Jakarta -
Seorang perempuan penyandang autisme dengan gangguan belajar menjadi korban salah tahan di sebuah rumah sakit jiwa di Inggris selama 45 tahun. Perempuan itu ditahan saat dia baru berusia tujuh tahun, demikian diketahui BBC.
Perempuan tersebut yang diyakini berasal dari Sierra Leone dan diberi nama Kasibba oleh otoritas setempat untuk melindungi identitasnya juga ditahan dalam ruangan isolasi selama 25 tahun.
Kasibba tidak bisa berbicara dan tidak punya keluarga yang membelanya. Seorang psikolog klinis memaparkan kepada BBC File on 4 Investigates mengenai upayanya selama sembilan tahun untuk membebaskan Kasibba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial mengatakan kepada BBC bahwa masih ada banyak penyandang disabilitas ditahan di rumah sakit jiwa.
Kondisi itu, menurut departemen tersebut, tidak dapat diterima seraya berharap reformasi Undang-Undang Kesehatan Mental akan mencegah penahanan yang tidak pantas.
Lebih dari 2.000 orang penyandang autisme dan gangguan belajar masih ditahan di rumah sakit jiwa di Inggris termasuk sekitar 200 anak-anak.
Selama bertahun-tahun, pemerintah berjanji memindahkan sebagian dari mereka ke klinik perawatan masyarakat karena mereka tidak mengidap penyakit jiwa.
Pemerintah Inggris berjanji untuk mengambil tindakan setelah investigasi BBC pada 2011 mengungkap pelecehan terhadap penyandang gangguan belajar di rumah sakit swasta Winterbourne View dekat Bristol.
Namun, target pada tahun 2014, 2019, dan 2024 tidak tercapai. Begitu pula satu target beberapa pekan lalu.
"Ratusan orang masih mendekam, ditahan. Seharusnya mereka dibebaskan dan didukung di tengah masyarakat. Kami belum melihat kemajuan yang dijanjikan," kata Dan Scorer, kepala kebijakan dan urusan publik di lembaga amal Mencap.
Bagaimana kisah pembebasan Kasibba bermula?
Dr Patsie Staite mengetahui kondisi penahanan Kasibba pada 2013 saat ia masih menjadi psikolog klinis pemula yang melakukan tinjauan rutin atas perawatan Kasibba. Namun, perlu waktu selama sembilan tahun untuk membebaskan Kasibba.
"Saya belum pernah melihat seseorang hidup dalam situasi seperti yang dialaminya. Menurut saya yang paling mengejutkan adalah semua itu sah," kata Dr Staite kepada BBC.
Ia mengatakan bahwa situasi rumah sakit yang tampaknya sah itu menutupi kenyataan bahwa Kasibba "dikurung selama lebih dari 23 jam dalam sehari".
BBC
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
BBC
Di rumah sakit jiwa yang tidak dapat disebutkan namanya untuk membantu melindungi identitas KasibbaDr Staite menunjuk sebuah lubang di pagar.
Lubang itu telah dipotong, katanya, sehingga Kasibba dapat melihat orang-orang berjalan dari luar bangunan tempat dia ditahan.
Kasibba, yang kini berusia 50-an tahun, diperkirakan diperdagangkan dari Sierra Leone sebelum berusia lima tahun.
Dia tinggal di panti asuhan untuk sementara waktu, tetapi penempatan itu dibatalkan. Pada usia 7 tahun, Kasibba dipindahkan ke rumah sakit jiwa.
Dr Staite mengatakan bahwa staf RS Jiwa telah menggambarkan Kasibba sebagai individu "berbahaya" dan "pencungkil mata".
Dr Staite menemukan satu insiden dalam arsip yang tampaknya memunculkan nama julukan terhadap Kasibba.
Beberapa dekade lalu, ketika Kasibba berusia 19 tahun dan sebelum dia ditempatkan di ruang isolasi, alarm kebakaran telah berbunyi dan para penghuni bangsal sedang dievakuasi.
Kasibba merasa tertekan dan, dalam kebingungan itu, pasien lain mendatanginya. Kasibba mencakarnya, menyebabkan luka di mata pasien tersebut.
"Sejak saat itu Kasibba dicap sebagai 'seorang pencungkil mata dan menyebabkan begitu banyak kerugian pada orang lain'," kata Dr Staite.
Namun, menurut Dr Staite, tuduhan "itu tidak benar".
Dia mempertanyakan bagaimana seorang perempuan setengah baya dengan gangguan belajar yang telah tinggal di rumah sakit selama puluhan tahun bisa seberbahaya itu.
- 'DeepSeek membuat saya menitikkan air mata' Cerita kaum muda China yang memilih terapi psikologis dengan AI
- 'Banyak yang lebih memilih dibilang indigo daripada sakit jiwa'
- Kesaksian warga China yang diangkut ke rumah sakit jiwa oleh aparat setelah ikut demonstrasi
Setelah berbulan-bulan bekerja, Dr. Staite menyerahkan laporan setebal 50 halaman kepada Dewan Camdenotoritas lokal di London utara yang awalnya menempatkan Kasibba di rumah sakit jiwa.
Dr. Staite mengatakan bahwa sudah diketahui bahwa Kasibba tidak mengidap penyakit jiwa dan laporannya menyimpulkan bahwa Kasibba tidak berbahaya dan aman untuk tinggal di tengah masyarakat.
Sebuah tim professional di bidang perawatan kesehatan dan sosial kemudian dibentuk pada 2016. Mereka menyebut diri mereka "komite pelarian". Misi mereka adalah membebaskan Kasibba.
Dr Patsie Staite menghabiskan sembilan tahun untuk membebaskan Kasibba. (BBC)
Lucy Dunstan, dari organisasi hak-hak disabilitas Changing Our Lives, ditunjuk menjadi advokat independen Kasibba.
Tugasnya membangun argumen kuat tentang mengapa Kasibba bisa dengan aman meninggalkan rumah sakit.
Namun, pembebasan Kasibba hanya dapat disetujui oleh Pengadilan Perlindungan. Institusi itu membuat keputusan bagi orang-orang yang tidak memiliki kapasitas mental untuk membuat keputusan sendiri.
Dunstan mengatakan ketika pertama kali bertemu Kasibba, staf rumah sakit hanya memperkenalkan Kasibba sebagai "si pencungkil mata".
- 'Rasanya seperti diperlakukan layaknya binatang' 'Kekejaman' yang terungkap di unit psikiatri anak-anak di Inggris
- Tradisi Melukat di Bali semakin populer bagi wisatawan, tapi mengapa warga Bali khawatir?
- Apakah pembunuh bisa insaf atau mereka memang terlahir sebagai monster keji?
Dia mengaku ingat melihat Kasibba melalui jendela kecil di pintu terkunci. "Dia hanya berbaring di sofa. Kamar itu sangat kosong. Hidupnya benar-benar menyedihkan," katanya.
Enam tahun selang pertemuan pertama Dunstan dengan Kasibba, sebuah panggilan telepon memberi tahunya bahwa Pengadilan Perlindungan telah memutuskan bahwa Kasibba dapat meninggalkan rumah sakit jiwa.
"Saya menangis. Senang. Lega. Kagum padanya. Bangga," katanya.
"Ini bukan tentang saya dan apa yang kami lakukan, tetapi tentang dia yang melakukannya dan dia menunjukkannya kepada mereka."
Bagaimana nasib Kasibba sekarang?
Sekarang Kasibba tinggal di tengah masyarakat dengan bantuan pekerja kemanusiaan yang berinteraksi dengannya menggunakan sentuhan lembut, gerakan, serta bahasa yang jelas.
Manajer perawatannya mengatakan bahwa Kasibba menyukai mode, bangga dengan rumahnya, dan menikmati interaksi sosial.
"Dia memiliki selera humor yang luar biasa. Dia manusia yang cantik," kata manajer tersebut.
"Setelah sekitar dua minggu bekerja di sini, dia benar-benar datang dan memeluk saya. Bukan untuk mencungkil mata, lho."
RUU Kesehatan Mental yang saat ini sedang dibahas di parlemen diharapkan dapat membuat penyandang autisme dan gangguan belajar yang tidak memiliki penyakit jiwa di Inggris dan Wales tidak lagi ditahan agar bisa menjalani perawatan.
Namun, pemerintah telah mengatakan tidak akan melakukan perubahan apa pun hingga yakin bahwa ada dukungan alternatif yang cukup di masyarakat.
Pemerintah masih akan mengizinkan orang untuk ditahan di rumah sakit secara sah hingga 28 hari untuk penilaian.
Jess McGregor, direktur eksekutif orang dewasa dan kesehatan di Dewan Camden, menyesalkan "tragedi" yang membuat Kasibba menghabiskan sebagian besar hidupnya di rumah sakit jiwa.
"Saya pribadi minta maaf," katanya. "Dia seharusnya tidak mengalami apa yang dialaminya."
Wali kesehatan mental Layanan Kesehatan Inggris (NHS) yang tidak dapat disebutkan namanya untuk melindungi identitas Kasibba, mengatakan tidak ada satu pun perawatan yang diberikannya mengundang pertanyaan.
Bahkan, menurutnya, layanan tersebut dinilai luar biasa oleh Komisi Kualitas Perawatan.
Wali tersebut memberi tahu BBC File on 4 Investigates bahwa siapa pun yang dinilai membutuhkan isolasi jangka panjang menerima ruangan sendiri yang dilengkapi kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dan taman.
Perwalian tersebut mengatakan sejak 2010 telah bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menyusun rencana guna mendukung pemulangan semua penghuni jangka panjang ke perawatan yang lebih tepat, jika memungkinkan, di tengah masyarakat.
Namun, mereka berdalih telah dicegah oleh gugatan hukum yang diajukan oleh keluarga pasien lain.
Perwalian tersebut menyatakan telah bekerja tanpa lelah selama bertahun-tahun untuk mendukung pemerintah daerah guna menyediakan dukungan yang diperlukan di masyarakat dan mereka berhasil menutup layanan tersebut pada tahun 2023.
- Pengakuan seorang ibu yang mengakhiri hidup anaknya yang sakit parah - 'Saya memberinya morfin dalam dosis besar secara diam-diam'
- Pemuda skizofrenia divonis 16 tahun penjara atas pembunuhan di Jakarta Barat - Apakah ODGJ dapat dipidana?
- Hotline pencegahan bunuh diri belum memadai dan rentan bikin kapok Masa orang mau bunuh diri dijawab jutek
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu