Mengenal Pacu Jalur: Tradisi Lomba Dayung Riau yang Kini Mendunia

12 hours ago 6

Jakarta -

Festival Pacu Jalur kembali menjadi sorotan dunia, salah satunya berkat viralnya tren "Aura Farming". Aksi anak-anak penari jalur yang meliuk lincah di ujung perahu saat lomba dayung mencuri perhatian karena kekompakan dan energi yang khas.

Di balik tren tersebut, Pacu Jalur merupakan tradisi tua yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Tradisi ini mencerminkan semangat kolektif, kehormatan kampung, serta nilai spiritual dan sosial yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat.

Pacu Jalur adalah lomba perahu panjang yang digelar tiap tahun di Sungai Kuantan. Tak sekadar olahraga tradisional, acara ini juga menjadi panggung budaya dan simbol solidaritas antar-kampung. Sejak 2014, Pacu Jalur ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kemendikbudristek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah dan Latar Belakang

Pacu Jalur diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17. Mengutip dari Digital Kuansing, awalnya jalur digunakan sebagai alat angkut hasil bumi di sepanjang Sungai Kuantan. Lama kelamaan, aktivitas ini berkembang menjadi ajang perlombaan antar-kampung saat perayaan adat dan hari besar keagamaan.

Pada masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur dijadikan agenda resmi untuk merayakan ulang tahun Ratu Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia, waktu penyelenggaraannya disesuaikan dan digelar setiap bulan Agustus untuk memperingati HUT RI. Lokasi utamanya kini berada di Tepian Narosa, Teluk Kuantan.

Dalam dokumen Pacu Jalur dan Upacara Perlengkapannya yang dilansir Repositori Kemendikbud, tradisi ini disebut lahir dari kebutuhan masyarakat terhadap transportasi sungai, lalu berkembang menjadi sarana adu kekuatan, sportivitas, dan kebanggaan kolektif antar-kampung.

Makna dan Filosofi Pacu Jalur

Pacu Jalur tidak hanya soal kecepatan mendayung. Dalam setiap aspeknya terkandung nilai adat, spiritual, dan filosofi Melayu. Pembuatan perahu jalur diawali dengan pemilihan kayu besar di hutan, lalu ditebang melalui ritual adat oleh tokoh kampung, sebagaimana dijelaskan dalam Repositori Kemendikbud.

Sebelum lomba, masyarakat menggelar prosesi buka jalur, sebuah upacara pembersihan spiritual dan doa keselamatan. Tokoh adat atau dukun kampung akan memimpin ritual ini agar jalur terbebas dari gangguan dan membawa keberuntungan bagi awaknya.

Struktur awak jalur terdiri dari komando jalur, juru mudi, tukang gelek (penabuh irama), hingga penari jalur yang biasanya anak-anak. Menurut Kemenparekraf, keberadaan penari ini dipercaya membawa semangat, harmoni, dan kekuatan spiritual bagi seluruh tim.

Pacu Jalur di Kuantan SingingiPacu Jalur di Kuantan Singingi (Foto: Raja Adil Siregar/detikcom)

Festival Pacu Jalur Saat Ini

Festival Pacu Jalur kini menjadi ajang budaya berskala besar yang rutin digelar setiap tahun. Lokasi utama berada di Tepian Narosa, Teluk Kuantan, dan diikuti oleh puluhan hingga ratusan jalur dari berbagai desa. Sistem lomba berlangsung secara gugur dan menyedot ribuan penonton setiap tahunnya.

Mengutip dari Digital Kuansing, panjang perahu jalur bisa mencapai 40 meter dan diisi hingga 60 awak. Jalur dihias dengan ornamen warna-warni seperti kepala naga, payung kuning, dan umbul-umbul yang mencerminkan identitas serta kekuatan kampung.

Tak hanya perlombaan, festival ini diramaikan dengan pertunjukan seni daerah, bazar UMKM, dan panggung budaya. Dalam direktori Budaya Kita Kemendikbud, Pacu Jalur diakui sebagai tradisi yang punya fungsi sosial, hiburan, dan pelestarian budaya yang melibatkan partisipasi luas masyarakat.

Dari tradisi sungai hingga festival yang mendunia, Pacu Jalur adalah bukti bahwa warisan lokal bisa bertahan dan tumbuh di tengah perubahan zaman. Dengan semangat kebersamaan, nilai spiritual, dan kekuatan budaya, tradisi ini tetap mendayung maju di hati masyarakat Kuansing dan Indonesia.

(wia/dhn)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial