Rajin Gaet Mitra, BUMDes di Puncak Bikin Kafe sampai Ternak Sapi

3 days ago 14

Bogor -

Ada banyak BUMDes di Indonesia, sebagian gagal dan sebagian lagi sukses. Dari yang sukses itu kita belajar, apa yang bisa ditiru. Bagi BUMDes Tugu Selatan Mandiri, kunci sukses itu tampaknya adalah rajin berkolaborasi.

Hal itu diceritakan Direktur BUMDes Tugu Selatan Mandiri, Dadang Juanda kepada detikFinance di kantornya di Cisarua, Puncak, Kabupaten Bogor. BUMDes ini punya usaha internet desa, kafe, agen BRILink, distributor makanan dari Mayora dan peternakan sapi. Penyewaan kuda di objek wisata Gunung Mas, dari desa mereka juga lho.

Dari cafe sampai peternakan sapi

BUMDes Tugu Selatan Mandiri di Cisarua, Kab BogorDirektur BUMDes Tugu Selatan Mandiri, Dadang Juanda Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Itu semua tidak semudah membalik telapak tangan. Ditemani para pengurus BUMDes lain, Dadang bercerita usaha mereka dimulai tahun 2021 saat pandemi COVID-19. Bisnis pertama mereka adalah internet desa Pangrango Vibes menggandeng perusahaan internet service provider (ISP) Lintas Satu Visi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pangsa pasar yang benar-benar lagi diperlukan waktu pandemi. Anak nggak sekolah. Fasos fasum yang dijanjikan Lintas Satu Visi bisa terealisasikan waktu itu," kata Dadang.

Hingga kini ada 500 sambungan rumah (SR) atau home pass yang menjadi langganan Pangrango Vibes. Pangrango Vibes kini menawarkan paket 20 Mbps Rp 250.000/bulan. Lalu ada paket 50 Mbps Rp 350.000/bulan dan yang paling mahal 100 Mbps Rp 550.000/bulan.

Saat awal berjualan internet, usaha mereka sempat macet karena terkendala kontainer modem yang tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok saat Pandemi Corona. Saat itu BUMDes tidak putus asa dan mencoba bisnis kedua menjadi distributor produk makanan dan minuman dari Mayora.

"2022 masuklah Mayora, kita sebagai distributor masukin ke warung-warung yang ada di jalur Puncak," kata Dadang.

Tahun 2023, pandemi pun mereda. Kata Dadang, barulah usaha layanan internet dan distributor makanan minuman mulai lancar. Dari situ, mereka mengembangkan usaha ketiga yaitu foodcourt di tempat landing olahraga paralayang Puncak. Kali ini yang diajak kerja sama adalah Dispora Kabupaten Bogor sebagai pemilik lahan.

"Kami mengajukan usaha Cafe Landing dengan pinjam pakai ke Dispora," kata Dadang.

Ada 32 warga desa pelaku UMKM makanan dan minuman yang jualan tanpa uang sewa tempat, di Cafe BUMDes Desa Tugu Selatan. Namun, ada skema 10% laba bersih masuk jadi Pendapatan Asli Desa (PADes). Sementara margin dari harga jual, dipakai untuk biaya pemeliharaan, listrik, air dll.

BUMDes Tugu Selatan Mandiri di Cisarua, Kab BogorBUMDes Tugu Selatan Mandiri menjadi Agen BRILink Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Di tahun yang sama kata Dadang, mereka menjadi Agen BRILink. BUMDes menurut Dadang sejak awal berdiri sudah buka rekening di BRI. Namun baru pada 2023 mereka menjadi Agen BRILink sebagai bentuk usaha baru mereka.

"Kadang EDC dibawa ke cafe landing kalau lagi banyak grup. Tapi lebih banyak transaksi di sini. Bayar internet, tarik tunai. Lebih banyak warga yang ke sini, sekalian ada urusan sama desa," kata Dadang.

BUMDes Tugu Selatan Mandiri juga punya peternakan sapi sebanyak 40 ekor, bantuan dari Pemprov Jabar dan dibantu Universitas Sebelas Maret Solo. 40 Sapi ini diurus beberapa warga desa yang sudah dibina.

Bisnis terbaru mereka adalah destinasi wisata Kampung Koboy sejak 2023. Menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tugu Selatan, Ai Iman Sukmana (56), warga desa sudah turun temurun mengurus kuda. Kuda-kuda yang biasa disewakan di objek wisata Gunung Mas adalah dari desa mereka.

"Tahun 1996 dulu, dipindahkanlah kuda-kuda dari rumah-rumah warga ke satu tempat namanya Kampung Texas. Akhirnya dibikinlah Kampung Koboy untuk mengangkat perekonomian masyarakat juga," kata Iman.

Ada 49 kuda di sana, termasuk 4 kuda milik pemerintah desa sebagai hibah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lagi-lagi kuncinya adalah kerjasama dan kolaborasi.

Digaet menjadi Desa BRILian

Keberhasilan Desa Tugu Selatan mengembangkan banyak jenis usaha, membuat mereka digaet oleh BRI untuk menjadi Desa BRILian. Desa BRILiaN merupakan program inkubasi dari BRI yang mendukung pengembangan desa melalui empat aspek utama, yakni penguatan badan usaha milik desa (BUMDes), digitalisasi, inovasi, dan sustainability.

Sekretaris BUMDes Tugu Selatan Mandiri, Muslihat Arifaghani bercerita mereka digandeng menjadi Desa BRILian oleh BRI Unit Cisarua pada 2024. Dia bilang ada proses komunikasi intens dan bertahap dengan pihak BRI. Selanjutnya, ada beberapa kali pelatihan dan pendampingan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

"Manfaatnya luar biasa ya, Pak. Diajari SOP, manajemen, pemerintahan. Mereka menginap di sini, difasilitasi desa dan oleh BRI," kata Muslihat.

Muslihat mengatakan desa mereka sudah masuk 10 besar Desa BRILian terbaik di Indonesia yang kompetisinya masih berlangsung. Dengan raihan sejauh ini, Dadang selaku Direktur BUMDes berharap dukungan penuh dari semua pihak.

"Sekarang bisa memberdayakan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan asli desa, harapan saya semua instansi bisa mendukung BUMDes," ujar Dadang menutup obrolan kami.

Data dari pihak Desa Tugu Selatan yang diperoleh detikFinance, untuk APBDes 2025 tercatat ada pendapatan desa sebesar Rp 5.961.407.638. Hampir separuhnya dari Dana Desa. Namun, tercantum ada Pendapatan Asli Desa sebesar Rp 7.200.000.

Pentingnya BUMDes menggaet mitra

detikFinance pun meminta tanggapan dari pakar ekonomi pedesaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Desti Fitriani. Menurut dia, BUMDes sangat penting kontribusinya untuk ekonomi pedesaan.

"Terutama kalau kita melihat BUMDes-BUMDes yang bisa mendanai kegiatan operasionalnya sendiri tanpa harus mengandalkan bantuan dari alokasi Dana Desa," kata Desti.

Peneliti BUMDes di Bogor, Yogyakarta dan Lombok ini mengatakan kolaborasi BUMDes dengan mitra, baik itu sesama badan pemerintahan, swasta, ataupun universitas, bisa sangat membantu. BUMDes Tugu Selatan Mandiri memiliki mitra BRI, Lintas Satu Visi, Mayora, Dispora Kabupaten Bogor, Universitas Sebelas Maret dan juga BRIN.

"Kelebihan bekerja sama dengan swasta adalah BUMDes-nya bisa belajar bagaimana menghasilkan produk atau men-deliver jasa dengan lebih efisien, lebih profesional. Kalau dengan perguruan tinggi tentu pada peningkatan kapasitas," pungkas Desti.

(fay/hns)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial