Jakarta -
Badan Pangan Dunia (WFP) pada hari Rabu (26/02) menyatakan, "terpaksa" menghentikan sementara penyaluran bantuan di kamp pengungsi Zamzam yang dilanda kelaparan di Darfur Utara, Sudan.
"Tanpa bantuan segera, ribuan keluarga yang putus asa di Zamzam terancam mati kelaparan dalam beberapa minggu mendatang," ujar Direktur Regional Program Pangan Dunia (WFP), Laurent Bukera.
Langkah penghentian bantuan pangn ini diambil, setelah lembaga medis nirlaba Dokter Lintas Batas memutuskan untuk menghentikan operasinya di kamp tersebut awal minggu ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
WFP hentikan bantuan akibat eskalasi pertempuran
WFP menyebutkan, eskalasi pertempuran dalam perang saudara antara militer Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces, atau RSF, sebagai alasan penangguhan tersebut.
Kamp Zamzam terletak 12 kilometer di selatan El Fasher di Darfur Utara, yang telah dikepung RSF selama berbulan-bulan.
Kamp ini dihuni oleh setengah juta orang dan merupakan kamp pengungsian terbesar di wilayah Darfur.
Bantuan WFP telah menjangkau sekitar 300.000 penghuni kamp pengungsi itu. Tetapi bulan ini WFP dan mitranya hanya berhasil memberi makan 60.000 orang, karena pertempuran di El Fasher makin gencar.
Fasilitas kesehatan menjadi sasaran gempuran kedua belah pihak dalam perang saudara di Sudan.
Konflik semakin intensif di area kamp pengungsi di Sudan
Direktur Operasi Kemanusiaan PBB, Edem Wosornu melaporkan kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu (26/02), citra satelit mengonfirmasi penggunaan senjata berat di dalam dan di sekitar Kamp Zamzam dalam beberapa minggu terakhir.
"Warga sipil yang ketakutan, termasuk pekerja kemanusiaan, tidak dapat meninggalkan daerah tersebut ketika pertempuran paling intens berkecamuk," katanya.
Bencana kelaparan diumumkan di Kamp Zamzam Agustus lalu, dan kemudian menyebar ke dua kamp pengungsian lainnya.
Sejak saat itu, WFP mengatakan hanya satu konvoi pasokan bantuan kemanusiaan yang telah mencapai kamp tersebut. Badan tersebut juga menyebutkan sejumlah faktor penghambat, terutama kondisi jalan selama musim hujan, pertempuran, dan "barikade yang sengaja dipasang" oleh RSF.
RSF dan militer Sudan telah berperang sejak April 2023. "Hampir dua tahun konflik tanpa henti di Sudan telah menimbulkan penderitaan yang luar biasa dan mengubah sebagian negara tersebut menjadi neraka," ujar Wosornu kepada Dewan Keamanan PBB.
Artikel diadaptasi dari DW bahasa Inggris
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu