Mahasiswa Privilese dan Tanggung Jawab Sosial

1 month ago 35

Jakarta -

Di tengah ketidaksetaraan sosial yang semakin mengemuka, mahasiswa sering berada dalam posisi yang sangat strategis untuk menciptakan perubahan. Mahasiswa privilese merujuk pada mereka yang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi, sementara banyak orang di luar sana yang terpinggirkan, terhambat oleh berbagai keterbatasan ekonomi, sosial, dan sistem pendidikan yang timpang. Keistimewaan ini, baik secara langsung maupun tidak, menuntut mahasiswa untuk menggunakan posisi mereka dalam menciptakan perubahan sosial yang lebih adil.

Dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed, Paulo Freire menulis, "Pendidikan yang benar tidak dapat dipisahkan dari kesadaran sosial." Freire menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya sarana untuk mengembangkan diri, tetapi juga alat untuk mengubah dunia. Pernyataan ini relevan dengan tantangan yang dihadapi oleh mereka yang memperoleh akses ke pendidikan tinggi. Mereka, yang memperoleh kesempatan ini dengan segala fasilitas dan peluang yang datang bersamanya memiliki tanggung jawab moral untuk menggunakan keistimewaan tersebut dalam memperjuangkan keadilan sosial dan mengatasi ketimpangan yang ada di masyarakat.

Keistimewaan

Keistimewaan yang dimiliki oleh mereka yang berkuliah sering berbentuk akses yang lebih mudah ke sumber daya pendidikan, jaringan profesional yang lebih luas, serta dukungan finansial yang memungkinkan mereka untuk fokus pada pengembangan diri tanpa khawatir akan kebutuhan dasar. Sementara itu, banyak orang di luar sana yang terhalang untuk mengakses pendidikan tinggi karena masalah ekonomi atau ketidakmampuan sistem pendidikan untuk menjangkau mereka yang terpinggirkan.

Mereka yang beruntung ini, yang berada dalam posisi yang lebih menguntungkan ini, seharusnya tidak hanya fokus pada pencapaian akademik pribadi, tetapi juga mempertimbangkan bagaimana mereka yang tidak memiliki kesempatan yang sama. Namun kenyataannya, banyak di antara mereka yang berada di dunia kampus sering terperangkap dalam gelembung akademik; mereka terisolasi dalam dunia kampus yang cenderung mengabaikan kenyataan sosial di luar sana.

Mereka sering tertarik pada pencapaian akademik atau karier pribadi, tanpa menyadari bahwa posisi mereka memberi kesempatan untuk mengubah ketidakadilan sosial yang ada. Padahal, mereka memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, memperjuangkan akses pendidikan yang lebih setara, dan menciptakan solusi bagi masalah sosial yang lebih besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Albert Einstein pernah mengingatkan, "Kemewahan dan kenyamanan akan membuat kita lupa akan kesulitan orang lain." Mereka yang hidup dalam kenyamanan dunia kampus sering terlena dalam rutinitas akademik mereka dan mengabaikan kesulitan yang dihadapi oleh mereka yang tidak dapat mengakses pendidikan tinggi. Dengan keistimewaan yang dimiliki, seharusnya dapat melihat lebih jauh dari sekadar pencapaian pribadi. Mereka harus memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan menggunakan pendidikan yang mereka terima untuk memperjuangkan mereka yang tidak memiliki akses serupa.

Sebuah Amanat

Pendidikan yang diterima oleh mereka yang beruntung bukanlah sekadar hak, tetapi sebuah amanah untuk digunakan demi kepentingan yang lebih besar. Mereka harus menggunakan keistimewaan mereka untuk mengatasi ketimpangan yang ada, berperan dalam memperjuangkan keadilan sosial, dan mendobrak pembatas yang membuat pendidikan tidak dapat dijangkau oleh semua orang. Jika memilih untuk tetap dalam zona nyaman dan mengabaikan realitas sosial yang ada, mereka akan gagal memenuhi tujuan luhur pendidikan itu sendiri.

Pada akhirnya, mereka yang memiliki akses lebih besar ke pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab untuk menjadi agen perubahan. Mereka memiliki akses ke sumber daya yang memungkinkan mereka untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat. Jika mampu memanfaatkan kesempatan ini untuk memperjuangkan pendidikan yang lebih adil dan setara, mereka tidak hanya akan memajukan diri mereka sendiri, tetapi juga akan membantu menciptakan dunia yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Zidan Fathur Rahman mahasiswa Universitas Putra Indonesia

(mmu/mmu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial