Menavigasi Perdagangan Indonesia di Tengah Ketegangan AS-China

3 weeks ago 19

Jakarta - Ketegangan geopolitik antara negara-negara besar, khususnya Amerika Serikat (AS) dan China, telah menimbulkan tantangan yang berdampak kepada perdagangan internasional. Perang dagang yang dimulai pada 2018 telah mempengaruhi kedua negara tersebut, dan juga berdampak pada negara-negara lain, termasuk Indonesia. Dalam konflik perdagangan AS dan China ini, Indonesia sebenarnya bisa memanfaatkan situasi dengan membuat strategi untuk lebih kompetitif di pasar internasional, serta memahami akan pentingnya perjanjian perdagangan bebas.

Dampak Ketegangan

Dampak ketegangan perdagangan antara AS dan China telah menyebabkan fragmentasi dalam sistem perdagangan global. Ditambah lagi, seperti laporan yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, bahwa sistem perdagangan internasional kini berada di ambang fragmentasi akibat persaingan geopolitik yang meningkat. Hal ini berdampak kepada rantai pasokan global yang terganggu, juga mempengaruhi harga barang dan jasa, serta menciptakan ketidakpastian bagi bisnis di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Sebagai negara yang memiliki ketergantungan kepada impor bahan baku dan energi, Indonesia merasakan dampak langsung dari ketegangan ini. Seperti konflik antara Rusia dan Ukraina yang telah mengganggu pasokan impor gandum dan pupuk yang sebelumnya telah banyak diimpor dari kedua negara tersebut. Selain itu, kenaikan harga energi akibat ketidakpastian geopolitik juga menambah beban anggaran negara dan juga mempengaruhi inflasi pada domestik.

Di sisi lain, ketegangan ini dapat mengancam stabilitas pasar modal Indonesia. Ketidakpastian ini telah membuat investor menjadi lebih berhati-hati, sehingga dapat mempengaruhi aliran investasi asing ke Indonesia.

Meningkatkan Daya Saing

Dalam menghadapi tantangan ini, Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk meningkatkan daya saing di pasar global. Indonesia juga memiliki banyak sumber daya alam. Dalam situasi ini pemerintahan diharapkan dapat menggunakan beberapa strategi untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional. Pertama, perlunya meningkatkan diversifikasi pasar dengan mencari pasar baru untuk produk ekspornya.

Kedua, Indonesia juga dapat memperhatikan peningkatan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing bagi kualitas produk dalam negeri. Pemerintah perlu mendorong penelitian dan pengembangan serta memberikan insentif kepada perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi hijau.

Di sisi lain, pengembangan sumber daya manusia masih jauh dari kata maju, maka strategi ketiga bagi Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan yang akan membantu Indonesia bersaing dalam industri yang semakin kompleks dan berbasis teknologi. Sementara itu, infrastruktur juga perlu diperbaiki, terutama di transportasi dan logistik untuk mendukung kelancaran distribusi barang. Infrastruktur yang baik akan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi dalam rantai pasokan.

Memperkuat Posisi Tawar

Perjanjian perdagangan bebas (FTA) menjadi salah satu alat penting bagi Indonesia untuk memperkuat posisi tawarnya di pasar global. FTA dapat membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk Indonesia serta mengurangi hambatan tarif dan non-tarif dalam perdagangan. Dalam konteks ketegangan geopolitik saat ini, perjanjian seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dapat memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat kerja sama ekonomi dengan negara-negara tetangga di ASEAN.

Dengan memanfaatkan FTA, Indonesia dapat menarik investasi asing langsung yang lebih banyak, terutama dari perusahaan-perusahaan yang ingin memindahkan basis produksinya dari China ke negara lain yang disebabkan tarif tinggi yang dikenakan oleh AS. Jika Indonesia mampu menyediakan lingkungan bisnis yang kondusif dan insentif bagi investor, maka akan dapat menjadi alternatif menarik bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

Usaha Kecil Menengah

Ketidakpastian dalam perdagangan internasional semakin meningkat seiring dengan perubahan kebijakan perdagangan, perang tarif, dan ketidakstabilan geopolitik. Para pelaku ekonomi, termasuk Usaha Kecil Menengah (UKM) harus beradaptasi dengan lingkungan perdagangan yang dinamis ini. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 4,47 miliar dolar AS pada Maret 2024.

Meskipun ada tantangan global, sektor perdagangan Indonesia masih menunjukkan kinerja positif. Namun, UKM sering lebih rentan terhadap kondisi tinggi atau rendahnya harga di pasar dibandingkan perusahaan besar. Terdapat sekitar 60% UKM di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam mengakses informasi pasar dan pelatihan yang diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Dukungan pemerintah sangat penting untuk membentuk pelatihan dan akses informasi. Misalnya, program pelatihan digitalisasi yang dapat membantu UKM untuk memanfaatkan platform e-commerce untuk memperluas jangkauan pasar mereka. Selain itu, diversifikasi pasar juga menjadi strategi penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional. Merujuk data BPS, ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN mencapai 17,74% dari total ekspor pada periode Januari-April 2024.

Strategi yang Tepat

Dengan memperkuat hubungan perdagangan di kawasan serta menjelajahi pasar baru di Afrika dan Amerika Latin, Indonesia dapat mengurangi risiko yang terkait dengan ketidakpastian global. Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat fasilitas pembiayaan ekspor untuk mendukung UKM dalam menghadapi tantangan ini. Pemerintah juga perlu membuat strategi untuk UKM agar tidak hanya dapat bertahan tetapi juga berkembang di tengah ketidakpastian global yang semakin meningkat.

Ketegangan geopolitik saat ini telah membawa tantangan besar bagi perdagangan internasional. Namun, dengan strategi yang tepat seperti diversifikasi pasar, peningkatan inovasi, serta pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas, Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global. Di sisi lain, keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini pastinya akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah dan pelaku bisnis untuk beradaptasi dengan dinamika pasar yang terus berubah dalam arena perdagangan internasional.

Dalam menghadapi ketegangan ini, penting bagi Indonesia untuk tetap mempertahankan fleksibilitas sembari kebijakan luar negeri dan memperkuat kerja sama multilateral dengan berbagai negara. Dengan demikian, meskipun ada tantangan besar di depan mata yang disebabkan ketegangan geopolitik, tetapi terdapat pula peluang bagi Indonesia untuk tumbuh dan berkembang dalam perekonomian global yang semakin kompleks.

Feroza Fahira mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia

(mmu/mmu)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial