Warga menolak pembangunan tangki air berkapasitas 10 juta liter di Depok, Jawa Barat (Jabar). Warga menolak lantaran terkena imbas seperti tanah longsor hingga banjir lumpur.
Tangki air tersebut berada di dekat permukiman RW 26, Mekarjaya, Perumahan Pesona Depok Estate II. Kondisi tangki air juga disebut miring.
Warga yang bertempat tinggal di sana mengaku takut keberadaan tanki itu membahayakan. Penolakan dilakukan sejak 2020 namun sempat vakum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga terdampak tetap ingin bangunan water tank 10 juta liter air di relokasi. Proyek ini diperkirakan menghabiskan dana setengah triliun rupiah dan ada indikasi kuat korupsi pemerintahan sebelumnya. Tetapi setelah 4 tahun vakum karena ditolak warga, proyek ini akan dilakukan lagi dengan kondisi bangunan sudah semakin miring," kata perwakilan warga RW 26, Didik J Rachbini dalam keterangan tertulis, Selasa (11/3/2025).
Dia menyebut analisis teknis dari Universitas Indonesia (UI) menemukan banyak cacat serius pada desain, jenis tanah dan konstruksi tangki air itu. Dia mengatakan analisis itu menemukan pekerjaan perkuatan struktur terhadap water tank wajib melibatkan warga terdampak untuk keamanan, kenyamanan dan keselamatan warga terdampak.
"Adapun cacat teknis yang di analisa oleh Lemtek UI yang akhirnya berimbas kerugian kepada warga terdampak dari water tank tersebut yang mulai berdiri di tahun 2022 menyebabkan tanah longsor, banjir lumpur ke kompleks kami dan beberapa rumah," ujar Rektor Universitas Paramadina ini.
Analisis Design Cacat
Foto: Warga di Depok tolak proyek water tank berkapasitas 10 juta liter (dok. Istimewa)
Dia mengatakan pekerjaan memperkuat struktur water tank sulit karena kondisi tangki itu sudah miring ke arah perumahan Pesona Depok Estate II meski belum diisi air. Dia mengatakan hal itu disebabkan jenis tanah yang berubah menjadi hujan akan berubah menjadi clay atau tanah liat dan jika musim panas akan kering.
Hal itu membuat kondisi water tank tidak seimbang. Kondisi itu memicu bangunan retak dan miring. Dia menyebut posisi water tank berada di atas atap perumahan warga. Dia juga menyebut tanah warga terdampak hanya berjarak 6 sampai 7 meter dari garis sepadan proyek itu.
"Keempat, dengan jenis tanah yang sudah dijelaskan di atas dan lokasi water tank di atas atap perumahan kami warga terdampak dengan logika sehat kami akan sulit untuk PDAM melakukan penguatan karena setiap musim akan ada perubahan sifat tanah yang akan mengakibatkan posisi water tank akan mengalami kemiringan, hanya menunggu waktu saja water tank tersebut akan mengalami tragedi yang berdampak kerugian materi dan nyawa," ujarnya.
Pembangunan tangki air berkapasitas 10 juta liter oleh PDAM dan Pemkot Depok tanpa memikirkan hak-hak warga. Dia menyebut banyak kerugian yang dialami warga gara-gara proyek itu.
"PDAM dan Pemkot melakukan pembangunan dengan angkuh tanpa memikirkan hak-hak warga terdampak dan mengakibatkan kerugian yang di PDAM dan Pemkot ciptakan, membangun atas nama kebutuhan air bagi masyarakat tanpa melihat banyak aspek di antara adalah dampak lingkungan yang sudah dirasakan akibat berkurangnya penyerapan air, longsor, serta jebol tembok-tembok pembatasan di kompleks perumahan kami. Warga terdampak tidak pernah menghalangi pembangunan yang bersifat untuk kepentingan masyarakat tapi ada cara-cara yang sesuai norma dan adab yang benar," ujarnya.
Dia mengatakan warga setempat berharap Wali Kota Depok yang baru, Supian Suri, dan Gubernur Jawa Barat yang baru, Dedi Mulyadi, dapat merelokasi proyek itu. Dia juga menyarankan ada audit terhadap anggaran proyek tersebut.
Wawalkot Depok Cek Tangki Air
Foto: Warga di Depok tolak proyek water tank berkapasitas 10 juta liter (dok. Istimewa)
"Tolak, tolak water tank! Tolak water tank! Warga Pesona menyatakan tolak water tank," ucap warga kompak seperti dilihat dari video yang diterima.
Chandra disodori selembar kertas oleh seorang pria yang berisi pernyataan sikap warga yang menolak keberadaan water tank. Warga menolak water tank tersebut karena berada dekat dengan permukiman. Selain itu, water tank juga diduga dalam kondisi miring.
"Makanya saya pengen lihat dulu. Kan saya belum pernah lihat juga ke dalam," kata Chandra.
"Tolonglah Pak, demi keselamatan nyawa kami, Pak. Ini miring water tank, Pak," timpal warga.
Chandra mengatakan kedatangannya kali ini didampingi pejabat terkait di Pemkot Depok. Dia memperkenalkan Kepala Dinas Rumkim, Kepala Bappeda Depok, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Dinas Perizinan, hingga Camat Pancoran Mas dan Lurah Mekarjaya.
Saat mendengar keberadaan Camat Pancoran Mas dan Lurah Mekarjaya, warga langsung riuh. Mereka memprotes karena merasa tidak pernah dilibatkan dalam pembahasan hingga penandatanganan izin pembangunan water tank di dekat permukiman mereka.
"Ayo jangan gampang-gampang tanda tangan Pak Camat, Bu Lurah, dan semua aparat. Mana buktinya?" ujar seorang warga.
"Bapak-Ibu yang bertanda tangan tidak tinggal di sini, kita yang tinggal di belakang. Kalau ada sesuatu, yang mati kita. Kita sangat tidak setuju pejabat-pejabat Depok menanda tangan dengan gampang," tambah ibu-ibu warga lainnya.
(dek/wnv)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu