Jerman, Inggris, dan Prancis Desak Akses Bantuan 'Tanpa Hambatan' ke Gaza

2 days ago 6

Berlin -

Para Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris, Prancis dan Jerman mendesak Israel untuk memastikan penyediaan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza "terpenuhi, cepat, aman, dan tanpa hambatan", ungkap mereka dalam pernyataan bersama, Rabu (05/03).

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza pada Minggu (02/03).

Kantor Netanyahu menyatakan, langkah itu diambil sebagai respons terhadap "penolakan Hamas" untuk menerima usulan perundingan kembali gencatan senjata yang disampaikan oleh utusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sangat penting bahwa gencatan senjata dipertahankan, semua sandera dibebaskan, dan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza terus berlanjut," ungkap pernyataan Inggris, Prancis, dan Jerman tersebut.

Israel ingin perpanjangan gencatan senjata, Hamas desak tahap kedua

Kesepakatan gencatan senjata antara Israel-Hamas, yang dilaksanakan secara bertahap, mulai berlaku sejak 19 Januari lalu. Kesepakatan itu mencakup peningkatan jumlah bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza. Namun, tahap pertama dari kesepakatan itu sudah berakhir pada Sabtu (01/03).

Kedua belah pihak berselisih mengenai langkah selanjutnya dalam kesepakatan gencatan senjata. Israel ingin lebih banyak sandera dibebaskan dalam perpanjangan tahap pertama, sementara Hamas mendesak dimulainya tahap kedua yang akan membuka jalan bagi diakhirinya perang Israel-Hamas secara permanen.

Lebih dari 250 orang disandera oleh kelompok militan Hamas dalam serangan pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan, yang memicu konflik saat ini di Gaza.

Program Pangan Dunia PBB menyatakan, mereka hanya memiliki cukup pasokan makanan di Gaza untuk menjaga dapur umum dan pabrik roti tetap beroperasi kurang dari dua pekan.

Organisasi Internasional untuk Migrasi memiliki sekitar 22.500 tenda saat ini di gudangnya di Yordania. Truk-truk mereka terpaksa membawa kembali muatan yang tidak dapat dikirim, setelah akses masuk ke Gaza ditutup oleh Israel.

Komisi Penyelamatan Internasional juga memiliki 6,7 ton obat-obatan dan perlengkapan medis yang masih menunggu izin untuk masuk ke Gaza.

Trump ancam Hamas jika para sandera tidak segera dibebaskan

Presiden AS Donald Trump pada Rabu (05/03) malam mengatakan, ia akan meningkatkan dukungan militer untuk Israel, jika Hamas tidak segera membebaskan para sandera yang masih ditahan.

"Anda (Hamas) bisa memilih. Bebaskan semua sandera sekarang juga, bukan nanti, dan segera kembalikan semua jenazah orang yang kalian bunuh, atau semua ini akan BERAKHIR," tulis Trump dalam unggahan di jejaring sosialnya, Truth Social, yang ditujukan kepada militan Hamas.

"Saya akan mengirimkan semua yang Israel butuhkan untuk menyelesaikan tugas ini, tidak satu pun anggota Hamas akan selamat jika kalian tidak mengikuti apa yang saya katakan," tegas Trump memperingatkan.

Trump juga tampaknya mengancam warga Gaza.

"Kepada Rakyat Gaza: Masa depan yang indah menanti kalian, tapi tidak jika kalian menahan para sandera. Jika kalian melakukannya, kalian MATI!" Kata Trump.

Ia bertekad akan ada "harga yang harus dibayar", jika Hamas tidak membebaskan segera para sandera.

Afrika Selatan tuduh Israel gunakan "kelaparan sebagai senjata perang"

Dalam pernyataan terpisah, Afrika Selatan menuduh Israel menggunakan "kelaparan sebagai alat senjata perang."

"Warga Gaza mengalami penderitaan yang tak terbayangkan dan sangat membutuhkan makanan, tempat tinggal, serta pasokan medis," kata Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan.

"Afrika Selatan menyerukan kepada komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel," tambahnya.

Pretoria mengajukan kasus ini ke Mahkamah Internasional pada Desember 2023, menuduh Israel melakukan genosida di Gaza. Israel dengan tegas menolak tuduhan tersebut.

Sejumlah negara lain, termasuk Irlandia, Spanyol, Bolivia, Kolombia, Meksiko, Turki, Chile, dan Libya, telah menyatakan dukungan terhadap proses hukum tersebut.

Otoritas Palestina menyatakan, sedikitnya 48.000 warga Palestina tewas akibat serangan militer Israel sejak serangan balasan 7 Oktober 2023. PBB melaporkan, sekitar 90% dari 2 juta penduduk Gaza telah terpaksa mengungsi, bahkan beberapa kali berpindah tempat.

kp/as (AP, Reuters, AFP)

(nvc/nvc)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial