Puasa dari Berlebih-Lebihan

2 weeks ago 11
Portal Berita Live Petang Tepat Non Stop

Jakarta -

Masyarakat menanggapi beragam soal wacana libur sekolah selama bulan Ramadhan 1446 H. Ada yang setuju dan sangat senang ketika awal sampai akhir Ramadhan libur, alasannya Ramadhan menjadi momentum bagi keluarga, terutama orangtua, untuk fokus memberikan pengajaran akhlak dan budi pekerti kepada anak-anaknya serta yang paling penting adalah melatih dan membiasakan anak untuk menampilkan ahlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Sejak awal wacana bergulir Mendikdasmen Abdul Mu'ti mengungkapkan bahwa bulan Ramadhan digunakan untuk fokus membina akhlak dan membina akal budi, di samping proses pembelajaran. Wacana mereda setelah setelah Mendikdasmen menegaskan tidak ada libur penuh di bulan Ramadhan.

Libur penuh atau tidak penuh bagi sekolah ketika Ramadhan bukan persoalan utama. Persoalan utamanya bagaimana momentum Ramadhan bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk penguatan akhlak dan budi pekerti murid. Libur sekolah di era Presiden Gus Dur misalnya berbeda situasinya dengan kondisi sekarang; pada masa Presiden Gus Dur masyarakat khususnya para murid belum menghadapi serbuan teknologi informasi yang sangat masif.

Sekarang ini generasi milenial hidup di zaman yang maju sistem teknologinya. Di samping itu juga, perubahan sosial yang luar biasa terjadi di pelbagai aspek kehidupan, mulai dari pola komunikasi, budaya hingga sistem pendidikan. Hal yang positif di tengah kemajuan teknologi adalah mudahnya masyarakat mengakses informasi, berita, dan berbagai bentuk hiburan serta berbelanja barang kebutuhan sehari-hari secara online tanpa perlu bersusah-susah pergi ke warung atau toko.

Dampak negatifnya adalah berbagai informasi dan berita dari belahan bumi mana pun yang berasal dari media sosial maupun media mainstream disadari atau tidak mempengaruhi gaya hidup sebagian masyarakat Indonesia. Dalam konteks bulan Ramadhan misalnya gaya hidup sebagian masyarakat ketika menjalankan ibadah puasa dipangaruhi oleh informasi dari medsos. Tradisi ngabuburit (menunggu buka puasa), belanja makan dan minum untuk takjil (buka puasa), dan belanja kebutuhan Lebaran di akhir-akhir Ramadhan di sebagian masyarakat Indonesia cenderung boros (israf), berlebih-lebihan, dan bersenang-senang semata.

Ramainya pasar-pasar dadakan yang menyajikan aneka menu buka puasa merupakan hal yang sangat positif karena meningkatkan perekonomian masyarakat. Ketika berbagai warung dan toko yang menjual aneka kebutuhan Lebaran padat dipenuhi pembeli, sungguh hal yang sangat menggemberikan di tengah sulitnya masyarakat mencari kerja dan memenuhi kebutuhan hidup. Sayangnya sebagian masyarakat Indonesia ketika disibukkan untuk berbelanja ketika Ramadhan lupa dengan agenda ibadah yang pokok seperti Salat Tarawih, memperbanyak membaca Al-Quran, dan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Tidak sedikit orangtua ketika sibuk berbelanja di bulan Ramadhan untuk buka puasa atau mempersiapkan Lebaran, anak-anaknya dibiarkan untuk bermain HP sampai berjam-jam lamanya, meninggalkan salat wajib dan Salat Tarawih. Bahkan karena disibukkan belanja seharian, orangtua sampai tidak tahu kalau anaknya tidak berpuasa.

Kalau tradisi sebagian masyarakat Indonesia ketika Ramadhan cenderung hedonis seperti itu, maka yang menjadi korbannya adalah anak-anak yang orangtuanya terlalu sibuk belanja kebutuhan buka puasa dan Lebaran. Bagaimana mungkin pembelajaran akhlak dan budi pekerti selama Ramadhan akan bisa dilangsungkan di rumah ketika kondisi keluarga cenderung hedonis?

Hedonis menurut KKBI adalah "paham yang mengutamakan kesenangan dan kenikmatan." Ketika Ramadhan tidak sedikit orang yang memperturutkan hawa nafsunya untuk berlebihan dalam belanja, terlalu banyak tidur, dan main HP sepanjang hari. Padahal keutamaan dalam Ramadhan adalah menggunakan waktu untuk melakukan amal kebaikan.

Puasa Ramadhan pada tahun ini hendaknya digunakan untuk melakukan sebanyak-banyaknya amal kebaikan, baik yang bertujuan untuk kesalehan pribadi maupun sosial. Sudah seharusnya ketika orang Islam berpuasa digunakan untuk menahan segala bentuk hawa nafsu meskipun berat terasa dan banyak tantangannya.

Segala perbuatan yang bisa mengurangi bahkan menghilangkan pahala berpuasa Ramadhan hendaknya ditinggalkan. Ketika sibuk belanja sampai meninggalkan salat wajib dan Tarawih misalnya bisa menghilangkan pahala berpuasa. Jika seharian main HP dan meninggalkan segala aktivitas yang dianjurkan dikerjakan selama Ramadhan bisa jadi mengurangi pahala berpuasa dan orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus saja.

Ketika sekolah tidak libur penuh selama Ramadhan mungkin murid akan lebih bisa fokus untuk mendapatkan pembelajaran akhlak dan budi pekerti di sekolah, karena di sebagaian lingkungan keluarga dan masyarakat sudah tidak memungkinkan lagi untuk melakukan pembinaan akhlak dan budi pekerti secara intensif di tengah kuatnya arus hedonisme selama Ramadhan.

Sudah saatnya generasi milenial dan para orangtua diingatkan bahwa puasa Ramadhan pada hakikatnya tidak hanya menahan makan, minum, dan segala sesuatu yang membatalkan puasa dari subuh sampai magrib, namun juga meninggalkan hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat serta mengisi waktu siang dan malam untuk sebanyak mungkin beramal baik. Puasa dari berlebih-lebihan ketika belanja dan main HP adalah hal yang relevan dilakukan oleh orang yang berpuas pada puasa tahun 1446 H yang bertepatan dengan tahun 2025 M.

Ahmad Haidar Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama

(mmu/mmu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial