Ramai #KaburAjaDulu dan #Indonesiagelap, Diaspora Pertanyakan Masa Depan RI

22 hours ago 3

Jakarta -

Seruan #KaburAjaDulu hingga #Indonesiagelap sempat ramai pada awal 2025 seiring tingginya ketidakpastian politik dan ekonomi nasional. Kondisi ini memicu kekhawatiran bagi masyarakat hingga pelaku pasar.

Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC) Arsjad Rasjid mengatakan, dirinya sempat mendapatkan pertanyaan dari para diaspora saat ke Amerika Serikat (AS). Mereka menanyakan tentang masa depan Indonesia.

"Nah, pertanyaan yang sangat menarik ini dengan, 'Pak masih ada nggak sih masa depan? Masa depan buat kita?' Maksud mereka, ya kan kita semua sekolah di sini pengin pulang juga. Kita pengin cari kerjaan di Indonesia," kata Arsjad, dalam acara Coffee Break with Arsjad di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (2/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal menurutnya, banyak anak Indonesia yang memiliki cita-cita besar kembali ke Tanah Air dan mengabdikan diri. Namun, gonjang-ganjing kemarin membuat banyak orang khawatir dan akhirnya ragu.

"Poinnya adalah, everybody is worried, tapi saya bilang sama teman-teman dulu kemarin. Jangan mikir kita mau gelap. Sudah, kita perlu melihat bahwa yes, tantangan, tapi kita harus punya optimisme juga. Kalau nggak punya optimisme, ya sudah ngapain kita bangun-bangun semuanya pesimis, hancur aja udah gitu," ujar Arsjad.

Arsjad mengatakan, salah satu kondisi yang disoroti para diaspora soal #Indonesiagelap kala itu menyangkut winter tech. Menurutnya, kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di banyak negara.

Selain #Indonesiagelap, juga muncul #KaburAjaDulu yang dinilai sebagai kebingungan dan kekhawatiran dari masyarakat. Namun di sisi lain, hal ini bisa juga sebagai sinyal positif dari keinginan anak muda untuk berkembang.

"Sebetulnya sinyalnya bukan sinyal mau melarikan diri. Sinyalnya lebih terhadap sinyal banyak anak muda itu yang tadinya, gimana, bingung, tapi banyak anak muda yang ingin belajar. Kita mesti perhatiin, yang ingin selalu berkembang dan jadi bagian penting dari dunia," kata dia.

Arsjad mengatakan, sebagian besar diaspora memikirkan bagaimana nasib Indonesia ke depan. Tidak sedikit juga yang berpikir bagaimana langkah yang harus dilakukan ke depannya untuk membantu mengubah keadaan.

'What can I do? Gimana ya kita di sini bisa ngapain?'. Jadi, saya melihat anak-anak muda disana, siap, mau bantu, mau ngapain. Itu kan secara nggak langsung membuat sebetulnya adalah kita harus bisa memberikan ruang untuk adik-adik, teman-teman ini semua, karena tadi, supaya mereka nggak menjadi tempat lain, tapi tetap di Indonesia," ujarnya.

Menurutnya, Indonesia tidak hanya perlu memperkuat peluang anak muda Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Sebab, para pekerja di luar negeri juga berkontribusi besar bagi ekonomi.

Seperti contohnya di Vietnam, banyak warganya yang tinggal di Amerika Serikat (AS) hingga Eropa, kemudian membuka berbagai bisnis di sana hingga akhirnya membuka peluang Vietnam sebagai rantai pasoknya. Begitu pula dengan China, banyak diasporanya yang dimanfaatkan untuk research and development (R&D) di luar sehingga bisa menyerap pengetahuan baru.

"Nah, kita ini belum cukup. Nah ini yang harus kita lihat juga supaya mereka juga dikasih ruang. Nah, yang di luar, yang di dalam, yang di dalam juga bilang, eh connect kalau lo mau jualan barang, ada orang-orang di sana loh. Bisa connect loh. Ini kita bisa mengkoneksi yang namanya supply chain kita. Jadi intinya kalau pun mereka berangkat ke luar, ya itu bukan karena putus asa, putus asa totalitas, tapi karena ada dua hal. Mereka merasa bisa bersaing tapi di sisi lain mungkin job opportunity yang ada, ada di sana dulu, tapi abis itu pengin balik lagi. Pengin balik lagi. That's how I see," kata Arsjad.

(shc/ara)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial