Jakarta -
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan kehadirannya di Festival Film Cannes 2025 untuk mendukung karya-karya sineas Indonesia. Menurutnya, dengan sederet karya yang membanggakan, para sineas dan produser menunjukkan kekayaan budaya dan kesiapan Indonesia bersaing di kancah internasional.
"Kehadiran Indonesia di Film Festival Cannes merupakan upaya promosi dan diplomasi kebudayaan melalui berbagai film Indonesia di Cannes yang menyampaikan jati diri bangsa, melalui cerita, karakter, dan nilai-nilai luhur yang merupakan wajah modern dan kekayaan budaya bangsa," ungkap Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Minggu (18/5/2025).
Diketahui, film Renoir diputar perdana dalam helatan tersebut. Film hasil produksi KawanKawanMedia bersama produser dari Jepang, Prancis, Singapura, dan Filipina ini bersaing dalam kompetisi utama Festival Film Cannes 2025. Dalam kesempatan tersebut, Fadli Zon juga bertemu dengan Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno, yang turut menghadiri premier Renoir ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
KawanKawan Media yang didirikan oleh Yulia Evina Bhara sejak 2016 memang telah aktif berkiprah di industri film internasional. Yulia sendiri pernah memenangkan penghargaan Semaine de la Critique Cannes 2023 lewat film Tiger Stripes. Tahun ini, ia kembali ke Cannes sebagai juri dalam kategori tersebut, mewakili Indonesia di tingkat global.
"Merupakan sebuah kebanggaan untuk melihat banyak film Indonesia dan anak bangsa yang membawa nama Indonesia di panggung perfilman dunia. Berbagai pencapaian ini menjadi bukti bahwa film Indonesia bukan hanya dinikmati di negeri sendiri, namun juga menjadi idola di panggung perfilman global," ujar Fadli Zon.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke Cannes, Fadli Zon juga menyempatkan diri mengunjungi Villages International, sebuah ruang kolaborasi global yang mempertemukan sineas-sineas dari lebih dari 90 negara. Ia bertemu secara langsung dengan banyak sineas dan produser film mendunia dari negara lain.
"Di sini saya bertemu dengan banyak sineas dan produser film yang berasal dari Indonesia yang karyanya telah mendunia. Berbagai film Indonesia yang turut hadir di Cannes, seperti Pangku, Renoir, Sleep No More, Ikatan Darah, Timur, hingga Jumbo menunjukkan ekosistem perfilman Indonesia yang semakin kuat," jelasnya..
Tak hanya film, Indonesia juga membawa semangat kolaborasi melalui rumah produksi ternama seperti KawanKawan Media, Gambar Gerak, Palari Films, Visinema, hingga Uwais Pictures yang siap berkolaborasi dengan industri film internasional.
Selain itu, Indonesia juga memperkenalkan sejumlah Intellectual Property (IP) animasi seperti Bandits of Batavia, Locust, dan Jitu dalam program Spotlight Asia. Kehadiran IP animasi ini memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain yang mulai diperhitungkan di industri kreatif global.
Menutup kunjungannya, Kementerian Kebudayaan menyampaikan komitmennya untuk mendorong pertumbuhan ekosistem film nasional.
"Dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah daerah, komunitas, dan sektor swasta. Salah satu skema yang efektif dalam mendorong tercapainya ekosistem film yang tangguh adalah dengan skema Public Private Partnership (PPP) yang melibatkan seluruh pihak," pungkasnya.
Sebagai informasi, Fadli Zon didampingi Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha; Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Ahmad Mahendra; serta Staf Ahli Bidang Hukum dan Kebijakan Kebudayaan Masyithoh Annisa Ramadhani Alkitri. Turut hadir pula sejumlah tokoh perfilman Indonesia seperti Yulia Evina Bhara, Garin Nugroho, Angga Dwimas Sasongko, Christine Hakim, Reza Rahadian, Chelsea Islan, dan Razka Robby Ertanto.
(akd/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini