Mencari Peluang di Negeri Orang

1 day ago 9

Jakarta -

Film Bogota: City of the Lost yang dibintangi oleh Song Joong-ki mulai tayang di bioskop Korea pada 31 Desember 2024, dan tersedia di Netflix Indonesia pada 3 Februari 2025. Film ini berkisah tentang Kook-hee dan orangtuanya yang pindah dari Korea Selatan ke Kolombia pada 1997. Mereka terpaksa pindah karena bisnis keluarga mereka bangkrut akibat krisis ekonomi yang lebih dikenal dengan krisis International Monetary Fund (IMF) atau krisis moneter.

Krisis tersebut tidak hanya melambatkan perekonomian Korea Selatan, namun juga berdampak pada negara-negara Asia lainnya, termasuk Indonesia. Pada tahun tersebut, banyak perusahaan yang tutup, pengangguran meningkat, hingga berujung pada krisis sosial dan politik. Kondisi yang tidak menguntungkan ini memungkinkan penduduk yang memiliki akses, termasuk keluarga Kook-hee, untuk meninggalkan negaranya dan mencari peluang di negara lain.

Tujuan utama orang-orang ini adalah Amerika Serikat atau Kanada. Namun, karena keterbatasan akses dan prosedur, mereka umumnya pindah terlebih dahulu ke negara-negara Amerika Selatan untuk mencari suaka dan kemudian mencoba bermigrasi ke Amerika Serikat dan Kanada.

Kisah proses migrasi hingga integrasi yang disajikan dalam film ini sangat menarik jika dilihat dari sudut pandang studi migrasi internasional. Hal ini sejalan dengan konsep "migrasi bertahap", di mana individu seringkali berpindah melalui negara-negara perantara sebelum mencapai tujuan akhir, sebuah pola yang banyak ditemukan dalam berbagai studi migrasi.

Motif Migrasi

Dalam film ini, Kook-hee dan keluarganya menggambarkan penderitaan banyak orang Korea Selatan yang dihadapkan pada keadaan ekonomi yang buruk dan mencari perlindungan dan peluang di luar negeri. Perjalanan migrasi mereka, yang awalnya mengarah ke Amerika Selatan, mencerminkan tren yang lebih luas yang diamati dalam studi migrasi, di mana individu dari daerah yang kurang beruntung secara ekonomi sering mencari suaka di negara-negara yang lebih stabil sebelum mencoba mencapai tujuan yang lebih makmur seperti Amerika Serikat atau Kanada.

Skenario film ini sejalan dengan penelitian Nyberg-Sorensen dkk di Denmark pada 2002 yang membahas hubungan rumit antara migrasi dan pembangunan, yang menekankan bagaimana krisis ekonomi dapat menjadi faktor pendorong yang signifikan untuk migrasi. Film ini menggambarkan dinamika tersebut; keluarga Kook-hee menghadapi tantangan untuk meninggalkan tanah air mereka untuk mencari prospek yang lebih baik, sebuah narasi yang digaungkan oleh banyak migran yang melarikan diri dari kesulitan ekonomi untuk mencari stabilitas dan peluang.

Migrasi Bertahap

Penggambaran migrasi ke Kolombia dalam film ini menyoroti jalur yang sering diabaikan oleh para migran ketika akses langsung ke negara-negara yang lebih maju dibatasi. Banyak orang Korea Selatan, seperti keluarga Kook-hee, berada dalam posisi di mana mereka tidak dapat secara langsung bermigrasi ke Amerika Serikat atau Kanada karena kebijakan dan prosedur imigrasi yang ketat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai gantinya, mereka mencari suaka di negara-negara Amerika Selatan, yang memiliki lebih sedikit hambatan untuk masuk. Fenomena ini didukung oleh penelitian di negara-negara Amerika Selatan pada 2015 yang menunjukkan bahwa migrasi intra-regional di Amerika Selatan semakin meningkat karena berbagai faktor sosial ekonomi, termasuk kebutuhan tenaga kerja dan pencarian kondisi kehidupan yang lebih baik.

Dengan demikian, film ini berfungsi sebagai mikrokosmos dari tren migrasi yang lebih besar, yang menggambarkan bagaimana individu mengadaptasi strategi migrasi mereka sebagai respons terhadap realitas geopolitik dan ekonomi. Di negara "transit", Kook-hee berusaha bertahan hidup dengan bantuan sesama migran Korea Selatan dengan cara apapun yang diperlukan, termasuk melakukan tindak kriminal. Meskipun pilihan bertahan hidup yang diambilnya tidak dapat dibenarkan, namun hal ini menggambarkan bahwa ikatan sosial para migran dengan latar belakang dan negara yang sama dapat membantu para migran untuk berintegrasi dan beradaptasi.

Dampak Emosional dan Adaptasi Budaya

Perjalanan migrasi sering memberikan dampak emosional yang mendalam, terutama bagi mereka yang harus meninggalkan tanah air dan membangun kehidupan baru di negeri orang. Seperti yang dialami oleh keluarga Kook-hee, ketidakpastian dalam proses ini menjadi tantangan utama. Dalam studi migrasi, tema ini sering muncul dan menunjukkan bahwa adaptasi budaya, kendala bahasa, dan pencarian penerimaan sosial merupakan faktor penting yang menentukan pengalaman migran di negara tujuan.

Penelitian yang dilakukan Schmid (2001) menunjukkan bahwa para migran yang memiliki kemampuan bahasa yang baik cenderung lebih mudah beradaptasi dan merasa lebih terhubung dengan komunitas lokal. Di sisi lain, pengalaman diskriminasi dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental para migran, meningkatkan risiko kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, pencarian penerimaan sosial sangat penting bagi para migran untuk merasa dihargai dan diterima di komunitas baru.

Dukungan dari komunitas lokal dan jaringan sosial dapat membantu para migran mengatasi tantangan adaptasi. Sebuah studi yang dilakukan oleh Mazzucato dan Schans (2011) menegaskan bahwa keterlibatan dalam komunitas lokal dapat meningkatkan rasa memiliki dan identitas sosial para migran, yang pada akhirnya dapat mempercepat proses integrasi mereka. Dalam kasus keluarga Kook-hee, perjalanan migrasi tidak hanya sekedar perpindahan fisik, tetapi juga transformasi sosial yang melibatkan penyesuaian diri dengan budaya dan norma yang berbeda.

Migrasi dan Konflik

Latar belakang Kolombia dalam film ini memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi hubungan antara migrasi dan konflik. Kolombia memiliki sejarah panjang dalam hal pengungsian internal akibat konflik bersenjata, yang menyebabkan arus migrasi besar-besaran baik di dalam negeri maupun internasional (Camargo et al., 2020). Pengalaman keluarga Kook-hee mungkin mencerminkan nasib banyak migran Kolombia yang harus meninggalkan rumah mereka karena ketidakstabilan politik dan sosial.

Narasi ini menggarisbawahi bahwa migrasi bukan hanya fenomena individu, tetapi juga merupakan hasil dari faktor ekonomi, sosial, dan politik yang saling terkait. Film ini mengajak penonton untuk melihat migrasi dalam konteks yang lebih luas, menyoroti isu-isu sistemik yang mendorong perpindahan manusia lintas batas.

Ketahanan di Tengah Ketidakpastian

Ketika keluarga Kook-hee menavigasi kehidupan baru mereka di Kolombia, film ini juga menyoroti tema ketahanan dalam menghadapi kesulitan. Para migran sering menunjukkan kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan yang asing. Ketangguhan ini merupakan kunci untuk bertahan hidup dan berintegrasi ke dalam masyarakat setempat.

Jaringan sosial dan dukungan masyarakat memainkan peran penting dalam membantu para migran melewati masa transisi. Film ini menggambarkan bagaimana keluarga Kook-hee mengandalkan kekuatan dari dalam diri dan bantuan dari lingkungan sekitar untuk menghadapi tantangan dan membangun kehidupan baru mereka.

Dengan meneliti berbagai aspek migrasi dari perspektif ekonomi, sosial, psikologis, dan politik, film ini tidak hanya menyajikan kisah-kisah individu tetapi juga menyoroti realitas kompleks yang dihadapi oleh jutaan migran di seluruh dunia.

Inayah Hidayati peneliti mobilitas penduduk di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

(mmu/mmu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial