Jakarta -
Sejumlah perusahaan multinasional, yang masuk dalam daftar boikot, kembali melakukan strategi pendekatan kepada komunitas muslim selama Ramadan. Mereka menawarkan berbagai diskon, mensponsori acara keislaman, dan mengadakan buka puasa bersama dengan umat Islam.
Langkah ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya saat serangan Israel terhadap Palestina di jalur Gaza berlangsung. Saat itu, para perusahaan ini aktif berdonasi untuk Palestina melalui organisasi filantropi Islam serta berupaya menepis keterkaitan bisnis mereka dengan Israel.
Dalam dua tahun terakhir, produsen market leader air minum dalam kemasan pun menyalurkan dana ratusan juta rupiah untuk warga Palestina melalui lembaga filantropi Islam. Produsen AMDK multinasional ini juga menjadi sponsor kegiatan keagamaan selama Ramadan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal serupa juga dilakukan oleh salah satu perusahaan FMCG multinasional yang berbasis di London. Pada awal 2024, perusahaan ini mengalokasikan bantuan sebesar Rp 1,5 miliar untuk Palestina.
Selain itu, salah satu perusahaan makanan cepat saji Amerika juga menyumbangkan jumlah yang sama, serta menyediakan kode QR khusus bagi pelanggan yang ingin berdonasi untuk rakyat Palestina.
Namun, ketiga perusahaan ini, bersama tujuh merek lainnya, termasuk dalam daftar yang direkomendasikan untuk diboikot oleh Yayasan Konsumen Muslim Indonesia.
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali menegaskan seruan solidaritas bagi Palestina serta ajakan untuk memboikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel selama Ramadan.
MUI menilai meskipun telah ada kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza pada awal 2025, situasi masih jauh dari kata damai.
"Hingga saat ini, selalu saja ada upaya-upaya dari pihak Israel untuk mengkhianati perjanjian gencatan senjata dan memblokade bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza," kata Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim dalam keterangannya, Selasa (11/3/2025).
Hal ini disampaikannya dalam acara 'Taujihat Palestina: Membasuh Luka Palestina 2025' di Jakarta, Rabu (5/3).
"Karena itu, boikot masih sangat relevan untuk menekan Israel," imbuhnya.
Prof. Sudarnoto menegaskan MUI menghargai upaya kemanusiaan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
Namun, MUI juga meminta agar mereka tidak menjalin hubungan dagang dengan Israel dalam bentuk apa pun.
"Kami katakan, jangan juga tetap memberikan dukungan kepada Israel, misalnya dengan melakukan perdagangan dengan Israel. Jadi, ini kamuflase yang harus dihindari," ucap Prof. Sudarnoto.
"Jika memang mendukung Palestina, harus secara genuine tidak melakukan hubungan bisnis dengan Israel dalam bentuk apa pun," sambungnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan boikot merupakan kewajiban bagi umat Islam sebagaimana termaktub dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023.
"Fatwa itu menegaskan haram hukumnya mengonsumsi, membeli, dan memiliki produk-produk Israel dan yang terafiliasi dengan Israel," kata Prof. Sudarnoto.
"Fatwa ini harus dikawal, dan MUI tidak pernah mencabutnya," pungkasnya.
Simak juga Video: Seruan MUI untuk Hindari Produk Pendukung Israel
(prf/ega)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu