Jakarta -
Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono menyampaikan transformasi paradigma perlindungan sosial ke pemberdayaan menjadi agenda prioritas Kementerian Sosial RI. Hal ini untuk melepaskan masyarakat dari jerat kemiskinan.
"Kita tidak ingin bansos hanya jadi alat mempertahankan kemiskinan. Tapi harus jadi alat untuk membebaskan rakyat dari kemiskinan, lewat pemberdayaan ekonomi," ujarnya dalam wawancara inspiratif bersama Merry Riana, dikutip Kamis (15/5/2025).
Konsekuensi logis dari perubahan paradigma ini menitikberatkan kebijakan dan program-program Kemensos ke arah menumbuhkan kemandirian. Masyarakat miskin akan lebih banyak diberikan akses pelatihan, peralatan usaha, pendampingan, hingga fasilitasi pemasaran ketimbang sekadar pemberian bansos.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daripada mereka hanya menerima Rp 200 ribu per bulan, lebih baik kita bantu mereka bikin usaha. Mereka bisa punya penghasilan tetap, bahkan membuka lapangan kerja," jelasnya.
Pendekatan ini, menurutnya, bukan hanya lebih efektif, tapi juga lebih manusiawi, karena menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri masyarakat miskin.
Kendati demikian, perubahan pendekatan ini tak mudah. Salah satu tantangan utama dalam penyaluran bantuan dan program pemberdayaan selama ini adalah akurasi data. Agus Jabo menjelaskan bahwa sebelumnya terdapat 47 data sosial yang saling tumpang tindih antarlembaga.
Namun kini, berkat arahan Presiden, BPS berkolaborasi dengan sejumlah kementerian dan lembaga, termasuk Kemensos, telah menyusun Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN). Dengan data tunggal ini, masyarakat diklasifikasikan berdasarkan desil ekonomi, sehingga ke depan bantuan dan program pemberdayaan bisa lebih tepat sasaran.
"Desil 1 itu masyarakat termiskin, pengeluarannya bahkan di bawah Rp400 ribu per bulan. Mereka inilah yang menjadi fokus utama program perlindungan sosial," terangnya.
Dalam kesempatan ini, Agus Jabo juga mengungkap salah satu program terobosan Kemensos, yakni Sekolah Rakyat. Sekolah berkonsep asrama ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang mengentaskan kemiskinan.
"Anak-anak dari keluarga miskin ekstrem kita sekolahkan di boarding school, lengkap dengan asrama, makan, pendidikan karakter, dan keterampilan. Mereka kita siapkan jadi pemimpin masa depan," jelasnya.
Program ini tidak hanya mencegah anak-anak miskin putus sekolah, tapi juga menciptakan generasi yang siap memutus rantai kemiskinan di keluarganya.
Di penghujung sesi wawancara, Merry Riana juga menyoroti perjalanan hidup Wamensos Agus Jabo, yang dikenal sebagai aktivis idealis dan mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) di era reformasi. Kini, ia membawa semangat perjuangan itu ke dalam sistem pemerintahan.
"Kalau dulu saya memperjuangkan rakyat dari luar sistem, sekarang saya memperjuangkannya dari dalam, lewat kebijakan dan program yang nyata," ujar Agus Jabo.
Ia menegaskan bahwa kekuasaan harus menjadi alat untuk melayani rakyat, bukan dinikmati semata.
"Bangsa ini akan bangkit kalau kita semua punya mental patriot, bukan mental inlander. Jangan takut bermimpi besar. Jangan lelah mencintai Indonesia. Bangun karakter, integritas, dan selalu berpihak pada keadilan," tegasnya.
Melalui komitmen terhadap pemberdayaan, akurasi data, dan investasi pada generasi muda lewat program seperti Sekolah Rakyat, Kementerian Sosial terus bergerak untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
(akd/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini