Jakarta -
Delta Air Lines menawarkan kompensasi sebesar US$ 30.000 atau setara Rp 489 juta (kurs Rp 16.300) kepada para penumpang pesawatnya. Hal ini menyusul insiden pesawat terbalik setelah mendarat darurat di Toronto pada Senin (17/2/2025) pekan lalu.
Dilansir dari MarketWatch, Selasa (25/2/2025), total ada 80 orang penumpang di dalam Pesawat 4819 saat kejadian dan dinyatakan selamat. Sedangkan sedikitnya 21 orang mengalami luka fisik dan kini telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Seorang juru bicara Delta mengonfirmasi kepada MarketWatch bahwa mereka telah menawarkan US$ 30.000 kepada para penumpang. Uang kompensasi tersebut juga diberikan secara cuma-cuma atau tanpa syarat dan tidak mempengaruhi hak pelanggan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pengacara di Aviation Law Group PS, Robert Hedrick, menilai tawaran US$ 30.000 itu sebagai pembayaran di muka yang diberikan kepada mereka yang terdampak dalam kecelakaan tersebut. Hal itu tidak akan menghalangi mereka untuk melakukan tindakan hukum di kemudian hari.
"Para penumpang tidak boleh melepaskan hak apa pun sejauh menyangkut mendapatkan uang tersebut," kata Robert kepada MarketWatch.
Hedrick telah terus menghubungi para penumpang di Penerbangan 4819, dan sedang dalam pembicaraan untuk mewakili beberapa dari mereka secara hukum.
Namun ada satu catatan, jika seseorang menerima tawaran Delta sebesar US$ 30.000 dan kemudian menempuh jalur hukum, nilai tersebut akan dipotong dari jumlah total penyelesaian. Misalnya, jika seseorang menerima tawaran US$ 30.000, dan kemudian memenangkan kasus hukum terhadap Delta sebesar US$ 500.000, maka mereka akan menerima US$ 470.000 di kemudian hari. Biaya atau komisi hukum juga akan dipotong dari potensi proses hukum di masa mendatang, tetapi tidak dari US$ 30.000 yang semula.
Pembayaran di muka seperti itu sebenarnya diwajibkan oleh Konvensi Montreal, sebuah perjanjian internasional yang meminta maskapai bertanggung jawab secara finansial atas cedera yang terjadi pada penerbangan internasional.
"Berdasarkan Konvensi Montreal, mereka [maskapai penerbangan] memiliki kewajiban untuk membayar kerusakan dan kerugian yang timbul dari kecelakaan pesawat," kata kepala Aviation Litigation Group Rochon Genova, Vincent Genova, kepada MarketWatch.
Meskipun Delta diharuskan menawarkan beberapa bentuk kompensasi pembayaran di muka, jumlah spesifiknya tergantung pada kebijaksanaan mereka. Namun, menurut Konvensi Montreal, pembayarannya bisa sedikit di atas 280.000 dolar Kanada, atau sekitar US$ 197.000.
Sejumlah pengacara berpendapat bahwa angka kompensasi tersebut bisa lebih tinggi dari US$ 30.000. Di sinilah celah gugatan hukum di masa mendatang dapat muncul.
"Itu bukan jumlah yang wajar untuk memberi kompensasi penuh kepada mereka, tetapi itu merupakan langkah awal untuk membantu mereka mengatasi masalah keuangan dan tekanan yang dihadapi setiap orang ketika mereka tidak dapat kembali ke kehidupan normal," kata Genova.
"Terus terang, saya pikir mereka harus menetapkan US$ 100.000 per penumpang," kata Hedrick.
Apabila berkaca pada kasus-kasus serupa sebelumnya, kompensasinya cukup beragam. Pada tahun 2015, anak perusahaan Lufthansa, Germanwings, awalnya membayar US$ 54.250 kepada keluarga penumpang setelah kecelakaan yang menewaskan seluruh penumpang pesawat.
Sedangkan penumpang pada penerbangan U.S. Airways 'Miracle on the Hudson' di tahun 2009 yang mendarat di Sungai Hudson antara Manhattan dan New Jersey, hanya diberi US$ 5.000 dan pengembalian uang tiket.
Di sisi lain, gugatan hukum pertama terhadap Delta mulai berdatangan. Dalam sebuah pernyataan yang dibuat di situs web firmanya, pengacara Texas Marthinus Lourens, Andres Pereira, mengajukan gugatan hukum Kamis lalu, dan mengatakan kliennya tersiram bahan bakar jet saat pesawat terbakar.
Menurut pengaduan tersebut, Lourens menuntut ganti rugi lebih dari US$ 200.000. Gugatan lain juga diajukan di Minnesota di mana seorang penduduk negara bagian Hannah Krebs mengklaim menderita cedera ekstrem dan tekanan emosional. Ia menuntut ganti rugi dalam jumlah yang tidak diketahui.
Namun proses hukum setelah menerima pembayaran awal sebesar US$ 30.000 bisa berlangsung lama. Hal ini salah satunya karena penumpang mungkin tidak menyadari dampak penuh dari insiden tersebut untuk beberapa waktu.
(acd/acd)