Jakarta -
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) telah membuka pendaftaran untuk calon ketua umum (caketum). Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) sedang menimbang peluang maju. Pakar memberikan analisisnya terkait pernyataan Jokowi itu.
Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai pernyataan Jokowi cukup diplomatis. Adi pun memberikan penjelasan detail.
"Pertama harus diakui kalau Jokowi maju sebagai ketua umum PSI saya kira memang tak akan mungkin ada yang berani untuk bersaing maju sebagai Ketum PSI yang berhadap-hadapan dengan Jokowi, sekalipun pemilihannya melalui voting. Saya kira kita tahu bahwa Jokowi itu punya segala-galanya, mantan presiden, mantan gubernur, mantan walikota, popularitas dan elektabilitasnya cukup tinggi," kata Adi kepada wartawan, Jumat (16/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adi menilai perihal ajang pemilihan Jokowi tidak ada lawan tanding. Terlebih, kata dia, Jokowi pernah menjadi presiden dua periode.
"Jangankan ketua umum PSI, Jokowi pernah jadi Presiden dua periode, itu kan sebagai bukti bahwa Jokowi memang kalau soal pemilihan memang tak ada lawan tanding, apalagi untuk ukuran PSI yang tidak lolos ke Parlemen cukup mudah sebenarnya bisa menebak kalau Jokowi maju sebagai calon ketum bisa dipastikan mungkin tak akan ada berani kader PSI yang maju untuk menantang Jokowi," tutur dia.
Menurut Adi, menjadi Ketum PSI terlampau kecil untuk Jokowi yang pernah menjadi orang nomor satu di RI. Sebab, kata dia, PSI partai yang tidak lolos parlemen.
"Yang kedua sepertinya memang Pak Jokowi juga melihat dan publik juga membaca untuk ukuran Jokowi yang pernah mantan presiden, mantan gubernur dan walikota, rasa-rasanya memang kalau sebatas jadi Ketum PSI ya partai ini terlampau kecil, ya sorry to say, apapun judulnya PSI ini partai yang nggak lolos ke parlemen sekalipun sudah berulang kali ikut pemilu," katanya.
"Untuk ukuran Jokowi yang punya nama besar, popularitas dan elektabilitasnya tinggi, pengalaman politik mentereng, mantan presiden, mantan gubernur, mantan walikota ya kalau pun toh mau jadi ketum partai besar seperti PDIP, Partai Golkar, seperti Gerindra dan partai yang lain. Jadi kaliber Pak Jokowi adalah ketua umum partai besar, bukan ketua umum partai yang tidak pernah lolos ke parlemen," sambungnya.
Adi membaca bahwa pernyataan Jokowi terkait kans menjadi Ketum PSI adalah hal yang normatif. Ada sejumlah hal dinilai sedang dipertimbangkan Jokowi.
"Itulah sepertinya membuat Pak Jokowi itu mengeluarkan statement yang normatif, statement yang diplomatis bahwa saya sedang mengkalkulasi, saya membacanya di situ. Jadi ketika Jokowi itu berbicara sedang mengkalkulasi itu sebenarnya adalah pernyataan yang diplomatis, bahwa Jokowi itu mempertimbangkan dua hal tadi," jelas Adi.
Menurut Adi, tanpa menjadi ketum, Jokowi sudah identik dengan PSI. Adi menyebut konstituen PSI selama ini memiliki hubungan batin yang erat dengan Jokowi.
"Yang ketiga, sebenarnya Jokowi tanpa diformalkan menjadi bagian dari PSI tanpa menjadi ketua umum PSI. Saya kira memang PSI dan Jokowi itu selama ini sangat identik. Pak Jokowi ya Jokowi, ya PSI ya Jokowi. Kalau kita membaca survei memang basis konstituen dan elite PSI ya mereka memang tegak lurusnya dengan Jokowi,"
"PSI dan kader PSI itu paling terdepan memberikan dukungan dan pembelaan ke Jokowi jika Jokowi mendapatkan kritikan dan serangan-serangan dari berbagai pihak dan bahkan kita tahu di Pileg 2024 lalu PSI juga mengamplifikasi Pak Jokowi, jadi tanpa diformalkan jadi Ketum atau jadi apalah di PSI, saya kira memang PSI itu sudah identik dengan Jokowi," imbuhnya.
Lebih lanjut, Adi menambahkan bahwa Jokowi lebih cocok jadi dewan pembina PSI daripada ketum. Posisi itu, kata dia, menjadi faktor kunci yang bisa mengarahkan PSI ke depannya.
"Mungkin juga Pak Jokowi itu menjadi bagian dari PSI, tapi bukan ketua umum, mungkin dewan pembina atau majelis tinggi atau apapunlah judulnya dan yang di luar ketua umum. Tapi posisi dewan pembina, dewan penasihat ataupun majelis tinggi, posisinya cukup powerful dan mampu mengarahkan bagaimana keputusan partai PSI di masa yang akan datang, karena bukan ketum umumnya, tapi posisi yang mampu menjadi faktor kunci yang bisa mengarahkan dan mengendalikan keputusan partai ke depan," kata dia.
Namun demikian, Adi menilai jika Jokowi maju jadi Ketum PSI, itu adalah keajaiban politik. PSI disebut akan untung besar jika Jokowi jadi ketum.
"Tapi kalo betulan maju Ketum PSI, itu keajaiban politik. PSI menang banyak. Apapun judulnya, terlepas dari segala kontroversinya, Jokowi punya nama besar," tutur dia.
Adi menambahkan potensi PSI untuk lolos ke parlemen pada pemilu mendatang juga besar jika Jokowi menjadi ketum. Sebab, kata dia, Jokowi memiliki magnet politik yang sangat kuat.
"Potensinya besar karena Jokowi punya nama besar, punya magnet politik yang juga kuat. Meski pada pileg 2024 lalu, ketika PSI jadikan Jokowi brand utama, PSI tak lolos parlemen. Tapi karena di 2029, ambang batas parlemen turun peluang lolosnya terbuka. Tentu kerja politik dan waktu lah yang akan menjawab," jelasnya.
Jokowi Kalkulasi Peluang Ketum PSI
Jokowi sebelumnya bicara mengenai peluang dirinya menjadi Ketua Umum PSI. Ia mengaku masih melakukan kalkulasi apabila nantinya mendaftar agar tidak kalah.
"Iya, masih, masih dalam kalkulasi. Jangan sampai, kalau saya mendaftar, nanti saya kalah," kata Jokowi dilansir detikJateng, Rabu (14/5).
Meski begitu, Jokowi mengaku belum ikut pendaftaran calon Ketua Umum PSI. Menurutnya, pemilihan ketua umum masih panjang.
"Belum (mendaftar) kan masih panjang. Sampai Juli. Seingat saya, seingat saya masih Juni atau Juli," ungkapnya.
(lir/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini