Prabowo Bawa Oleh-oleh Rp 437 T Usai Bertemu Pangeran MBS

9 hours ago 3

Jakarta -

Oleh-oleh jumbo dibawa Presiden Prabowo Subianto usai melakukan pertemuan bilateral tingkat tinggi dengan Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud (MBS). Keduanya bertemu di Istana Al-Salam, Jeddah, Arab Saudi.

Urusan bisnis antara kedua negara menjadi salah satu bahasan utama. Dalam pertemuan itu, Prabowo berhasil membawa kesepakatan bisnis di sektor swasta dengan nilai US$ 27 miliar atau Rp 437,4 triliun (kurs Rp 16.200). Kerja sama bisnis ini bergerak di beberapa bidang, mulai dari pengembangan energi bersih, industri petrokimia, dan juga layanan bahan bakar penerbangan.

"Kedua pihak menyambut baik penandatanganan sejumlah perjanjian dan nota kesepahaman selama kunjungan ini antara lembaga sektor swasta, yang nilainya mencapai sekitar US$ 27 miliar di sejumlah bidang, termasuk energi bersih, industri petrokimia, dan layanan bahan bakar penerbangan," tulis keterangan resmi bersama kedua pemimpin, dikutip Kamis (3/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prabowo dan MBS juga menekankan pentingnya meningkatkan kerja sama investasi dan mengintensifkan upaya untuk memungkinkan kemitraan strategis di sektor-sektor prioritas, terutama energi, jasa keuangan, pertambangan dan hilirisasi industri, jasa logistik, pariwisata, pertanian dan teknologi hijau. Semua itu dilakukan sejalan dengan Visi Saudi 2030 dan Indonesia Emas 2045.

Kedua belah pihak juga menyampaikan rencana untuk mengembangkan lingkungan investasi yang baik, mengadopsi mekanisme efektif yang dapat menyelaraskan kebijakan pembangunan dan investasi, dan pada akhirnya berkontribusi untuk mencapai tujuan pembangunan.

"Mereka sepakat tentang pentingnya mengaktifkan saluran komunikasi kelembagaan di bidang investasi, bertukar keahlian, mengintensifkan kunjungan bersama, menyelenggarakan forum investasi berkala yang mempertemukan para eksekutif dan pebisnis dari kedua belah pihak, dan berupaya mengembangkan peta jalan bersama untuk memfasilitasi arus investasi," tulis keterangan resmi itu lebih lanjut.

Indonesia dan Arab Saudi juga sepakat untuk memberikan insentif yang layak, dan mengatasi tantangan regulasi dan prosedural, sehingga berkontribusi dalam mendorong investasi yang dapat mendongkrak perekonomian di kedua negara.

Kebut Perjanjian Dagang

Bukan cuma kesepakatan bisnis saja yang dibawa Prabowo, kabar baik juga didapatkan dalam negosiasi perjanjian dagang antara Indonesia dan negara-negara Teluk Arab. Perjanjian dagang yang dimaksud adalah Free Trade Agreement (FTA) antara Indonesia dan Gulf Cooperation Council (GCC), yang terdiri dari enam negara, mulai dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Oman. Negosiasi FTA ini sebelumnya telah dilakukan dua kali, yakni pada September 2024 dan Februari 2025.

"Mereka (Prabowo dan MBS) menyambut baik hasil positif dari negosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas antara negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk dan Republik Indonesia, yang diselenggarakan pada September 2024 dan Februari 2025, dan menyampaikan harapan mereka untuk menyelesaikan perjanjian tersebut dalam waktu dekat," tulis pernyataan bersama itu.

Prabowo dan MBS juga menyoroti nilai perdagangan bilateral yang telah mencapai US$ 31,5 miliar dalam lima tahun terakhir. Arab Saudi disebut sebagai mitra dagang utama Indonesia di kawasan Teluk.

Keduanya juga sepakat untuk terus mengembangkan volume perdagangan, mendorong kunjungan timbal balik antara pejabat publik dan swasta, serta menyelenggarakan acara perdagangan melalui Dewan Bisnis Saudi-Indonesia. Hal ini diharapkan mampu mengonversi peluang kerja sama menjadi kemitraan nyata.

Jika FTA rampung, Indonesia diprediksi bakal memperluas akses pasarnya ke kawasan Timur Tengah, khususnya untuk produk-produk ekspor unggulan seperti peralatan elektronik, kulit, logam, dan produk manufaktur lainnya.

Analisis dari Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) menunjukkan FTA Indonesia-GCC bisa meningkatkan ekspor sektor peralatan elektronik hingga 33,86%, komoditas kulit sebesar 29,3%, logam sebesar 28%, dan produk manufaktur lainnya 27,7%.

Komoditas ekspor utama nonmigas Indonesia ke GCC saat ini antara lain mobil, minyak kelapa sawit, perhiasan, kapal suar, hingga produk kertas. Sementara itu, dari sisi impor, Indonesia paling banyak mendatangkan produk baja, aluminium, polimer, belerang, dan alkohol industri dari kawasan GCC.

(hal/rrd)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial