Mengapa China Tindak Tegas Penjahat Dunia Maya di Asia Tenggara?

1 month ago 27

Beijing -

Pada awal Januari 2025, seorang aktor China yang tidak terlalu dikenal terseret dalam kontroversi internasional seputar warga negara China yang diperdagangkan dan dieksploitasi di negara-negara Asia lainnya.

Wang Xing yang berusia 31 tahun, yang juga menggunakan nama samaran Xingxing, pergi ke Thailand untuk casting pekerjaan yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan hiburan besar.

Sesampainya di sana, dia diduga bertemu dengan orang-orang bersenjata yang memaksanya masuk ke dalam mobil dan membawanya menyeberangi perbatasan Thailand menuju Myanmar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para penculiknya menggunduli kepalanya dan dilaporkan mulai melatihnya untuk menipu orang-orang China saat bekerja di sebuah pusat panggilan.

Wang mengaku melihat banyak orang dengan kepala gundul di tempat tersebut, termasuk sekitar 50 warga negara China lainnya yang mengalami nasib serupa.

Pacar Wang berupaya meminta bantuan lewat media sosial setelah kehilangan kontak dengan sang aktor pada tanggal 3 Januari 2025. Permohonannya untuk meminta bantuan disambut oleh para selebritas ternama di China, dan Wang berhasil diselamatkan serta dikembalikan ke Thailand empat hari setelah penculikannya. Ia pun muncul di media Thailand bersama polisi setempat.

Di depan kamera, Wang menyayangkan masalah keamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Thailand, dan berterima kasih kepada polisi serta mengatakan bahwa negara itu "cukup aman."

"Jika ada kesempatan di masa depan, saya ingin kembali ke Thailand," katanya.

Sementara itu, nasib para tawanan China lainnya di pusat panggilan masih belum jelas.

Myanmar: Sebagian besar penipu yang dideportasi berasal dari China

Myanmar berada dalam cengkeraman perang saudara dan telah menjadi sarang bagi pusat-pusat penipuan yang dioperasikan oleh geng-geng kriminal China.

Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing telah bekerja sama dengan militer Myanmar dan pemberontak anti-junta untuk menindak sindikat kejahatan.

"Namun, pelanggaran hukum secara umum di beberapa wilayah Myanmar membuat tindakan keras seperti itu menjadi sulit," kata Ian Chong, seorang ilmuwan politik di Singapura, kepada DW.

"Geng-geng hanya pindah ke daerah-daerah di mana China dan proksinya sulit untuk menjangkau," tambahnya.

Pemerintah militer Myanmar telah mendeportasi 55.711 orang asing yang terlibat dalam kegiatan penipuan sejak Oktober 2023. Menurut media pemerintah Myanmar, sebagian besar dari mereka - lebih dari 53.000 orang - adalah warga China.

Tidak ada jalan keluar bagi korban perdagangan orang

Pusat panggilan di Myanmar hanyalah salah satu bagian dari teka-teki. Musim panas lalu, sebuah laporan dari United States Institute of Peace (USIP) mengungkapkan bahwa ratusan ribu orang telah dibujuk untuk bekerja bagi para penipu di seluruh dunia, dengan total miliaran dolar hasil tipuan. Banyak geng perdagangan manusia yang beroperasi di Kamboja, Laos, Myanmar, dan Filipina.

Jenis-jenis penipuannya termasuk skema tidak sah yang berkisar pada perjudian online, mata uang kripto, dan investasi keuangan.

Dalam banyak kasus, mereka yang memikat orang ke dalam penipuan adalah korban itu sendiri. Mereka sering kali ditarik oleh peluang bisnis palsu dan kemudian dipaksa menjadi pekerja ilegal.

Mereka cenderung ditahan di daerah pedesaan yang sepi, dan para penculik akan menghukum mereka secara fisik jika mereka mencoba melarikan diri.

Tekanan Beijing terhadap Bangkok

Thailand yang berbatasan dengan beberapa negara lain, menjadi negara transit pilihan bagi geng-geng perdagangan manusia.

Beijing telah menekan para pejabat Thailand untuk turun tangan dan membantu menangani masalah ini, menurut Chong.

"Kecuali (China) ingin secara langsung campur tangan dalam yurisdiksi asing, tidak banyak yang bisa dilakukan negara," katanya.

Thailand membantu membebaskan sekitar 900 warga negara China yang terjebak dalam operasi penipuan di Myanmar tahun lalu, tetapi laporan mengatakan sekitar 1.200 warga negara China masih hilang di Myanmar.

Film blockbuster China sebagai peringatan terhadap para penipu

Untuk mencegah warganya terpikat ke dalam kamp-kamp ini, China telah berulang kali mencoba memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Asia Tenggara.

"Ada satu titik di tahun 2022 di mana sebuah narasi mulai muncul bahwa pergi ke Thailand dapat mengakibatkan Anda diperdagangkan ke Myanmar dan kehilangan ginjal Anda," kata Jason Tower, Direktur Negara Myanmar di USIP.

"Belakangan, Anda mulai melihat bahwa polisi akan menelepon orang-orang ketika mereka memesan tiket untuk menanyakan apa yang mereka lakukan di Asia Tenggara," tambahnya.

Apakah Beijing mendorong para penipu di luar China?

Penipuan melalui telepon bukanlah hal yang baru di Beijing. Pada bulan Desember 2022, undang-undang khusus terhadap telekomunikasi dan undang-undang penipuan online mulai berlaku di China, yang telah berkutat dengan masalah ini selama bertahun-tahun.

Namun di luar perbatasan, geng-geng China telah diberi lebih banyak ruang untuk beroperasi. Beijing mulai mengambil tindakan baru-baru ini, kata Zachary Abuza, seorang profesor yang berfokus pada masalah politik dan keamanan Asia Tenggara di National War College di Washington.

"China tidak hanya menutup mata terhadap mereka, tetapi tampaknya secara aktif mendorong pengembangan zona-zona ekonomi khusus ini di seluruh Asia Tenggara, di mana penipuan, perjudian, perdagangan narkoba, manusia dan satwa liar, serta pencucian uang tumbuh secara eksponensial," kata Abuza kepada DW.

"Hal itu benar-benar berubah selama dan setelah pandemi, ketika orang China sendiri menjadi sasaran. Sekarang China berada di era pertumbuhan yang jauh lebih lambat, warganya mencari skema untuk menjadi kaya dan menjadi mangsa. Dengan legitimasi yang dipertaruhkan, (Partai Komunis China) telah menindak tegas," tambahnya.

China 'mencari jalan masuk' untuk penegakan hukumnya di luar negeri

Pada bulan November 2024, terungkap bahwa China dan Myanmar setuju untuk membuat kontraktor militer swasta China beroperasi di negara tersebut demi melindungi aset-asetnya sendiri.

Dan karena hilangnya Wang telah memfokuskan kembali perhatian publik pada masalah ini, China dan Thailand sepakat untuk mendirikan pusat anti-penipuan, dengan pihak berwenang China yang mengoperasikannya di Mae Sot, dekat perbatasan Myanmar.

Abuza melihat perkembangan ini sebagai bagian dari rencana Beijing untuk ekspansi keamanan.

"China telah mendorong kerja sama penegakan hukum, tetapi pada dasarnya mereka benar-benar mencari jalan masuk, sehingga mereka dapat memiliki kehadiran penegakan hukum secara fisik di wilayah tersebut," katanya.

"Meskipun mereka mungkin bekerja pada beberapa operasi anti-terorisme, tanggung jawab utama mereka adalah untuk mengejar kepentingan keamanan China yang lebih mendesak," tambahnya.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris.

(nvc/nvc)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial