Akademisi Vietnam Audiensi dengan Kemlu, Belajar Langsung Program LKLB RI

11 hours ago 7

Jakarta -

Lima akademisi Vietnam dari Institut Etnisitas dan Agama di bawah Akademi Nasional Politik Ho Chi Minh berkunjung ke Indonesia dan melakukan audiensi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI. Kunjungan tersebut untuk mempelajari secara langsung pengalaman Indonesia dalam mengelola kemajemukan khususnya melalui program pendidikan Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB).

Indonesia dinilai berhasil untuk membangun kohesi sosial dan kolaborasi lintas agama dengan melibatkan peran guru dan pendidik dari seluruh negeri. Program LKLB telah diinisiasi oleh Institut Leimena bersama puluhan mitra dari lembaga pendidikan, keagamaan, dan pemerintah di Indonesia.

"Vietnam mempunyai banyak kesamaan dengan Indonesia, diantaranya dalam hal agama dan etnis, serta pembangunan tanah air. Vietnam sedang mendorong kebijakan sosial dan ekonomi untuk meningkatkan perekonomian semua rakyat, termasuk lewat budaya, nilai-nilai moral, yang berkontribusi bagi pengembangan tanah air kami," kata Direktur Institut Etnisitas dan Agama, Hoang Thi Lan saat melakukan audiensi dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Jumat (2/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lan bersama keempat rekannya, Assoc. Prof. Dr. Nguyen Phu Loi, Dr. Nguyen Khac Duc, Dr. Do Thi Thanh Huong, dan Dr. Nguyen Cong Tri diterima oleh Direktur Diplomasi Publik Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu RI, Ani Nigeriawati, dan Wakil Direktur di Direktorat Kerja Sama Sosial Budaya ASEAN Kemlu RI, Monica Ari Wijayanti. Dalam audiensi tersebut, Lan menjelaskan Akademi Nasional Politik Ho Chi Minh merupakan lembaga setingkat Kementerian di bawah pimpinan tertinggi negara Vietnam yaitu Politburo Partai Komunis.

Akademi bertugas melakukan pendidikan kader pemimpin dan politisi Vietnam, mengadakan penelitian ilmiah, dan memberikan rekomendasi dan konsultasi kepada partai tentang kebijakan pembangunan tanah air termasuk dalam konteks etnis dan agama.

"Program LKLB yang dijalankan Institut Leimena telah menjadi model bagi kami. Kami ingin belajar mengembangkan pendidikan, bagaimana mendidik sumber daya berkualitas karena kami sangat ingin menuju negara bersatu dan modern," kata Lan.

Sementara, Ani mnyampaikan Kemlu RI telah bekerja sama dengan Institut Leimena dalam pelaksanaan Konferensi Internasional LKLB pada Juli 2024 yang saat itu dibuka secara resmi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Menurut Ani, semangat untuk mempromosikan literasi keagamaan lintas budaya merupakan kepentingan bersama, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga negara-negara mitra seperti Vietnam, dan seluruh umat di dunia.

"Literasi yang tepat antar agama, keyakinan, dan budaya bisa berkontribusi terhadap terciptanya perdamaian dunia. Saling mengasihi antar umat manusia di dunia ini mempererat hubungan antar masyarakat baik secara bilateral maupun dalam konteks global," kata Ani.

Ani mengapresiasi kehadiran akademisi Vietnam ke Indonesia sebagai bagian dari kemitraan strategis kedua negara. Dia berjanji akan menindaklanjuti kunjungan ini melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia di Hanoi dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Ho Chi Minh.

Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, menyatakan merasa terhormat karena beberapa kali telah diminta berbicara mengenai program LKLB di Vietnam. Program LKLB di Indonesia telah menghasilkan lebih dari 9.000 alumni pelatihan dari 37 provinsi di Indonesia.

"Vietnam semakin melihat pentingnya peran agama dan kepercayaan di masyarakat. Bagaimana agar agama dan unsur-unsur agama bisa menjadi faktor pemersatu masyarakat. Di sinilah justru menjadi jembatan luar biasa untuk Indonesia dan Vietnam karena kita memiliki pengalaman mengelola keberagaman selama puluhan bahkan ratusan tahun," ujar Matius.

Matius mengatakan 70 persen rakyat Vietnam tidak menganut agama, namun mereka menyadari agama telah berkembang dalam masyarakat dan menjadi tantangan tersendiri. Selain melakukan audiensi dengan Kemlu RI, kelima akademisi mengikuti workshop LKLB di Semarang yang diikuti oleh 41 guru alumni program LKLB.

Mereka juga berdialog dengan para pakar antara lain mantan Menteri Luar Negeri RI, Alwi Shihab, Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Amin Abdullah, Duta Besar RI untuk Uzbekistan dan Kyrgyzstan, Siti Ruhaini Dzuhayatin, Koordinator Staf Khusus Menteri Agama RI, Farid Saenong, Tenaga Ahli Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Azaki Khoirudin, dan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Hukum Kementerian Hukum RI, Gusti Ayu Putu Suwardani.


(dek/eva)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial