian dan uji coba skala besar untuk memastikan bahwa metode 'sawah bapokok murah' benar-benar mampu membawa dampak positif bagi ketahanan pangan nasional. Evaluasi ini harus mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologi, serta kesejahteraan petani dalam jangka panjang," kata Johan.
Johan menyebut metode pertanian itu perlu dilakukan riset yang panjang. Johan berharap metode sawah bapokok murah bisa menjadi solusi nyata.
"Dengan pendekatan berbasis riset dan pengawasan ketat, inovasi ini memiliki potensi untuk menjadi solusi nyata bagi pertanian Indonesia. Namun, tanpa kajian yang matang, penerapan metode ini bisa berisiko menimbulkan tantangan baru bagi sektor pertanian," katanya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi IV DPR, Alex Indra Lukman, memperkenalkan cara baru dalam bersawah yakni sawah bapokok murah atau bertanam padi dengan modal murah. Alex mengungkap metode ini mampu menghemat biaya yang harus dikeluarkan petani hingga 50 persen dibanding sistem konvensional.
"Rendahnya biaya dalam proses produksi, tentunya akan lebih menjanjikan pendapatan yang lebih besar. Terlebih, hasil panen juga meningkat dengan teknik 'sawah bapokok murah' ini," kata Alex dalam keterangannya, Kamis (30/1).
Hal itu ditemukan Alex saat berdialog dengan Kelompok Tani Bukik Baeh, Kampung Rumah Gadang, Nagari Sungai Gayo Lumpo, Kecamatan V Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada Selasa (28/1) lalu. Dia menilai metode sawah bapokok murah ini harus jadi program prioritas Kementrian Pertanian karena menciptakan intensifikasi lahan dalam kerangka terwujudnya swasembada pangan yang jadi skala prioritas Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
"Dengan teknik sawah bapokok murah ini, produksi bisa mencapai angka 7 hingga 8 ton per hektare," ucap Alex yang juga Ketua PDI Perjuangan Sumatera Barat itu.
Terjadinya penghematan ini, juga diamini pembina Kelompok Tani Bukik Baeh, Ir Djoni yang juga penemu teknik sawah bapokok murah. "Dengan mengaplikasikan teknik ini, petani tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk pengolahan tanah," imbuh dia.
(dwr/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu