Jakarta -
IFSC Climbing World Cup Bali 2025 yang diselenggarakan di Peninsula Island, Nusa Dua, sukses digelar. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah, piala dunia panjat tebing diselenggarakan di Indonesia.
Tapi, di balik suksesnya pergelaran kejuaraan internasional ini, ada sosok sosiolog yang berperan penting dalam terlaksananya IFSC Climbing World Cup 2025 ini. Dia adalah Robertus Robert, seorang sosiolog, yang juga akademisi dan sekaligus aktivis hak asasi manusia yang konsisten bersuara membela demokrasi dan keadilan sosial.
Dari panggung perjuangan hak asasi manusia ke gelanggang olahraga dunia, Robertus Robet menunjukkan wajah Indonesia yang inklusif, progresif, dan profesional. Bagi Robert, lompatannya dari dunia akademik dan advokasi menuju industri olahraga internasional ini adalah lanjutan dari komitmennya membangun ruang publik yang sehat, terbuka, dan berdaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Olahraga adalah ekspresi kolektif kemanusiaan. Ia menyatukan, bukan memecah. Dan inilah nilai yang ingin kami rayakan di Bali," ujar Robert, dalam keterangannya, Minggu (4/5/2025).
Sebagai Event Director IFSC World Cup Bali 2025, Robert berperan penting dalam mengintegrasikan standar internasional federasi panjat tebing dunia (IFSC) dengan kearifan lokal Bali serta prinsip keberlanjutan lingkungan. Pria kelahiran Lampung pada 16 Mei 1971, ini menjadikan IFSC Climbing World Cup bukan sekadar kompetisi, tetapi juga panggung untuk promosi budaya, pariwisata, dan diplomasi olahraga Indonesia.
"Bukan hanya atlet yang akan bertanding. Indonesia pun sedang menunjukkan kapasitasnya sebagai tuan rumah yang unggul dan berkelas dunia," ujar Sosiolog Universitas Indonesia (UI) ini.
Penunjukan Robert sebagai event director dipandang sebagai bentuk kepercayaan terhadap kapasitas manajerial kalangan intelektual progresif Indonesia. Kolaborasi lintas disiplin antara akademisi, aktivis, kreator, dan penggiat olahraga menjadi fondasi kuat dari penyelenggaraan event internasional yang tak hanya profesional, tapi juga membawa pesan nilai dan karakter bangsa.
Dengan keberhasilan IFSC World Cup Bali 2025, Robert menegaskan bahwa pengabdian pada bangsa dapat dilakukan dari berbagai arena, dari ruang kelas, mimbar publik, hingga panggung olahraga dunia.
Keberhasilan event ini juga tidak lepas dari peran Ketua Organizing Committee (OC), Irjen Herry Heryawan yang memimpin dengan visi sinergi antara keamanan, pariwisata, dan promosi Indonesia di mata dunia.
Sosok jenderal bintang dua yang dikenal visioner ini memastikan seluruh aspek penyelenggaraan berjalan lancar dan aman, sembari menjadikan IFSC World Cup Bali 2025 sebagai etalase profesionalisme aparat dalam mendukung sport tourism nasional.
IFSC World Cup 2025 diikuti 241 peserta dari 32 negara, termasuk Inggris, Jepang, Italia, Amerika Serikat, hingga China. Adapun, Indonesia akan diwakili 30 atlet yang dua di antaranya berasal dari Bali.
Indonesia sendiri menyumbangkan dua medali perunggu di kategori speed. Perunggu itu disumbangkan oleh Kadek Adi Asih asal Bali dan Kiromal Katibin asal Jawa Tengah.
(mei/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini