Jakarta -
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon resmi membuka Pameran Nasional Kain Tradisional Nusantara di Museum Jawa Tengah Ranggawarsita, Kota Semarang. Pameran ini menjadi upaya pelestarian warisan budaya Indonesia sekaligus penguatan identitas kebangsaan melalui budaya wastra tradisional.
Pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah ini diikuti oleh 36 museum di Indonesia dan berlangsung pada tanggal 8 hingga 12 Mei 2025. Mengusung tema 'Rupa Warna Wastra Nusantara', pameran ini menampilkan 102 koleksi wastra dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari batik Jawa, tenun ikat Nusa Tenggara, songket Sumatera, ulos Batak, hingga kain Sasirangan Kalimantan.
Dalam sambutannya, Fadli mengapresiasi Museum Jawa Tengah Ranggawarsita yang telah menginisiasi terselenggaranya pameran nasional ini. Menurutnya, pameran ini tidak hanya menampilkan ragam kain dari berbagai provinsi, tetapi juga kisah, teknik, dan nilai yang terkandung di baliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pameran ini bukan hanya ajang apresiasi seni tekstil, tetapi juga panggung untuk memperlihatkan betapa kayanya identitas budaya kita yang tercermin dalam helai-helai kain dari Sabang sampai Merauke," ujar Fadli dalam keterangannya, Jumat (9/5/2025).
Pada kesempatan ini, Fadli juga menyoroti kayanya warisan wastra Nusantara yang mencerminkan mega diversity budaya Indonesia serta potensinya dalam mendukung ekonomi berkelanjutan. Hal ini termasuk dalam industri fashion dan ekspor batik yang terus berkembang.
Fadli mengatakan Indonesia memiliki lebih dari 1.800 motif kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah di seluruh Nusantara. Menurut Fadli, hal tersebut merupakan satu aset budaya yang penting khususnya di masa mendatang.
"Beragam wastra tersebut meliputi batik tulis, tenun tangan, hingga kain dengan teknik pewarnaan alami yang diwariskan secara turun-temurun. Beberapa di antaranya telah diakui dunia internasional, seperti batik yang masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO sejak 2009, serta tenun ikat Sumba, ulos Batak, dan songket Palembang yang semakin dikenal secara global," jelasnya.
"Modal budaya merupakan capital yang sangat penting, dan ke depan semakin berkembang menjadi apa yang disebut sebagai sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan, serta responsible fashion. Bahkan, kini mulai banyak yang mengolah kembali (recycle) kain serta menggunakan bahan-bahan pewarna alami, sebagai bagian dari respons terhadap tuntutan zaman," imbuhnya.
Pada kesempatan ini, Fadli juga menyampaikan peran penting museum sebagai ruang publik yang memiliki peran strategis sebagai etalase peradaban bangsa yang mencerminkan identitas dan kekayaan budaya Indonesia.
Saat ini terdapat sekitar 460 museum di Indonesia, namun jumlah tersebut dinilai masih kurang. Oleh karena itu, ia mendorong peningkatan kualitas museum, baik dari segi koleksi, narasi, kurasi, hingga pemanfaatan teknologi digital agar menjadi lebih menarik dan relevan dengan zaman.
"Di sinilah museum mengambil peran penting. Ia bukan hanya tempat menyimpan benda bersejarah, tetapi juga penjaga memori kolektif bangsa. Maka mengemas museum menjadi menarik merupakan suatu keharusan, tata pamer, display, narasi, dan sentuhan-sentuhan digital teknologi. Kesemuanya diatur sedemikian rupa dengan kurasi kuratorial yang baik serta melibatkan ahli-ahli perguruan tinggi, arsitektur, dan desain interior," tegasnya.
Fadli juga berpesan agar museum dapat menjadi sarana edukatif wajib, khususnya bagi pelajar, guna memperkuat literasi budaya dan jati diri bangsa.
"Pentingnya menghadirkan museum yang tematik, terbuka (open air), hingga museum berbasis desa sebagai bagian dari memori kolektif masyarakat. Museum diharapkan menjadi media penting dalam reinventing Indonesian identity melalui pendekatan inklusif dan kolaboratif," tambahnya.
Di akhir sambutannya, Fadli mengungkapkan saat ini pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan mendukung pemajuan kebudayaan yang dilakukan oleh para pelaku budaya melalui program Dana Indonesiana.
"Melalui Dana Indonesiana sekitar 465 miliar yang bisa diakses oleh komunitas-komunitas seni dan budaya secara inklusif untuk menggerakkan kemajuan kebudayaan kita secara umum," paparnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen menyampaikan apresiasi atas dukungan Kementerian Kebudayaan terhadap pelestarian budaya di Jawa Tengah, khususnya melalui penyelenggaraan Pameran Kain Tradisional Nusantara di Museum Ranggawarsita.
Ia menegaskan pentingnya museum sebagai sarana edukasi dan promosi budaya bagi generasi muda, serta menyoroti kekayaan kain tradisional Indonesia yang sangat beragam, baik dari segi motif, warna, maupun filosofi yang terkandung di dalamnya.
"Tidak hanya untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa melalui kolaborasi antar museum, pameran ini juga sebagai sarana mengenalkan sekaligus mempublikasikan keanekaragaman kekayaan wastra Nusantara kepada masyarakat," pungkasnya.
Sebagai informasi, Pameran Nasional Kain Tradisional Nusantara 2025 turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen; Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Sadimin; Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafayasin; Forkopimda Provinsi Jawa Tengah, serta jajaran Kementerian Kebudayaan di antaranya Staf Staf Khusus Menteri Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono; Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Industri Kebudayaan, Anindita Kusuma Listya; Direktur Sejarah dan Permuseuman, Agus Mulyana; perwakilan museum peserta pameran; dan tamu undangan yang tak kurang dari 200 orang.
(akd/akd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini