Jakarta -
Wakil Kepala Kortas Tipikor Polri Brigjen Arief Adiharsa diusulkan untuk Hoegeng Awards 2025 karena kesederhanaan sebagai anggota Polri dan menolak bertemu dengan pihak yang tengah beperkara. Brigjen Arief juga disebut responsif terhadap aduan masyarakat.
Brigjen Arief diusulkan oleh pembaca detikcom bernama Anton Sueb (50). Anton menyebut Brigjen Arief adalah sosok yang sederhana. Berikut kesaksian Anton:
Saya mengenal beliau semasa beliau menjabat Kapolres Prabumulih dan beliau dan keluarga kesehariannya sangat sederhana. Beliau selalu menyampaikan pesan setiap apel pagi ke seluruh jajaran personel 'Jika untuk biaya hidup, gaji polisi itu sudah cukup, namun jika untuk gaya hidup tak akan pernah cukup'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom kemudian menghubungi Anton untuk mendalami cerita tentang Brigjen Arief. Anton adalah mantan wartawan yang pernah beberapa tahun ditugaskan untuk liputan di Prabumulih. Dia bertemu dengan Arief tahun 2015 lalu, ketika Arief menjabat Kapolres Kota Prabumulih.
"Kalau saya lihat kesehariannya orang sangat mengayomi anggota, dan media juga. Kala itu setiap Jumat kegiatan wajib, setiap anggota waktu mengikuti kalau saya bilang itu pencerahan, dalam arti kata kayak ceramah Jumat," kata Anton kepada detikcom.
Selama liputan di Polres Prabumulih, Anton mengaku tidak pernah melihat Arief Adiharsa menggunakan mobil pribadi. Dia pun sempat penasaran dengan hal itu dan bertanya kepada Arief.
"Ini ngobrol sama beliau di kantin, 'Saya udah berapa kali penggantian Kapolres, Bapak sudah menjabat dua tahun' saya bilang kan, 'Tapi jujur, Pak, saya belum pernah lihat perubahan'. 'Perubahan seperti apa?' kata beliau, 'Ya yang kasat mata aja, garasi Bapak nggak ada yang nambah mobil,' aku bilang," kata Anton menirukan percakapannya dengan Arief.
Anton melihat Arief hanya menggunakan mobil dan motor dinas saat bertugas sebagai Kapolres Prabumulih. Kala itu, Arief menjawab kepada Anton tentang kesederhanaan.
"Sampai beliau serah terima jabatan, pindah, sampai detik itu saya belum pernah lihat mobil pribadi beliau. Jawabannya dia bilang 'Ya ngapain kita mau ini, jalani aja hidup, yang penting kita jalani tugas, yang penting amanah', itu aja, sampai sekarang saya masih ingat itu," jelasnya.
Tolak Bertemu dengan Bos Batu Bara
Anton menyebut, pada saat Arief baru menjadi Kapolres Prabumulih tahun 2015, saat itu truk batu bara masih melintas di jalanan kota. Arief Adiharsya disebut memerintahkan jajarannya agar aturan ditegakkan sehingga truk batu bara tidak masuk ke dalam kota.
"Waktu dulu batu bara sering lewat di situ, nggak pernah ngobrol (sama kontraktor), atau maaf ya, karena ada yang namanya bos-bos yang pernah merapat, atau kaki tangannya yang merapat yang pernah mau ketemu sama beliau, di situ aja saya melihat. Tapi yang jelas angkutan batu bara itu disetop sama beliau," tutur dia.
Anton mengatakan Arief juga menanamkan pada anggota Polres Pabumulih kala itu tentang kesederhanaan. Dia menyebut Ariefjuga menutup diri dengan para kontraktor yang ingin bertemu dengannya.
"Keseharian-harian beliau, saya kan lama juga di situ saya lihat, kayak pemborong-pemborong, nggak pernah berteman sama beliau, nggak pernah datang, karena pintu beliau tertutup, ya namanya orang bukan bulanan, tahunan kita pasti tahu kan. Beliau itu lebih senang berteman, orang-orang kayak kami, terus juga paling anggota, mobile, keliling," kata Anton.
Lebih lanjut, Anton melihat istri dari Arief Adiharsa juga hidup sederhana. Dia juga merasakan kesederhanaan Arief ketika berbicara ataupun tengah liputan.
"Ya istrinya juga sangat-sangat sederhana, nggak pernah kelihatan seperti... ya bedalah, karena saya ngerasain berapa kali Kapolres," tutur dia.
Arief sendiri menjabat sebagai Kapolres Prabumulih, Polda Sumatera Selatan pada Februari 2015 hingga September 2016. Anton menyebut pada saat perpisahan dengan Arief, anggota Polres Prabumulih menangis haru.
"Waktu pisah sambut itu kayak nangis haru, seluruh anggota itu sedih semua. Sampai benar-benar suasananya beda, aku empat kali ganti kapolres, ini satu-satunya yang Kapolres aku lihat beda," sebut Anton.
Kesaksian tentang Pemimpin yang Berintegritas
Wakapolres Kotawaringin Barat Kompol Rendra Aditia Dhani juga memberikan kesaksian tentang kesederhanaan dan integritas Brigjen Arief Adiharsa. Rendra sendiri pernah menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Prabumulih pada saat Arief Adiharsa menjadi Kapolres.
"Selama pimpinan beliau kami merasakanlah integritas beliau sehingga menular ke kami semua juga. Beliau tidak membatasi komunikasi dengan instansi luar segala macam, tetapi beliau setiap komunikasi itu harus memahami dulu tujuan orang berkomunikasi apa, sehingga beliau menghindari untuk bertemu, komunikasi nanti ujung-ujungnya ada maunya, sehingga beliau menghindari itu," kata Kompol Rendra kepada detikcom.
Brigjen Arief Adiharsa, kata Rendra, selalu menekankan kepada penyidik tentang independensi. Para penyidik dibatasi agar tidak bertemu secara khusus dengan pihak yang sedang berperkara di Polres.
"Sehingga kita nggak berani ketemu orang yang ujung-ujungnya ada mempengaruhi penyidik kami, pekerjaan kami. Banyak orang yang mungkin berusaha bertemu beliau dengan tujuan tertentu, atau memberikan hal tertentu, beliau tidak mau bertemu kayak gitu," tutur Rendra.
Rendra menyebut jika terkait dengan masalah masyarakat, Brigjen Arief selalu terbuka. Dia ingin persoalan masyarakat harus segera diselesaikan.
"Kalau beliau ingin membantu, memang (yang) pantas layak dibantu, beliau membantu, seperti beberapa kasus mungkin permasalahan kecil, terkadang di mata masyarakat masalah besar sehingga tidak bisa didamaikan, jadi kadang beliau turun langsung untuk membantu mendamaikan, kalau masalah masyarakat udah selesai beliau sudah senang," jelas dia.
Atasi Masalah Truk Batu Bara Lewat Jalanan Kota
Rendra juga menceritakan mengenai langkah yang dilakukan Arief dalam mengatasi truk batu bara yang melintas di jalan dalam kota. Rendra diminta untuk menindak tegas truk yang bandel.
"Waktu itu kan seharusnya dengan aturan UU Minerba waktu itu, dalam jangka 2 tahun pengusaha pertambangan memiliki jalan sendiri, tapi waktu itu jalan itu tidak selesai. Itu sebelum beliau masuk, kendaraan tersebut tidak melintas jalur yang sudah ditentukan, justru melewati tengah kota. Memang lebih mudah, karena jaraknya lebih dekat, dan jalannya lebih baik di dalam kota, tapi berimplikasi kepada masyarakat, sering terjadi kecelakaan dan segala macam," kata Rendra.
Arief kemudian memerintahkan agar truk batu bara itu melintas di jalan lingkar. Sebab, truk batu bara yang melebihi kapasitas membuat jalan rusak hingga membahayakan pengendara lainnya.
"Mereka harus lewat jalan lingkar, tapi waktu itu banyak yang berusaha agar diizinkan jalan umum yang melintasi kota, karena jaraknya lebih cepat, itu beliau menolak sekali, sehingga kita juga waktu itu diminta penindakan secara tegas terhadap pelaku pelanggaran itu," jelasnya.
Rendra menyebut berbagai upaya dilakukan pihak perusahaan batu bara itu agar bisa lewat di dalam kota. Mereka juga berupaya untuk bertemu dengan Arief sebagai Kapolres, namun tidak pernah direspons oleh Arief.
"Banyak orang kan yang berkepentingan di situ, jaraknya itu bisa selisih 15-20 km, tapi jalan lingkar luar jelek, jeleknya karena mereka yang lewat juga sih, batubara yang over tonase segala macam gitu kan, karena tidak sesuai dengan tonase jalan. Jalannya sebenarnya bukan diperuntukkan batubara kan, tapi karena kebutuhan mereka sementara jalan khusus belum selesai.
Kesederhanaan Brigjen Arief
Rendra juga mengonfirmasi bahwa Arief selalu menggunakan mobil dinas di Polres Prabumulih. Selama hampir satu tahun bekerja dengan Arief, Rendra tidak pernah melihat Arief menggunakan mobil pribadi.
"Saya beluam pernah lihat beliau bawa mobil pribadi ya di situ, bahkan kalau ada kegiatan non dinas sesekali ya pakai mobil kami, 'ayo kita bareng ke sana' seperti itu. Kayaknya nggak pernah pakai protokol, kecuali ada pejabat utama Polda yang datang. Nggak pernah pakai Polri rider segala macam, nggak pernah kayaknya," jelasnya.
Arief juga mengajarkan kepada jajaran Polres Prabumulih tentang kesederhanaan. Setiap apel di Polres, pesan itu selalu ditekankan kembali.
"Setiap beliau ngambil apel pasti pesan-pesan yang beliau sampaikan salah satunya itu, hidup sederhana, jauhkan dari kegiatan yang ilegal, silakan mencari rezeki di jalur yang halal. Beliau kan juga penganut agama Islam yang taat, jadi beliau Senin, Kamis puasa. Jadi kita melihat beliau, kadang-kadang, apalagi hari Senin, Kamis kayaknya lebih sering di masjid, jadi kita terbawa juga kan, karena beliau manggil anggota ada masalah segala macam kadang ngobrol di masjid," ucap dia.
Rendra menyebut Arief Adiharsa juga sering bagi-bagi makanan setiap hari Jumat. Makanan itu biasanya dibagikan di masjid polres ataupun kepada masyarakat sekitar.
Tolak Bertemu dengan Pihak Berperkara
Rendra juga menceritakan bahwa Arief Adiharsa menolak untuk bertemu dengan pihak yang berperkara. Jika ada orang yang tiba-tiba menghubungi ingin bertemu, Arief selalu mengonfirmasi kepada Rendra apakah pihak tersebut memiliki perkara di Polres.
"Misalnya mau ketemu si A, nanti (beliau) menghubungi saya tu, atau ajudannya menghubungi saya nanya 'Ndra, ini mau menghadap saya, kira-kira ada perkara nggak?', jadi dia membatasi diri. Kalau orang-orang yang berkepentingan, kadang kontraktor, kadang orang tambang segala macam, kayaknya nggak pernah. Kalau ada perkara dia nggak mau nemuin," jelasnya.
Pernah suatu ketika Arief ditemui saat sedang makan oleh seseorang. Orang itu menyinggung bahwa kerabatnya sedang berperkara di Polres. Arief langsung membatasi pembicaraan.
"Mungkin orang ini tidak terdeteksi berperkara atau enggak, tapi mungkin ada saudaranya berperkara segala macam, yang kita nggak tahu kekerabatnya orang yang berperkara, nanti pas lagi ngobrol tahu-tahu, pas lagi makan si A 'Bang, ada saudara saya berperkara', itu beliau langsung mutusin 'Kita kan lagi makan, ngobrol yang lain aja, kalau masalah perkara urusan lain, kalau perkara biarkan penyidik, nanti biar Kasat Reskrim yang menjawab pertanyaan-pertanyaan itu'," kata Rendra.
"Kalau saya tanya, 'Tadi kenapa, ndan?', 'Kita lagi makan, kok dia ngomongin perkara, udah tahu saya nggak mau berkaitan dengan perkara', biasanya dibatasi oleh beliau," imbuhnya.
Penyelesaian Perkara Naik 20%
Lalu seperti apa Arief dalam memantau penanganan perkara saat menjadi Kapolres Prabumulih. Ada beberapa langkah yang dilakukan Arief. Pertama, dia akan melihat buku registrasi perkara.
"Yang kedua berkomunikasi dengan kami langsung. Kan sebulan sekali kami mengantarkan buku registrasi ke beliau, nanti beliau tanya random, ini perkara ini gimana, LP sekian, nanti nomor itu kita hadapkan beliau, misalnya ada hambatan, atau lambat progresnya, kadang beliau atensi 'kenapa yang kayak gini jadi lambat, ini kan gampang' katanya. Kadang juga personel jumlah personel terbatas jumlah perkara juga banyak, jadi openlah beliau," kata Rendra.
Berdasarkan data penanganan perkara di Polres Prabumulih, Rendra menyebut ada kenaikan penyelesaian kasus saat itu. Dia menyebut kenaikan mencapai 20%.
"Jadi waktu itu, dari sebelum saya masuk itu penyelesaian perkara itu cuma 36%, setelah kami masuk dengan ngikutin arahan beliau meningkat jadi 58%-60%. Di Prabumulih itu kota kecil, tapi setahun itu bisa 1.100-1.300, berarti kan sekitar 600-an perkara setahun bisa selesaikan, anggota penyidik dulunya cuma 33 orang. Perkaranya 1.300-an tapi selesai bisa sampai 600 perkara, waktu itu ya membawa budaya barulah, beliau kan lama dinas di Jawa, jadi anggotanya lebih militan menangani kasus, jadi lebih terasa," sebut dia.
Cara lainnya yang dilakukan Arief bertemu dengan masyarakat. Dia akan bertanya tentang masalah yang terjadi, termasuk perkara yang masih belum selesai di kepolisian.
"Misalnya dia dapat keluhan dari masyarakat, ataupun atensi di media massa pasti nanti hubungi kami, nanti nanya 'Ndra, kasus ini yang di koran tadi pagi, kek mana?' atau misalnya ada masyarakat 'Ndra, ini ada perkara dari masyarakat yang mengadukan, katanya belum ditangani atau belum ditangkap, apa kendalanya?' kayak itu," jelasnya.
"Kadang beliau mempertemukan kami penyidik dengan yang ada komplain tadi, tujuan memberikan keterangan yang lebih jelas, terkadang perkara tidak tertangani, tapi memang ada hambatan seperti pelakunya belum ketemu, karena penyidik nangani kasus banyak, kadang tidak bisa berkomunikasi satu-satu langsung ke orang yang berperkara, jadi beliau kadang yang membuka pintu dan menjembatani," ucap Rendra.
Gaya Kepemimpinan Brigjen Arief Adiharsa
Bagi Rendra, Brigjen Arief adalah panutannya. Dia menilai Brigjen Arief adalah sosok pemimpin yang teladan.
"Kalau saya, terus terang, salah satu role model saya di beliau," kata Rendra.
Walaupun sudah tidak berdinas bareng lagi dengan Brigjen Arief, Rendra mengaku masih sering diberikan masukan. Salah satunya terkait penanganan kasus tidak pidana korupsi.
"Alhamdulillah kemarin juga, waktu kami menjabat Kasat Reskrim, beliau masih sering kasih masukan, terutama terkait dengan penganan tipikor itu beliau komunikasi, bahkan kami dipanggil ke sana untuk berkomunikasi dengan beliau," tutur dia.
Rendra menilai Brigjen Arief adalah sosok pemimpin yang memberikan pengaruh positif kepada jajarannya. Dia selalu mengingat pesan Brigjen Arief untuk membatasi diri dari pihak yang berperkara.
"Tapi beliau benar meng-influence, sebagian besar personel itu ter-influence-lah dengan gaya kepemimpinan beliau, keteladanan beliau. Makanya saya menjadikan beliau role model karena itu, sampai sekarang mengikuti beliau, ya berkomunikasi dengan orang ya berkomunikasi, cuma terkait dengan perkara kita membatasi diri, saya ingat (pesan) beliau," jelasnya.
(lir/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini