Kisah Ipda Ristiani Bangun Panti-PAUD Gratis, Jadi Ibu 67 Anak Asuh di Belu

5 hours ago 6

Jakarta -

Ipda Ristiani Densy Doko mendirikan Yayasan Gracia Hati Mulia, yang mengelola panti asuhan dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) gratis untuk anak-anak kurang mampu di Atambua Selatan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Yayasan itu dibangunnya bersama sang suami, Aipda Nikodemus Dubu.

Kedermawanan perwira Polda NTT di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste ini mendapat apresiasi dari warga sekaligus guru PAUD Elshaddai, Rulyin Vinelsye Djami. Ipda Ristiani diusulkan oleh Rulyin menjadi kandidat Hoegeng Awards 2025.

"Ibu Ristiani ini salah satu anggota polisi yang bertanggung jawab, dia rendah hati, humble ke semua orang juga dan mungkin karena dia pelayan juga di gereja, jadi rendah hati," kata Rulyin kepada detikcom, Jumat (14/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ipda Ristiani Densy DokoIpda Ristiani Densy Doko Foto: dok. istimewa

Rulyin menjadi guru di PAUD Elshaddai sejak dua tahun lalu. Dia mengaku cukup mengenal sosok polisi wanita (polwan). Rulyin memuji dedikasi pasutri yang sama-sama anggota Polri ini karena banyak membantu masyarakat Atambua Selatan lewat panti asuhan dan sekolah PAUD gratisnya tersebut.

"Beliau dan suami membangunnya yayasan itu semata-mata untuk membantu orang yang mungkin mempunyai apa kekurangan. Jadi, yayasan ini benar-benar tidak dipungut biaya, jadi semata-mata hanya untuk membantu orang," ucapnya.

Dia mengatakan semua siswa-siswi di PAUD Elshaddai merupakan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Menurutnya, Ipda Ristiani menanggung seluruh biaya operasional PAUD dan panti asuhan tersebut.

"Mereka (siswa-siswi PAUD) sekolah tidak dipungut biaya sama sekali dari pendaftaran sampai sekolah selesai itu tidak dipungut biaya, seragam saja ada sumbangan juga," ujarnya.

Sekolah PAUD yang mulai berdiri sejak 2019 ini terus berkembang. Saat ini, sudah ada 90 lebih siswa-siswi yang sekolah di PAUD Elshaddai.

Bangkit Usai Sembuh

Dihubungi terpisah, Ipda Ristiani menceritakan awal mula dirinya dan sang suami membangun Yayasan Gracia Hati Mulia. Bermula dari pengalaman Ipda Ristiani pernah sakit yang sudah dinyatakan bahwa untuk sembuh itu suatu hal yang mustahil.

"Oleh karena itu, saya dan suami berpikir bahwa selama ini kan kita hidup dengan kehidupan kita sendiri tanpa kita memikirkan ternyata masih banyak orang yang membutuhkan bantuannya kita," kata Ristiani.

"Sekalipun dengan kita tahu sendiri bersama bahwa gaji polisi ini berapa sih? Mau bantu orang, pasti juga ya perlu pertimbangan. Tapi kami berniat punya nazar untuk bangun yayasan yang kami namakan Yayasan Gracia Hati Mulia, di dalam yayasan itu ada panti asuhan sama PAUD," tambahnya.

Singkat cerita, Ipda Ristiani masih diberi kesempatan untuk melanjutkan hidupnya. Kondisi kesehatan semakin membaik, Ipda Ristiani dan suami pun menepati nazarnya pada tahun 2019 dengan mendirikan Yayasan Gracia Hati Mulia, yang di dalamnya mengelola panti asuhan dan sekolah PAUD.

Ipda Ristiani Densy DokoIpda Ristiani Densy Doko Foto: dok. istimewa

Saat ini, Panti Asuhan Gracia Hati Mulia ini membiayai dan menyantuni 67 anak kurang mampu dan yatim piatu. Ada 13 anak yang tinggal di panti asuhan, dan sisanya tinggal bersama anggota keluarganya yang masih ada.

"Sedangkan yang 13 anak ini itu kita biayai mereka seutuhnya, mulai dari pakaian, makan-minum, uang sekolah dan lain sebagainya, itu semua berasal dari kita. Kalau yang di luar panti itu kita tetap santuni mereka setiap bulan," ujarnya.

Rintis PAUD Gratis untuk Anak Miskin

Ipda Ristiani menyebut pendidikan untuk anak usia dini sangat penting. Namun, kondisi ekonomi banyak masyarakat di sana tidak memungkinkan untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Oleh sebab itu, dia membangun sekolah PAUD gratis di Kelurahan Ledak, Atambua Selatan, Belu.

"Jadi memang ada anak-anak yang tidak bisa bersekolah karena orang tua mereka mau dibilang miskin juga kan. Memang mereka makannya susah, apalagi mau menyekolahkan anak-anak," ucap Ristiani.

"Jadi, mereka boleh bersekolah di sana, mereka sekolah secara gratis itu, mulai dari pakaian seragam, buku tulis, uang sekolah itu semuanya gratis. Jadi mereka hanya datang untuk belajar saja dan tenaga-tenaga pendidik pun semuanya punya latar belakang pendidikan S1 sarjana PG PAUD," tambahnya.

Andalkan Gaji dan Hasil Sewa Kos

Ipda Ristiani mengaku membiayai operasional panti asuhan dari hasil dirinya dan suami menyisihkan sebagian gaji sebagai polisi. Selain itu, hasil usaha kos-kosannya dipakai untuk membiayai operasional PAUD. Hingga kini, tidak ada donatur

"Kami belum ada donatur tetap, kami betul-betul dari dana pribadi. Jadi, saya dan suami itu bersepakat sebagian dari gaji kami untuk membiayai anak-anak panti sama anak sekolah. Saya percaya bahwa ketika kita membantu orang itu dengan ikhlas, pasti Tuhan pasti buka berkat yang luar biasa untuk kami, kami percaya itu. Sekalipun kami bukan orang kaya, tetapi untuk makan minum setiap hari untuk anak-anak panti dan anak-anak PAUD itu ada," jelasnya.

Dia tak pernah menghitung berapa uang yang dikeluarkan per bulannya untuk membiayai anak-anak di panti asuhan. Sedangkan untuk biaya anak-anak PAUD, ia mencatat per semester bisa habis lebih dari Rp 20 juta.

"Kalau untuk anak-anak PAUD itu kita biasanya per semester. Misalnya sekarang kan ada 90 (siswa) lebih, saya keluarkan untuk pakaian seragam itu sekitar Rp 12 sampe Rp 13 juta untuk khusus seragam saja. Itu di luar yang buku tulis dan yang lain sebagainya, buku tulis itu kurang lebih mungkin sekitar Rp 8 jutaan kan buku-buku tulis, buku bacaan," ujarnya.

"Kalau untuk gaji guru sendiri kami sudah kerja sama dengan dinas pendidikan. Jadi mereka tuh punya insentif guru yang memang tidak sesuai dengan UMR, tetapi kami dari yayasan sendiri menambahkan lagi untuk para guru itu," sambungnya.

Ipda Ristiani Densy DokoIpda Ristiani Densy Doko Foto: dok. istimewa

Tularkan Sikap Kepedulian ke Polisi Lainnya

Lebih lanjut, dia merasa bersyukur memiliki rekan-rekan kepolisian di Polres Belu yang sesekali menitipkan rezekinya untuk anak-anak di panti asuhan. Baik teman Ipda Ristiani atau teman suaminya biasa memberi bantuan uang atau sembako untuk makan anak-anak panti.

Ipda Ristiani berharap pendidikan dapat membuat anak-anak di Belu memiliki masa depan yang cerah. Dia tidak ingin pendidikan anak-anak di perbatasan Indonesia-Timor Leste tertinggal oleh anak-anak di Pulau Jawa.

"Kita tahu bahwa pendidikan itu sangat penting buat anak-anak, saya berharap wilayah perbatasan RI-RDTL itu tidak kalah seperti anak-anak yang ada di Pulau Jawa. Mereka tidak menjadi anak-anak yang terlalu tertinggal, khususnya untuk masalah pendidikan," imbuhnya.

(fas/aud)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial