Foto: Ilustrasi perempuan pemilik rambut keriting (iStock/People Images)
Minggu, 02 Maret 2025
Trauma dengan berbagai pengalaman di salon, Gracia Indriani (29) memutuskan membuka salon sendiri untuk orang-orang sepertinya, pemilik rambut keriting. Ia ingin salonnya, Kriwil, menjadi ruang aman bagi siapapun dengan rambut bertekstur yang sejatinya butuh pemahaman tersendiri.
Di dunia, tak terkecuali di Indonesia, standar kecantikan adalah rambut lurus, hitam, panjang, kesannya modis dan rapi, sebagaimana ditampilkan di banyak budaya pop. Meski ini berangsur luntur seiring menguatnya nilai-nilai inklusivitas dan keberagaman, tak terhitung berapa banyak orang dengan rambut keriting yang dirugikan oleh standar ini.
Banyak di antara mereka tak menyukai rambutnya. Pertama, mereka tumbuh tanpa pedoman merawat rambut keriting. Entah bagaimana, tak ada orang dewasa di sekitar yang memiliki pengetahuan akan hal itu. Rambut keriting tanpa perawatan yang benar, ditabrakkan dengan standar kecantikan, hasilnya stigma bahwa keriting itu jelek, kusut, kering, atau berantakan.
“Dari kecil aku bingung, kok, rambut aku kasar, ya? Kok, banyak, ya? Kok, besar? Kalau ke salon hasilnya enggak kayak mama yang rambutnya bergelombang halus. Di sekolah, aku umpetin rambutku dengan mengikatnya, biar nggak di-bully. Pertama kali meluruskan rambut kelas 4 SD. Dulu masih rebonding, prosesnya sampai tujuh jam. Eh, pas selesai, malah makin nangis karena merasa enggak cocok,” kisah Gracia.
Pengalamannya dari salon ke salon selalu traumatis. Penata rambut bilang, rambutnya kering dan rusak, tapi tak satupun memberi solusi yang tepat. Saran mereka hanya satu: luruskan. Tidak ada yang mengerti tentang rambut keriting. Belum lagi, diskriminasi dari pegawai salon yang menunjukan gestur ogah menangani klien rambut keriting.
Setelah mengenal alat catok, Gracia kecanduan meluruskan rambut sendiri. “Waktu itu sudah smoothing pun tetap nyatok. Anehnya, aku nggak pernah merasa puas dengan penampilanku. Perang batin dan senewen mulu deh soal rambut,” katanya kepada detikX.
Gracia tidak menyerah. Suatu hari ia menemukan forum rambut keriting di internet. Rupanya, di belahan dunia lain, orang-orang juga mengalami kesulitan yang sama dengan rambut keritingnya, tapi ternyata ada cara menatanya. Selain itu, keriting banyak polanya, ada ikal atau wavy (2A-2C), keriting atau curly (3A-3C), dan kribo atau coily (4A-4C). Pola ini bisa berubah, pun seseorang bisa memiliki lebih dari satu pola. Gracia pun mulai menata rambutnya dan terkejut melihat tekstur yang muncul.
Gracia Indriani dalam berbagai gaya rambut keritingnya.
Foto: Dokumentasi Pribadi Gracia Indriani
“Ternyata indah. Selama ini aku kira rusak dari dalam, sampai-sampai sampo aku pasti yang total damage repair. Pantas enggak ngaruh, orang sebetulnya enggak rusak, cuma nggak tahu cara memperlakukannya. Terus yang bikin lebih senang lagi, hemat waktu. Dulu nyatok bisa 2 jam, capek banget. Curly styling paling lama 30 menit, lah,” ujarnya.
Kata Gracia, untuk rambut keriting, keramas dengan sampo dan conditioner cukup dua kali seminggu untuk menjaga kadar minyak alami di kulit kepala, sedangkan masker rambut wajib diaplikasikan seminggu sekali agar rambut lembut. Menata rambut dapat dilakukan di hari yang sama dengan hari keramas.
Salah satu cara menata yaitu saat rambut masih basah, rambut diberi conditioner lagi tanpa dibilas (leave-in conditioner). Setelah itu, keriting diciptakan dengan teknik scrunching (meremas) atau finger-coiling (memutar rambut dengan jari), diberi styling gel untuk menahan bentuk keritingnya, sambil dibungkus dengan handuk microfiber. Lalu, anginkan, atau jika punya alatnya, gunakan pengering rambut yang telah dipasang diffuser. Terakhir, pakai sedikit hair oil untuk mengunci penampilan.
“Memang ada beberapa tahap. Namun, kalau sudah terbiasa, nggak lama kok. Cuma butuh 30-60 menit seminggu, tergantung sekali atau dua kali styling. Asal pas styling telaten, bentuk keriting yang terdefinisi itu bisa bertahan 3 hari atau lebih lama sampai kamu keramas lagi,” jelas Gracia. Menyisir rambut bisa ‘memecah’ keritingnya, bikin rambut frizzy atau megar, sehingga disarankan untuk hanya melakukannya sebelum keramas.
Gracia ingat, saat pertama kali tampil dengan rambut keriting di tempat umum, rasanya berdaya. “Awalnya ada, sih, rasa takut dengan pandangan orang lain, tapi teman-teman malah bilang rambutku bagus,” ujarnya. Pernah pula Gracia mewarnai rambutnya fiery red, ia jadi seperti Princess Merida di Brave.
Lama-lama, ia makin percaya diri, bersyukur akan perjalanan menemukan rambut kriwilnya, menikmati proses merawat rambutnya, dan ingin menularkan perasaan itu. Gracia pun mulai membagikan tutorial untuk rambut keriting di YouTube, lalu menciptakan produk untuk rambut keriting, mengambil sertifikasi hairdresser, dan akhirnya mendirikan Kriwil Salon pada 2018.
Tampak depan bangunan Kriwil Salon
Foto: Dokumentasi Kriwil Salon
“Dari dulu suka ngulik rambut tapi arahnya salah, aku lakukan ini dan itu dengan rambut lurus, berharap kelihatan cantik dan menyatu dengan sekitar. Setelah menerima rambutku yang alami, aku makin cinta sama dunia rambut. Makanya bikin salon tuh, ya, sekaligus ngasih statement kalau rambut kita yang keriting dan besar ini bukan untuk disembunyikan. Memang kita unstoppable. Big hair, big dreams,” tegasnya.
Tantangan membuka salon keriting yaitu dalam membentuk tim, sebab edukasi rambut keriting tidak diajarkan di sekolah hairdressing manapun. Gracia merasa ketiadaan pengetahuan ini aneh karena, kebanyakan orang Indonesia seharusnya berambut keriting, mengingat Indonesia negara kepulauan beriklim tropis.
“Jadi, stylist di Kriwil walau sudah ada latar belakang pendidikan tata rambut, tetap aku kasih pelatihan untuk rambut keriting, juga etika. Aku ingin menekankan bahwa Kriwil salon yang welcome, nyaman, enggak intimidating, kalau ada tamu dengan kasus berat jangan ditertawakan. Soalnya aku tahu banget rasanya masuk salon ketakutan atau merasa humiliated,” ungkap Gracia.
Sebagai pelopor salon keriting di Jakarta, bahkan di Indonesia, Kriwil didatangi pelanggan dari berbagai penjuru. Dari luar kota seperti Flores dan Surabaya, hingga luar negeri seperti Mesir dan Prancis. Salah satunya, Iriani Lokden (26) dari Sorong Selatan, Papua. Iriani mengaku tidak pernah menemukan salon khusus rambut keriting di manapun.
“Pertama aku tahu salon keriting ya Kriwil ini. Yang bikin aku terkesan, di Kriwil diajarkan cara merawat rambut. Aku rasa itu yang membedakan dari salon lain dan enggak pernah kutemui di salon lain. Terasa sih mereka peduli customer. Aku suka cara mereka mengidentifikasi kebutuhan rambutku,” tutur Iriani.
Pelanggan lain, Marlin (35), sepakat soal Kriwil membantunya memahami rambut keritingnya. Awalnya, Marlin adalah penonton YouTube Gracia, sehingga, begitu Gracia punya salon, ia tentu ingin mencoba. Sejak itu ia pelanggan setia. Meski tinggal di BSD, Tangerang, ia rela menempuh jarak cukup jauh untuk merawat rambutnya di salon yang berlokasi di Blok A itu, tepatnya di Jalan Panglima Polim No. 125 C, 50 meter dari Stasiun MRT Blok A.
Ilustrasi menata rambut keriting
Foto : Prostock-Studio
“Aku smoothing dari 2007 sampai 2016, sampai di titik aku udah nggak mau lagi merusak rambutku. Nah, pada waktu itu nggak ada siapa-siapa buat ditanya soal rambut keriting. Mamaku keriting tapi potongannya selalu cepak, sedangkan aku pingin rambut panjang. Makanya terbantu oleh Gracia dan tutorialnya. Pas pertama ke sini, starstruck, sih, ketemu Gracia, suhu, lah, dia,” ungkapnya kepada detikX.
Marlin senang karena styling yang dilakukan di Salon Kriwil dapat diterapkan di rumah, sehingga tidak harus sering-sering ke salon. Untuk sekali kunjungan pun, Marlin merasa harga yang dibayar sepadan dengan pelayanan dan hasilnya. Daftar harga layanan Kriwil dapat dilihat di Instagramnya, @kriwil.ind.
“Ke salon ya buat gunting rambut, maintain shape. Karena memang pertama-tama dari potongannya dulu yang harus dibenerin, diatur tebal-tipisnya. Kalau udah benar, styling-nya enak, gampang. Paling potong lagi 3-6 bulan tergantung kecepatan pertumbuhan rambut,” jelasnya.
“Oh ya, kayanya kalau bukan pemilik rambut keriting, masih banyak, deh, yang belum tahu Kriwil. Yang tahu, ya, kita-kita ini yang butuh. Padahal yang berambut lurus juga bisa lho ke sini. Aku sih merekomendasikan salon ini,” imbuh Marlin.
Kini, setelah Kriwil berjalan delapan tahun, Gracia melihat ada perubahan mindset tentang rambut keriting di kalangan masyarakat, khususnya pemilik rambut itu sendiri. “Dulu banyak yang masuk salon dengan perasaan minder sama rambutnya. Sekarang, karena udah banyak pelanggan, edukasi di luar sana juga makin banyak, orang-orang tuh masuk salon udah memancarkan confidence,” akunya.
Hal itu dibenarkan oleh Marlin. Sejak mengenakan rambut keritingnya lagi dan tahu cara merawatnya, Marlin tidak mau kembali ke pelurus rambut. “Soalnya malah banyak banget yang memuji cantik,” ujarnya sambil tersenyum.
Penulis: Alya Nurbaiti
Editor: Melisa Mailoa